Prolog
Seorang gadis bertubuh tinggi langsing tampak turun dari ojek online. Wajahnya pucat, bibirnya gemetar, menahan dingin dan tangis. Rintik air hujan yang turun dari langit, membuat air mata yang menetes dari matanya, tercampur. Tersamar, hingga tak ada seorang pun yang tahu bahwa tak hanya langit yang menangis di malam hari itu. Tapi dia juga menangis. Menangisi nasibnya.
Dipaksakan sebuah senyuman terbit di bibirnya, membuat driver ojek online itu juga membalas senyum dan berucap terima kasih karena besarnya uang tip yang didapat.
Gadis itu mendungakan kepalanya ke langit, mencoba menikmati tetesan gerimis air hujan. Dia tidak menantang langit, dia hanya ingin menikmati buliran air suci yang turun membasahi bumi. Berpikir, mungkin ini air hujan terakhir yang akan dia rasakan. Sepertinya dia tidak akan lagi merasakan rintik air hujan di dunia ini.
Dengan lunglai, kakinya melangkah masuk. Diucapkan salam. Diletakkannya sembarang arah, tas kerjanya yang sudah basah. Kakinya melangkah ke kamar mandi rumah yang dikontraknya bersama sang sepupu.
Dibukanya keran air hangat di bathup agar bisa melepas lelah teramat sangat, yang dirasakannya beberapa bulan terakhir ini. Tidak hanya fisik, tapi hatinya sungguh lelah. Terlalu banyak kesedihan yang dia rasakan karena sang kekasih hati. Puncaknya siang dan sore ini, dia dihina habis-habisan, tanpa dia tahu apa salahnya.
Sampai sekarang pun, dia masih sangat mencintai sang kekasih hati, yang tega mencampakkannya beberapa bulan jelang pernikahan mereka, karena kekasihnya itu harus menikahi seorang perempuan cantik yang sedang hamil. Mirisnya, perempuan itu adalah calon adik ipar, kekasih si adik kekasihnya. Entah apa yang terjadi, dia tidak tahu. Dia hanya tahu, kemudian kekasihnya memutuskannya, bahkan sangat membencinya.
Air hangat itu membuat tubuhnya sedikit rileks. Sayangnya tidak dengan hati dan otaknya. Setan mulai berbisik di telinganya. Memintanya untuk melakukan tindakan yang melanggar agama, agar nantinya bisa menjadi teman di dasar neraka, menjadi bahan bakar bagi nyala api neraka itu.
Sonja, gadis kurus itu, melirik ke arah wastafel. Ada kotak kecil di atas wastafel itu. Gelap mata dan hatinya, Sonja kemudian melangkah keluar dari bathup, kakinya dia seret ke kotak itu. Tubuh polosnya yang basah, membuat lantai kamar mandi menjadi basah pula. Dibukanya kotak P3K berwarna putih itu. Diambilnya sebuah benda yang sudah dibelinya beberapa minggu lalu. Kembali dia melangkah ke bathup, membenamkan seluruh tubuhnya ke air hangat itu.
Dia sudah nekat! Benar-benar nekat! Setan tertawa-tawa senang karena bujuk rayunya sebentar lagi tampak berhasil. Semakin tertawa keras saat Sonja membuka bungkusan benda itu kemudian segera menyayat lengan kirinya. Sonja tidak menangis, tidak pula mengaduh, tidak pula merasa sakit. Akal pikirannya sudah terkena hasutan laknat setan. Saat akan kembali menyayat lengannya, tentu saja malaikat tidak tinggal diam. Masih berusaha mengingatkan Sonja untuk menghentikan aksi gilanya itu. Tugasnya adalah menghentikan Sonja agar tidak jadi melaksanakan niatannya itu.
Hentikan Sonja! Hentikan! Dosa bunuh diri itu besar sekali! Tempatmu nantinya di dasar neraka, menjadi bahan bakar api neraka bersama setan. Hentikan Sonja! Ingat ibu dan bapakmu di rumah nak!
Ibu?? Bapak??
Iya, Sonja. Ibumu yang menunggumu dengan setia di rumah. Yang selalu mendoakan terbaik untukmu, putri kesayangannya. Hentikan Sonja! Sebelum terlambat! Tanpa lelah, Malaikat memberi peringatan pada Sonja.
Hei kamu Malaikat, biarkan dia! Dia akan menjadi temanku di dasar neraka! Kenapa kamu menghentikan dia sih? Tentu saja Setan tidak terima jika hasutannya gagal. Dia akan mencari teman sebanyak-banyaknya dari golongan manusia agar menjadi bahan bakar api neraka bersamanya.
Karena itu tugasku! Dasar kamu Setan sialan.
Sonja tidak tahu lagi apa perdebatan antara Malaikat dan Setan di kepalanya. Yang dia tahu, terbayang senyum ibunya di rumah. Terbayang saat ibunya menengadahkan tangan usai sholat, meminta pada Sang Kuasa, agar selalu melindunginya. Terbayang wajah teduh bapak yang sangat menyayanginya.
Ibu... Bapak...
Mendadak, kesadaran Sonja kembali. Gagal sudah hasutan setan padanya. Malaikat bersorak senang karena tugasnya hampir berhasil. Ya, hampir. Karena ternyata semua belum usai. Sonja berusaha keluar dari bathup. Warna air di bak itu sudah sedikit memerah, terkena darahnya yang teryata mengalir cukup deras. Seketika dia merasa perih dan sakit di pergelangan tangannya. Kepalanya berputar. Dia berjalan menuju pintu untuk meraih bathrobe warna putihnya yang dia gantung tadi. Dia harus segera ke rumah sakit.
Hanya saja, tubuhnya terlalu lemas bahkan untuk bisa mencapai pintu. Tubuh yang masih polos itu tersungkur di lantai kamar mandi. Dilihatnya air di lantai itu tampak memerah. Darah masih saja mengalir dari urat nadi yang tadi dia sayat.
Ibu... bapak... maafin Sonja... Maaf... Maaf...
Kemudian gelap. Matanya menutup. Dia tidak tahu apa yang terjadi kemudian.
***
Seorang lelaki tampan, tampak tak henti menciumi tangan kanan seorang gadis yang tergolek lemah di brankar. Hanya tangan kanan gadis itu yang bebas, karena tangan kirinya terbebat perban di pergelangan tangan. Mata tajamnya nanar melihat kondisi si gadis.
Berkali-kali kata maaf terucap dari bibirnya. Hanya satu kata saja, ya... satu maaf. Tanpa sadar dia menangis terisak, entah menangisi apa atau siapa. Menangisi si gadis yang tergolek lemah, berjuang antara hidup dan mati, atau menangisi segala kelakuan jahatnya pada si gadis. Hingga akhirnya membuat gadis ini hilang akal dan berbuat dosa. Lelaki itu tidak tahu.
Dia hanya berharap, semua tidak terlambat. Bahwa Tuhan akan memberi mukjizat, agar gadis di brankar itu, tersadar dan bisa menebus dosa karena perbuatan nekatnya ini. Dosa yang gadis itu lakukan karena dia, karena perbuatannya pada gadis ini. Gadis yang dia cintai.
Dia tahu, semua ini salahnya! Dialah alasan terbesar hingga gadis itu nekat ingin mengakhiri hidupnya. Dia, ya dia.
***
Hai.... Insya Allah kalau yang ini daily update yaak. Any supporting comments pleaseee... jangan lupa masukkan cerita ini ke library kalian agar tidak ketinggalan. Luuph youuu...