t i g a b e l a s ✓

812 Words
Nara membalik telur dadar diatas teflon dengan sekali gerakan. Dibelakangnya ada Daffa yang sudah rapih dengan kaus polos berwarna putih serta celana pendek berwarna merah. Nara mengambil piring lalu menaruh telur tadi diatasnya. "Makan sini sayang Bunda suapin ya?" Tanya Nara "Enggak mau Bunda. Daffa udah besal, jadi mau mam sendili." Nara tersenyum menanggapi ucapan Daffa. Anaknya ini terlalu mengerti. "Daffa mau mam sendiri?" "Iya Bunda.." "Yasudah kalo gitu, Daffa mam sendiri ya? Bunda mau ke dapur sebentar." Daffa menganggukkan kepalanya, lalu memasukan sesendok nasi+telur tadi ke dalam mulut kecilnya. Nara memperhatikan Daffa dari dapur dikontrakan-nya yang langsung mengarah ke ruang tv, dimana ada Daffa yang sedang memakan sarapannya dengan lahap. Ia tersenyum anaknya ini sangat mandiri. Dan Nara merasa sangat bangga. "Bunda habis ini Daffa boleh main laket?" Nara menghampiri Daffa lalu mengusap lembut rambut anaknya. "Boleh kok, tapi mainnya hati-hati ya? Daffa mau main sama siapa memang?" "Main sama anaknya budhe Lahmi bunda, dia udah jago mainnya. Daffa juga pengen kayak gitu!" "Daffa diajarin sama Kakak Nesya?" "Iya bunda!" "Yaudah boleh, tapi hati-hati ya sayang.." "Iyaaaaa bunda, oke deeh!" Daffa mencium pipi Nara dengan sayang. Membuat Nara menyunggingkan senyumnya. *** Rama bangun dari tidur lalu mengucek matanya. Ia melihat ke sekelilingnya, sinar matahari sudah begitu terik. Ia melirik jam yang ada diatas nakas samping tempat tidurnya lalu menghela napas. "Gue bangun siang bener sih!" Tangannya meraih sebuah ponsel dan membuka applikasi chat Line. Chat dari Farhan berada paling atas. Farhan Ram bangun woyy [07.53] woi bangun! [08.56] Lumutan gue dikamar nungguin lo keluar doang-_- [09.10] Kalo sampe jam setengah sepuluh lo ga keluar juga, gue tinggal Ram. Bye.[09.15] Rama langsung meloncat keluar dari selimut dan masuk ke kamar mandi. Selang 15 menit kemudian Rama keluar dengan pakaian yang sudah rapih. Ia menyabet dompet dan juga ponselnya lalu memasukan dompetnya ke dalam saku jeans pendeknya. Ia mendial nomor Farhan, dan berkata bahwa ia sudah keluar dari kamarnya. "Kebo banget, Ram." Ucap Farhan. Rama tertawa, "Maaf bos maaf hahahaha gue ngantuk bener deh. Gak bohong gue!" Farhan hanya bergumam. Membuat Rama menggidikan bahu. Mereka berjalan keluar, di sana sudah ada Pak Nadimin. Pak Nadimin adalah orang yang pernah bekerja dirumah orang tua Farhan. Ia bertugas menyewakan Farhan mobil selama mereka berada di Yogyakarta.  "Matur suwon yo pak," ucap Farhan sambil tersenyum manis. Pak Nadimin menundukan kepalanya. "Nggeh mas Farhan.. sama-samaa!" Farhan masuk ke dalam mobil bersama Rama. Ia berencana akan ke Malioboro. Jarak dari Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta ke Malioboro sendiri adalah kisaran 15 menit dengan menggunakan mobil. "Ram gue takut," kata Farhan. Rama menoleh ke arah Farhan, "Takut kenapa lo?" "Gue takut gak nemuin Nara dan anaknya." "Ck gak usah pesimis dulu lah. Belum apa-apa lo udah takut duluan." "Tapi emang bener, Ma, gue takut banget." Rama menepuk bahu Farhan pelan, "Bro denger ya, lo gak boleh nyerah man. Lo bukan pengecut kan?" Farhan menggeleng. "Lo sayang anak lo dan Nara kan?" "Banget," sahut Farhan cepat "Nah yaudah lo harus perjuangin mereka. Cari mereka, jangan pesimis kayak gini oke?!" "Iyaa okaay!" Dan dengan begitu tekad Farhan untuk mencari Nara dan juga anaknya pun semakin kuat. *** "Kak Neca ayoo buluuuaan lempal kook nya ke Daffa!" Titah Daffa. Nesya segara melambungkan kook yang ada ditangannya pada sebuah raket berwarna merah. "Daffa itu tangkis kook dari akuuu!" "Ih kak Neca ini susah, gimana sih calanya?" "Ih nih gini lho, pertama kamu pegang kok nya di tangan yang sini," Nesya mengarahkan tangan kiri Daffa untuk memegang kok tersebut. "Terus abis itu raketnya kamu pegang, kook yang tadi kamu deketin sama senar raketnyaa!" lanjut Nesya. Daffa seakan mengerti. Pun ia melakukan apa yang diajarkan Nesya tadi padanya. Lemparan pertama gagal, kedua gagal, ketiga gagal dan yang keempat lemparannya berhasil. Tapi sayang, kok itu meleset jauh hingga mengenai ujung sepatu adidas seorang pria yang berdiri tak jauh dari anak itu. Pria itu membungkuk untuk mengambil kook tadi dan segera menghampiri Daffa juga Nesya yang agak gemetaran. "Ini punya kamu, ya?" Tanya pria itu. Daffa mengangguk sambil menunduk membuat pria di depannya ini gemas. "Nih om balikin, mainnya hati-hati ya sayang," ucapnya sambil mengusap-usap rambut Daffa yang agak panjang. "Iya om maafin kita ya om.." "Iya om maafin," pria itu tersenyum manis. "Oiya nama kalian siapa?" Daffa mengangkat wajahnya, dan seketika pria itu merasa degdegan. Daffa tersenyum, "Namaku Daffa om. Salam kenal yaaa!" "Daffa?" "Iya oom, Daffa. Yang ini kak Neca!" Daffa memperkenalkan Nesya kepada pria tadi. "Nama om siapaa?" Tanya Nesya "Nama om..." Belum sempat cowok itu menjawab, Daffa buru-buru menyela. Ia melihat jam tangan dipergelangan tangan kirinya dan mendapati bahwa ia harus segera pulang sekarang. Maka dari itu, "Daffa pulang dulu ya om! Nanti Bunda malahin Daffa kalo pulang telat," tangan Daffa menarik tangan Nesya. "Ayoo kak neca, dadaaah om kacamataaa!" Setelah melihat dua anak itu berlari, entah kenapa jantung satu dari dua pria itu seperti sedang menari-nari. Berdetak tak karuan. Tuhan, ada apa ini? ••••
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD