“Om Gala, ayo kita pacaran!” pinta Sasha tanpa basa-basi, setelah dirinya baru saja masuk dan menutup pintu kamar Gala dari dalam.
Gala, yang sedang duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya, seketika menatap Sasha dengan dingin dan kening yang berkerut. Ia terkejut sekaligus heran dengan kadatangan Sasha yang tiba-tiba. Namun, Gala masih bisa bersikap tenang.
“Ngapain kamu masuk ke kamarku?” tanya Gala. Intonasinya terdengar datar dan dingin. Ia jelas tidak terkesan dengan pernyataan mendadak Sasha.
Sasha dengan rambut panjangnya yang tergerai serta gaun cerahnya yang kontras dengan suasana kamar Gala, hanya tersenyum manis sambil mendekat ke arah Gala. “Sasha bilang, ayo kita pacaran, Om. Om Gala mau jadi pacarnya Sasha, kan?” pintanya lagi tanpa merasa bersalah.
Gala menghela napas kasar sebelum menutup laptop di pangkuannya. Suasana hatinya langsung berubah buruk dengan kemunculan Sasha. “Aku sibuk. Aku gak punya waktu buat main-main sama bocah kayak kamu,” ucapnya ketus.
Hanya saja, Gala tidak menyadari jika gaya tak acuhnya semakin menambah nilai plus di mata Sasha. Apalagi lengan kokoh Gala yang terpampang karena sebagian lengan bajunya di singsingkan naik, membuat daya pesona Gala semakin bertambah.
“Ih … Sasha udah gede kali, Om! Umur Sasha udah 18 tahun,” sanggah Sasha membela diri.
“Terus, kamu kira aku bakalan tertarik sama bocah ingusan kayak kamu? Kamu itu temannya Rena, kan? Yang ada aku bakalan diketawain kalau pacaran sama teman keponakanku sendiri.”
Ya, Sasha adalah teman dari Rena-keponakan Gala. Gala memang sering melihat Sasha di rumah Rena. Namun, Gala dan Sasha tidak pernah saling berbincang sebelumnya. Tentu saja sikap Sasha kali ini, sangat membingungkan Gala.
“Om Gala jahat banget, sih, jawabnya kayak gitu? Aku udah bela-belain naik ke lantai dua buat nyariin Om Gala dan terpaksa ninggalin acara pesta ultahnya Rena di bawah, lo,” protesnya.
“Siapa yang suruh kamu naik ke sini dan masuk ke kamarku?” Gala berdecak kesal. “Udah, aku sibuk. Aku gak ada waktu buat main-main sama kamu. Yang ada entar malah jadi fitnah kalau kamu di sini terus. Sana keluar dari kamarku!” Gala bahkan berusaha mendorong tubuh Sasha agar keluar dari kamarnya.
Namun, Sasha malah menggeleng bahkan menahan tubuhnya agar tetap berdiri di tempat akibat dorongan Gala. “Enggak mau! Sasha enggak akan keluar dari sini sebelum Om Gala jawab mau.”
“Astaga bocah ini!” Gala menyugar kasar rambutnya karena frustasi. “Apa sih, maumu?”
“Sasha kan sudah bilang, Sasha pengen Om Gala jadi pacar Sasha.”
“Enggak!” tolak Gala cepat. Ia kembali mencoba mendorong tubuh Sasha agar keluar dari kamarnya.
“Please, Om.” Sasha memohon. Ia bahkan menyatukan kedua telapak tangan di depan dadanya. “Sasha capek diejekin mulu sama temen-temen. Mereka bilang Sasha gak laku.”
Memang benar yang dikatakan Sasha. Namun, selain alasan itu, Sasha memang sudah tertarik kepada Gala sejak pertama melihatnya. Hanya saja, ia tidak mungkin langsung mengutarakan karena takut dianggap murahan. Entah ide gila dari mana, Sasha nekad masuk ke kamar Gala saat acara pesta ulang tahun Rena sedang berlangsung.
“Apa urusannya sama aku? Itu kan urusan kamu. Enggak, pokoknya aku gak mau!” Ternyata Gala masih saja menolak meski Sasha berusaha menjelaskan.
“Gini deh, Om. Sasha bakalan mau disuruh Om Gala buat ngelakuin apa aja selama yang Om Gala mau, asalkan Om Gala mau jadi pacarnya Sasha malam ini. Gimana?” tawar Sasha.
“Enggak!” Gala masih kukuh pada prinsipnya. “Aku gak mau terlibat dalam permainanmu itu. Sekarang kamu keluar dari kamarku sebelum Mbak Nadia tahu.”
Harapan Sasha seketika pupus setelah mendengar Gala. Pria itu bahkan masih berusaha mengusir Sasha dengan mendorong tubuhnya menuju pintu keluar.
Sasha jelas kecewa. Harapannya bisa membungkam mulut teman-temannya dengan mempamerkan Gala ternyata gagal.
“Berat banget, sih, tubuh kamu? Sana keluar,” ucap Gala yang masih mendorong-dorong tubuh Sasha.
Namun, ide gila lain tiba-tiba muncul dalam pikiran Sasha. Ia sudah nekad bertindak sejauh ini dan tidak akan membiarkan tujuannya gagal begitu saja.
“Om! Jangan salahin Sasha karena Om Gala nolak aku terus.” Tanpa diduga, Sasha merobek gaunnya dengan mudah tanpa bisa Gala cegah. Ia bahkan mengacak-acak susunan rambutnya yang tertata rapi.
“Ngapain kamu!” Gala seketika mendelik melihat aksi Sasha.
Tak peduli dengan protes Gala, Sasha kembali merobek gaunnya lebih banyak hingga menampakkan sebagian kulit mulusnya.
“Sha! Jangan aneh-aneh!” teriak Gala frustasi.
“Pokoknya Om Gala harus mau jadi pacarku. Kalau Om Gala nolak, aku bakalan keluar dari sini dan ngadu ke Tante Nadia kalau Om udah apa-apain aku,” ancam Sasha.
“Kamu itu ngomongin apa sih, Sha! Gila apa?” Gala tetap menolak permintaan Sasha.
“Ya udah kalau Om tetep gak mau. Jangan salahin Sasha.” Sasha semakin memperburuk tampilannya dan berteriak sekencang-kencangnya. “Aa!! Tolong!”
“Sha!” Gala spontan membekap mulut Sasha. “Jangan gila ya, kamu!”
Sasha menggigit kuat-kuat tangan Gala hingga berhasil membuat pria itu melepaskan tangannya. “Sasha!” bentak Gala sambil mengibas-ngibaskan tangannya yang terasa nyeri akibat gigitan Sasha.
Sementara kelengahan Gala langsung digunakan Sasha untuk keluar dari kamar Gala.
“Sha! Jangan gila, kamu!” Gala berusaha mencegah. Namun, sebelum dirinya berhasil menangkap pergelangan tangan gadis itu, Nadia-kakak Gala lebih dulu sampai di depan kamar Gala.
Kedua mata Nadia langsung membola ketika melihat penampilan acak-acakan Sasha yang keluar dari kamar Gala. Apalagi jelas-jelas ia melihat Gala berusaha menarik Sasha. “Sasha! Gala! Kalian habis ngapain?” tanya Nadia curiga.
Gala buru-buru menyanggah, “Ini enggak seperti yang Mbak Nadia kira. Aku sama bocah ini enggak—“
“Maafin Sasha, Tante. Tapi Om Gala terus maksa Sasha tadi.” Sasha lebih dulu memotong kalimat Gala sebelum laki-laki itu berhasil menyelesaikannya. Gadis itu mendadak memasang muka sedih dan berlagak tersakiti.
“Rasain! Salah sendiri nolak terus!” batin Sasha bersorak gembira.
“Astaga Gala! Udah gila kamu, ya!” bentak Nadia kepada Gala dengan raut merah padam.
“Aku enggak ngapa-ngapain Sasha, Mbak. Dia sendiri yang—“
“Ada apa ini?” sela Pram-suami Nadia yang tiba-tiba datang dan membuat Gala kembali tidak bisa menyelesaikan ucapannya. Ayah Rena itu hendak mengambil sesuatu di lantai atas dan malah mendapati hal mengejutkan di depan kamar Gala. Raut terkejutnya tidak bisa ditutupi setelah melihat penampilan acak-acakan dari teman anaknya itu.
Gala mengusap wajahnya dengan kasar. “Astaga! Ini enggak seperti yang kalian kira!”
***
Nadia berhasil mendudukkan Gala dan Sasha pada sofa yang berada di dalam kamar Gala. Sementara Pram kembali ke lantai bawah dan menemani Rena karena pesta ulang tahun anaknya itu belum selesai.
“Tolong jelasin ke aku. Kenapa kalian bisa keluar bersama dari sini?” tanya Nadia penuh selidik. Sorotnya bergantian melihat ke arah Gala dan Sasha.
“Mbak! Percaya sama aku. Aku enggak ngapa-ngapain Sasha,” Gala mencoba membela diri.
“Terus kenapa gaun Sasha bisa robek kayak gitu, Gala? Kalau gak kuat nahan nafsu, kamu bisa menikah lagi, Gala. Mbak tahu kamu udah lama menduda. Tapi kamu keterlaluan kalau ngelampiasin hasrat kamu ke teman ponakan kamu kayak gini! Kalau Sasha sampai hamil, gimana?”
“Hamil dari mana, Mbak? Orang kita gak lakuin apa-apa?”
“Om jangan bohong?” Kali ini ganti Sasha yang bersuara. Gadis itu berlagak menangis saat mengatakan, “Om yang maksa aku tadi. Coba kalau tadi aku telat lepasin diri. Pasti Om udah ….”
“Udah apanya? Kamu jangan ngada-ngada, ya!” Gala semakin marah dengan pernyataan yang dilontarkan Sasha.
Namun, Sasha malah menangis makin keras dan membuat Nadia langsung membentak Gala. “Gala!”
Ya, Sasha terpaksa berbohong di depan Nadia. Dia tahu jika seisi rumah tidak ada yang berani melawan Nadia. Dan Sasha berharap Nadia bisa mengabulkan keinginannya.
“Astaga bocah ini!” Gala hampir saja meledak karena tidak tahan dengan semua sandiwara yang Sasha buat. Apalagi Nadia seolah berpihak kepada Sasha.
“Jadi maksud kamu, Gala hampir aja perkosa kamu tadi, Sha?” tanya Nadia dan langsung mendapat anggukan dari Sasha.
“Mbak! Aku sama sekali gak ada niat buat lakuin itu ke bocah ini!”
“Diam kamu, Gala! Mbak tanya ke Sasha bukan kamu!”
Masalahnya, pernikahan Gala dengan Karin-mantan istrinya terdahulu, juga terjadi karena Karin hamil lebih dulu. Hal itu yang membuat Nadia trauma dan tidak bisa percaya sepenuhnya kepada Gala.
Nadia kembali menatap Sasha dan menuntut jawaban dari gadis itu. “Jawab, Sha. Gak usah takut.”
Sasha perlahan mendongak ke arah Nadia dan menjawab dengan lirih, “Iya, Tante. Om Gala hampir perkosa Sasha tadi.”
Nadia menghirup udara dalam-dalam setelah mendengar Sasha. Ia bahkan memijat pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut karena memikirkan kelakuan adik laki-lakinya.
“Astaga …!” Gala hanya bisa mendengkus kesal dan mengusap kasar wajahnya. Karena mau menyanggah seperti apapun juga, Nadia tetap tidak mempercayainya.
“Mampus kamu, Om!” batin Sasha yang kegirangan membayangkan Gala kena omelan habis-habisan dari Nadia.
Nadia benar-benar pusing dengan kelakuan Gala. Ia juga takut kalau Gala akan mencoreng kembali nama baik keluarga besarnya.
Setelah berpikir sejenak, Nadia dengan tegas berkata, “Gala, kita antar Sasha pulang sekarang juga dan jelasin ke Bapaknya Sasha, kalau kita mau ngelamar Sasha!”
“Apa?!”