Gadis Memesona

3052 Words
    Sebuah kereta kuda yang tampak mewah dengan sebuah bendera yang bekibar di atasnya, membelah jalanan yang semula padat dengan orang-orang yang berlalu-lalang. Orang-orang yang melihat kereta mewah itu, secara serempak membuka jalan bagi kereta kuda yang ditumpangi oleh sosok yang sangat disegani serta sangat dicintai oleh orang-orang walaupun dirinya memiliki pembawaan dingin yang rasanya tidak mudah untuk didekati oleh siapa pun. Orang itu tak lain adalah Archard Walton Baxter, seorang Duke muda yang menjabat posisi duke dengan segala kharisma serta segala kemampuannya yang mumpuni. Archard mewarisi kedudukan Duke begitu kedua orang tuanya berpulang. Meskipun tidak terhitung terlalu muda saat menduduki kursi Duke, tetapi Archard masih saja membuat semua orang kagum.     Selain karena dirinya sukses menjadi seorang Duke yang membawa kesejahteraan bagi rakyatnya, Archard juga menjadi incaran bagi semua wanita di kekaisaran Eilxaia ini. Benar, Archard yang memiliki status tinggi, harta berlimpah dan rupa yang rupawan, menjadi sosok yang diincar oleh semua wanita, lalu diikuti oleh sang Kaisar yang juga memiliki ketampanan yang tidak manusiawi seperti dirinya. Tahun ini, Archard sudah menginjak usia dua puluh delapan tahun, tetapi ia sama sekali tidak memiliki niat atau pikiran untuk segera mencari pendamping hidup. Setiap tawaran mas kawin dan lamaran yang datang ke kediamannya selalu ia tolak dengan dingin, seperti kesan yang selalu ia bawa ke mana pun ia pergi.     Bagi Archard, ia ingin memiliki pendamping hidup yang bisa menyaingi pesona sang ibu. Memiliki netra yang berkilau, semangat juang yang tinggi, tetapi memiliki kelembutan serta kebaikan hati yang tak terukur. Namun hingga saat ini, Archard belum menemukan seorang wanita pun yang bisa membuat hatinya bergetar. Tidak ada satu pun wanita yang bisa membuatnya tertarik untuk mengenalnya lebih jauh, dan tertantang untuk memilikinya seutuhnya. Semua wanita yang Archard temui selama ini, rasanya sangat tidak memenuhi standard an persyaratan yang Archard miliki mengenai perempuan idamannya. Namun, lagi-lagi Archard tidak peduli.     Tanpa wanita pun, selama ini Archard hidup dengan baik. Ia tidak merasa kekurangan suatu apa pun. Mungkin, pria lajang seusianya yang memang belum memiliki pasangan akan mencari kesenangan bersama para wanita di bar, tetapi Archard bukan pria seperti itu. Ia akan memilih untuk menghabiskan waktunya dengan berlatih dan meningkatkan kemampuan berpedangnya yang sudah mumpuni. Archard tidak membutuhkan seorang wanita, untuk saat ini. Karena sejauh ini, apa yang Archard lihat dari kawan-kawan dan bawahannya yang sudah memiliki kekasih bahkan istri, ternyata hanya menambah tugas saja. Archard sudah memiliki segunung tugas, dan tidak memiliki waktu untuk mengurusi masalah seperti itu.     Archard menghela napas panjang. tampak begitu bosan dan lelah. Ia meletakkan laporan keuangan kawasan Duchy Brook di mana dirinya memimpin dan mengernyitkan keningnya dalam-dalam seolah tengah memikirkan sesuatu yang sangat sulit. Ekspresi seriusnya saat ini terlihat begitu menawan. Archard yang memang pada dasarnya sudah memiliki wajah tampan dan menawan, semakin tampak memesona saja dengan ekspresinya itu. Bawahan yang duduk berseberangan dengannya di dalam kereta kuda, diam-diam berdecak dalam hatinya. Ia tidak habis pikir dengan pesona yang dimiliki oleh sang tuan. Bagaimana Tuhan bisa menciptakan seseorang sesempurna Archard? Selain rupa, Archard juga memiliki kedudukan dan kekayaan yang berlimpah, yang tentu saja lebih dari cukup membuat para wanita berbondong-bondong untuk naik ke atas ranjangnya.     Setelah lama berpikir, tiba-tiba Archard berkata pada bawahannya yang berkuda menyeimbangkan kecepatan kereta kuda yang dinaiki oleh Archard, “Naikkan pajak bumi dan pajak tambang sebanyak tiga persen untuk para bangsawan di daerah Barat.”     Nero—ajudan Archard—menyahut, “Saya akan melaksakannya sesuai dengan perintah Anda, Tuan Duke.”     Archard tidak menyahut atau mengatakan apa pun lagi. Ia terlalu lelah dan malas untuk mengatakan sesuatu. Saat ini, hal yang ingin Archard lakukan adalah menyelesaikan semua tugas dan rencananya hari ini lalu beristirhat di kediamannya yang nyaman. Kediaman di mana dirinya memiliki sejuta kenangan indah bersama kedua orang tuanya yang sudah berpulang. Archard menghela napas lagi. Entah itu helaan napas keberapa kali untuk hari ini. Jujur saja, Archard memang tengah merasa agak stress dengan permasalahannya dengan Kaisar. Benar, Kaisar. Saat ini negeri Eilexia bukan lagi sebuah kerajaan, melainkan sebuah kekaisaran yang memiliki daerah yang luas dan rakyat yang hidup dengan makmur. Tentu saja, Archard  mengambil andil besar dalam perkembangan daerah kekuasaan kekaisaran ini. Atas strategi dan kepemimpinannya sebagai pemimpin pasukan, negri Eilaxia selalu berhasil memenangkan perang lalu mendapatkan daerah kekuasaan baru yang membuat kekuatan negri ini semakin kokoh saja.     Archard jelas mewarisi kemampuan strategi dan berperang yang dimiliki oleh sang ayah. Pada dasarnya, Archard memang sudah berbakat dan mengasah bakatnya itu dengan baik hingga menghasilkan kemampuan yang semakin membaik dari waktu ke waktu. Kembali membicarakan masalahnya dengan Kaisar. Archard merasa pusing karena Kaisar tampak terlalu mendengarkan apa yang dikatakan oleh penasihat kerajaan. Terkadang, Kaisar bahkan memberikan kuasa penuh pada penasihan kerajaan untuk memberikan keputusan terhadap sesuatu yang seharusnya hanya boleh diputuskan oleh Kaisar yang sudah mempertimbangkan dan memikikan baik serta buruknya keputusan yang akan ia ambil tersebut. Archard merasa jika Kaisar terus melakukan hal ini, ia malah akan kehilangan kepercayaan rakyat yang mulai bergunjing mengenai dirinya yang disebut sebagai Kaisar yang tidak memiliki pendirian. Archard menghela napas untuk kesekian kalinya. Ia lalu membuka gorden jendela kereta kudanya untuk sedikit bersenang-senang dengan meihat pemandangan keramaian ibu kota yang akhir-akhir ini sulit dilihat olehnya.     Beberapa bulan ini, Archard memang harus terkurung di dalam ruang kerjanya untuk mengurus beberapa hal mengenai daerah kekuasaannya. Archard memutar otaknya agar semua rakyatnya merasakan sebuah kesejahteraan dalam hidup mereka. Archard ingin menekan kesenjagan sosial, dan tidak ingin membuat para bangsawan meraup keuntungan yang membuat para rakyat kalangan bawah hidup dalam kubangan hutang yang tidak berujung. Karena itulah, keputusan melakukan kenaikan pajak adalah keputusan yang paling tepat untuk saat ini, sebelum Archard menemukan cara baru yang bisa memberikan solusi yang lebih baik daripada ini.     “Tuan Duke, kita sudah sampai,” ucap Nero melaporkan situasi.     Archard pun mengankat pandangannya dan menatap deretan pertokoan yang berada di salah satu sisi ibu kota yang selalu padat dan rami ini. Archard pun berkata, “Pergilah dan bawakan aku yang seperti biasa.”     Nero tentu saja tidak mengatakan penolakan dan segera turun dari kudanya untuk melakukan apa yang sudah diperintahkan oleh Archard. Ternyata, Nero memasuki sebuah toko bunga yang memang sangat terkenal di kekaisaran ini. Toko bunga itu menjadi primadona bagi para bangsawan yang ingin membeli bunga-bunga indah berbagai jenis, entah itu untuk hadiah atau untuk dipajang di kediaman mewah mereka. Selain karena kualitas bunganya yang selalu baik, populeritasnya di kalangan para bangsawan membuat harga jual bunga di toko tersebut tidaklah main-main. Namun, bangsawan mana yang akan memikirkan kocek demi mempertahankan gengsi?     Tampaknya, Archard tidak berniat untuk turun dari kereta kuda mewahnya. Ia malah kembali melirik kertas laporan yang memang sebelumnya sudah disiapkan oleh Nero. Namun, belum juga ia membaca isinya, Archard sudah lebih dulu tertarik dengan suara bising yang terjadi di seberang sana. Tanpa pikir panjang, Archard pun membuka gorden dan melihat sebuah toko herbal yang tampak cukup ramai oleh orang-orang yang mengantri di depannya. Archard tahu toko ini, karena sempat mendengar dari kepala pelayan jika ini adalah toko herbal terbaik di kekaisaran. Namun, Archard belum pernah datang ke toko ini. Jadi, ia belum bisa membuktikan apa perkataan itu ada benarnya. Hanya saja, melihat antrian sepanjang ini, Archard merasa jika kemungkinan rumor yang beredar memang benar adanya.     Saat Archard akan kembali menutup gorden, netra keemasan Archard yang memukau, tampak menangkap pemandangan yang cukup menarik baginya. Hal itu adalah, pemandangan seorang wanita bangsawan berusia sembilan belas tahunan yang tampak mendorong seorang pria dewasa yang ukuran tubuhnya tentu saja lebih besar darinya. Namun, perempuan cantik yang membawa kesan anggun di setiap gerakannya itu, tidak terlihat takut sedikit pun. Kedua netranya berkilauan diterpa cahaya mahatari yang cukup terik. Kulitnya yang seputih porselen menggoda siapa pun yang melihatnya untuk menyentuhnya dan bermain dengan senang hati di sana. Ia perwujudan nyata dari sebuah keindahan, dan Archard mengakui hal itu.     Sayangnya, Archard sama sekali tidak mengenai gadis cantik itu. Melihat dari pakaian dan caranya bertingkah, Archard bisa mengatakan degan tegas jika dia adalah seorang bangsawan sejati. Namun, Archard tidak mengenalinya. Jangan pikir Archard adalah seorang b******n yang mengingat nama dan wajah wanita bangsawan yang berada di kekaisaran ini. Namun, Archard yakin jika dirinya pasti bisa mengingat sekilas wajah perempuan yang ia temui, apalagi wanita yang memiliki kesan kuat sepertinya. Archard pun berpikir, jika mereka memang tidak pernah bertemu di pesta bangsawan mana pun. Itu wajar saja, karena Archard biasanya sangat jarang memenuhi undangan pesta para bangsawan. Ia hanya sesekali menghadiri pesta yang diselenggarakan di istana. Itu pun, setelah memberikan salam pada kaisar, Archard akan pulang tanpa menoleh sedikit pun.     Sudut bibir Archard naik, seolah-olah dirinya melihat sesuatu yang menarik. Saat ini, Archard yang dingin bisa secara lugas mengatakan jika dirinya benar-benar tertarik pada sosok wanita bangsawan yang berani itu. Archard menyurutkan seringainya begitu mendengar Nero kembali. “Tuan, ini pesanan Tuan,” ucap Nero sembari memberikan dua buket bunga indah pada Archard.     Archard menerimanya dan menatap dua buket bunga itu dengan tatapan sendu, yang sedetik kemudian segera ia tutupi. Archard mengendikkan dagunya ke arah toko herbal yang saat ini sudah kembali tenang dengan antrian orang-orang yang akan membeli obat. “Cari nona muda yang serupa dengan bunga mawar tadi. Cari tahu segala hal tentangnya. Nanti malam, aku ingin data yang kuminta sudah berada di atas mejaku, Nero,” ucap Archard membuat Nero hampir tersedak.     Apa? Gadis serupa dengan bunga mawar? Nero benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Bagaimana bisa sang tuan yang terkesan dingin ini memberikan perintah untuknya mencari informasi mengenai seorang gadis. Hal yang paling mengesankan adalah, Archard memberikan perbandingan yang sangat baik. Ia bahkan membandingkan gadis tersebut dengan mawar yang indah. Nero yang memang belum mengerti wanita mana yang dimaksud oleh Archard lalu bertanya, “Maaf, Tuan. Tapi saya tidak mengetahui gadis mana yang Tuan maksud?”     Archard yang semula masih menatap buket bunga, sontak mengangkat pandangannya dan menatap Nero dengan dingin. “Sebenarnya, sudah berapa tahun aku mempekerjakanmu sebagai bawahan yang paling aku percaya, Nero?” tanya Archard membuat Nero menelan ludah.     “Sudah sekitar lima belas tahun, Tuan,” jawab Nero gugup.     “Aku rasa itu bukan waktu yang singkat, untuk belajar memahami apa yang aku maksud.”     Archard jelas-jelas tengah mengkritik ketidak cakapan Nero atas tugasnya. Nero pun memutar otaknya lalu menatap arah toko herbal yang sempat ditatap oleh Archard sebelumnya. Butuh beberapa saat sebelum Nero mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh Archard sebelumnya. Saat kereta kuda mulai melaju, Nero pun berseru, “Baik, Tuan. Saya akan mencari informasi mengenai Nona itu!”     Tiba-tiba Nero merasa begitu bersemangat. Ia membayangkan, jika tuannya ini memang bersanding dengan nona yang tengah berada dalam bayangannya ini. Jika benar, maka keluarga Duke Baxter akan mendapatkan calon penerus yang sangat menawan. Lebih dari itu, Nero merasa sangat bahagia karena pada akhirnya sang tuan menunjukkan ketertarikannya pada seorang wanita. Walaupun, pada situasi dan kondisi yang benar-benar di luar bayangan Nero. Kini, netra Nero dipenuhi oleh semangat yang tidak luput dari pandangan Archard. Ia pun mendengkus. Inilah kenapa dirinya malas memiliki ketertarikan pada seorang wanita.     Archard yakin, Nero pasti akan membuat keributan di kediaman dan menyebarkan kabar jika dirinya telah jatuh hati pada seorang wanita. Namun, Archard tidak berpikir untuk menghentikan aksi Nero yang terkadang membuatnya pusing itu. Archard sendiri mengakui, jika kemungkinan besar, dirinya memang sudah jatuh hati pada gadis bangsawan yang baru pertama kali ia temui itu. Archard mengangkat tangannya dan menutupi seringainya. Ia menantikan informasi mengenai gadis itu. Hanya melihat sekilas caranya bersikap, sudah membuat Archard tertarik. Dan kini Archard penasaran, akan seberapa menariknya kah gadis itu setelah Archard mengenalnya lebih jauh?       **             Kereta kuda keluarga Duke Baxter tiba di sebuah area pemakaman yang diperuntukan untuk keturunan dua keluarga paling dihormati di kekaisaran Eilaxia. Itu adalah keluarga kekaisaran, dan keluarga Duke Baxter. Archard turun dari kereta kuda setelah Nero membuka pintu dan turun lebih dulu. Nero membawakan buket bunga yang sebelumnya telah mereka beli di toko bunga dan mengikuti langkah Archard yang melangkah dengan tenang menuju area pemakaman yang khusus digunakan oleh keturunan Duke Baxter. Archard tiba di depan sebuah pohon besar di mana ada dua buah batu nisan mengkilat yang dihiasi oleh tinta emas yang mengukir nama orang yang terbaring di bawah sana.     Archard tampak kesulitan mengendalikan emosinya, sebelum mengulurkan tangan pada Nero. Tentu saja Nero mengerti denga isyarat Archard dan segera memberikan buket bunga pada tuannya itu. Archard menatap salah satu nisan dan berkata, “Selamat sore, Ibu. Apa kau nyaman di sana? Aku harap, Tuhan menyiapkan tempat yang nyaman untukmu. Hari ini, aku membawakan bunga kesukaanmu, Ibu.”     Archard pun meletakkan salah satu buket bunga di dekat nisan yang bertuliskan Jolicia Baxter. “Aku sangat merindukanmu,” bisik Archard sembari menatap nisan ibunya dengan penuh kerinduan.     Bukan sebuah rahasia lagi, jika Archard memang sangat menyayangi sang ibu. Bahkan, saat dirinya kehilangan ibunya, Archard perlu waktu hingga berbulan-bulan lamanya untuk memulihkan diri dan kembali menjalankan aktifitasnya seperti biasa. Itu semua sudah menjadi bukti betapa Archard mencintai sang ibu. Archard berpindah menatap nisan sang ayah dan meletakkan buket bunga di atasnya. “Selamat sore juga, Ayah. Aku harap, kau menjaga Ibu dengan baik di sana. Tolong jangan lepaskan tangan Ibu,” ucap Archard penuh keseriusan, seaan-akan ayahnya yang sudah berada di surga bisa mendengar apa yang ia katakan tersebut.     Archard menghela napas panjang dan memejamkan matanya. Ia lalu duduk di antara makam ayah dan ibunya, sembari menikmati semilir angin. Meskipun ayah dan ibunya sudah berpulang, Archard selalu bisa merasakan kehadiran keduanya jika berada di sini. Setiap saat, ketika Archard merasa lelah, mengunjungi pusara keduanya adalah pilihan yang tepat untuk memulihkan energinya. Seakan-akan, keduanya memang sudah menunggu untuk dikunjungi dan mengisi energi Archard yang telah habis terkuras untuk mengurusi semua masalah politik dan pemerintahan.     “Kau juga datang berkunjung?”     Archard membuka matanya dan menoleh ke sumber suara. Tanpa menoleh pun, sebenarnya Darrance sudah mengetahui kehadiran seseorang. Namun, ia perlu melakukannya karena orang yang menyapanya terlebih dahulu ini, memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada dirinya. Benar, yang menyapa Archard barusan adalah Helio Orlan Ferrour, sang kaisar di kekaisaran Eilaxia ini. Nero segera memberikan hormat pada Helio, begitupula dengan Archard yang bangkit dan memberikan hormat pada kaisar. Helio menerima hormat tersebut dan berkata, “Tidak perlu terlalu formal. Ini di luar istana, dan tidak ada orang asing di sini.”     Helio lalu menatap nisan Duke dan Duchess terdahulu serta buket bunga indah yang terdapat di sana. “Apa kau sudah selesai menjenguk ayah dan ibumu?” tanya Helio.     “Tentu, Yang Mulia,” jawab Archard formal.     “Kalau begitu, bagaimana jika menemani aku untuk mengunjungi ayahanda, Kakak?” tanya Helio berusaha untuk membuat Archard berhenti bersikap formal. Karena Helio memang satu tahun lebih muda daripada Archard, bukan hal yang salah jika Helio menggunakan panggilan kakak untuk memanggil Archard. Hanya saja, Archard tidak terlalu nyaman mendengar panggilan tersebut dari Helio. Apalagi, mereka memang tidak memiliki hubungan sedekat itu untuk saling memanggil akrab. Mereka juga tidak memiliki hubungan darah. Hal yang mereka miliki adalah hubungan antara atasan dan bawahan, serta hubungan sejarah yang mengikat dua keluarga.     “Tentu saja Yang Mulia. Saya akan mengawal Yang Mulia,” ucap Archard.     Helio pun menghela napas, tetapi tak ayal segera melangkah dan diikuti oleh Archard yang melangkah di belakangnya selayaknya seorang bawahan. “Kak, mulai sekarang, Kakak harus bersiap untuk naik takhta. Waktunya sudah sebentar lagi,” ucap Helio tiba-tiba dan membuat kening Archard mengernyit beberapa saat.     “Yang Mulia tidak perlu mengatakan hal seperti itu. Saat ini, Yang Mulia masih duduk di singgasana, para rakyat juga sangat mendukung Yang Mulia dan mencintai Yang Mulia sebagai pemimpin. Jadi, Yang Mulia hanya perlu fokus untuk membuat negeri kita ini semakin makmur,” ucap Archard.     Helio tampak muram. Setiap Archard mengatakan hal ini, Helio akan teringat akan masa lalu mereka. Saat Helio kecil, ia meminta Archard untuk tidak bermimpi mendapatkan takhta karena Helio kecil pikir, Helio yang memang harus menjadi seorang raja atau kaisar saat ini. Namun, seiring berjalannya waktu, Helio sadar jika posisi ini memang bukan lagi miliknya atau keturunannya. Ini kursi yang harusnya diduduki oleh Archard. Karena itulah, Helio berusaha untuk menjalankan tugasnya sebagai kaisar dengan baik, hingga waktunya penyerahan takhta tiba. Selama itu, Helio harus berusaha menulikan dirinya sendiri, walaupun dirinya mendengar olokan orang-orang yang menyebutnya tidak tahu diri dan serakah karena menduduki takhta yang bukan lagi miliknya. Jika boleh jujur, posisi ini membuat Helio sesak.     Helio dan Archard tiba di area yang digunakan oleh keluarga Ferrour sebagai pemakaman keluarga. Helio berdiri di hadapan nisan ayah dan ibunya, lalu meletakkan buket bunga mini di atas nisan keduanya. “Selamat sore Ibu dan Ayah. Aku harap kalian berada di tempat yang nyaman bersama mendiang Duke dan Duchess. Semoga kalian bisa berkumpul dan bahagia di sana,” ucap Helio.     Keheningan meraja untuk beberapa saat, sebelum Helio tiba-tiba membahas mengenai masalah yang terjadi di perbatasan. “Ah, kemarin malam aku membaca laporan yang kau serahkan tempo hari. Sebenarnya, bagaimana mungkin masalah seperti itu terjadi di perbatasan kita? Meskipun itu memang area perbatasan, tetapi kita semua tahu jika setiap daerah kekaisaran Eilaxia sudah hidup makmur dengan semua kebutuhan yang terpenuhi dengan baik,” ucap Helio merasa tidak senang dengan laporan pemberontakan dan penjarahan yang terjadi di perbatasan.     “Memang terasa tidak masuk akal dan sulit untuk mengakuinya. Namun, itu adalah kenyataannya Yang Mulia. Saya sendiri yang menyaksikannya ketika melakukan patrol rahasia, dan saya sendiri yang membasmi mereka. Namun, saya yakin jika hal ini tidak terjadi di salah satu perbatasan kita saja. Pasti, hal ini juga terjadi di daerah lain, tetapi belum ada satu pun yang melaporkannya ke ibu kota. Kita jelas harus menyelidiki, sebenarnya apa yang telah terjadi di sini,” ucap Archard sembari menampilkan ekspresi serius.     “Tentu, kita harus mengusut tuntas apa yang sebenarnya terjadi di daerah kita ini.”     Baru saja Archard akan melanjutkan pembicaraan tersebut ke intinya, seorang pria tua mendekat dan memberikan hormat pada Helio dan Archard. Saat itulah, Archard memilih untuk menutup mulutnya rapat-rapat dan meningkatkan kewaspadaannya, walaupun tetap dengan menampilkan ekspresi tenang di permukaan. “Selamat sore juga Tuan Penasihat,” ucap Archard menjawab dengan formal sapaan Franz sang penasihat kekaisaran yang selalu berdiri di samping Helio selama kepemimpinannya.     “Anda terlihat sangat lelah, Tuan Duke. Sepertinya ada banyak masalah yang membuat Anda kelelahan,” ucap Franz membuat Archard mengangguk tipis.     “Hanya ada satu dua masalah yang disebabkan oleh para bangsawan tamak yang tidak tahu posisi mereka. Sampai saat ini, aku masih berpikir cara seperti apa yang harus aku lakukan untuk membuat mereka berhenti. Dan sepertinya, aku terlalu bersantai hingga mengabaikan tugasku,” ucap Archard lalu mengalihkan pandangannya menuju Helio.     “Yang Mulia, maafkan saya. Namun saya harus segera kembali. Ada beberapa hal yang harus saya selesaikan secepatnya. Saya harap Yang Mulia mengerti. Untuk masalah yang sebelumnya kita bicarakan, kita perlu mencari waktu untuk membicarakannya secara pribadi hanya berdua yang Mulia. Saya undur diri,” ucap Archard lalu memberikan hormat dan berbalik begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Helio. Saat melangkah pergi, Archard mengepalkan kedua tangannya. Dalam benaknya saat ini hanya terpikir satu hal. Apa pun caranya, ia harus membuat Helio menyadari jika di sekitarnya banyak rubah yang siap menjerumuskannya pada jurang tak berdasar. Archard harus bergegas, mencari cara dan bukti, demi menyelamatkan kekaisaran ini dari tangan-tangan hitam penuh keserakahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD