Christie membulatkan mata saat melihat sosok lelaki di hadapannya. Lelaki itu tersenyum lebar dan tampak tak berdosa. “Apa ini, hari Minggu?” Lelaki tertawa. “Hari Jumat. Aku mau ngajak kamu sarapan pagi. Aku tahu restoran yang enak di Melbourne.” Christie menggeleng-geleng. “Modus!” Andrew terbahak. “Aku orang rajin yang selalu berusaha. Jangan ditolak ya! Aku udah datang jauh-jauh ke sini masa mau diusir?” Andrew menatap Christie memelas, bagai bocah yang tengah merayu ibunya untuk dibelikan mainan. “Okay. Tunggu tiga puluh menit ya. Masuk dulu.” Christie menggeser tubuhnya dan memberi jalan pada Andrew. Senyum bahagia terlukis jelas pada wajah Andrew. Entah sudah berapa lama ia tidak pernah tersenyum tulus dari hati. Ia selalu memamerkan tawa, tetapi tidak pernah merasa benar-bena