Cara Menghabiskan Uang

3018 Words
    Pesta di kediaman Marquis terus berlanjut dengan meriah. Tentu saja, kehadiran Duke Baxter dan Lady Heliose yang sangat jarang memunculkan kehadiran mereka di pesta atau pergaulang kelas atas, menjadi daya tarik yang lain. Para bangsawan tampak mabuk dengan dua keindahan yang sangat sulit mereka temui itu. Namun, suasana antara keduanya agak mencurigakan. Siapa pun bisa melihat jika saat ini Duke Baxter tampak terus menatap Lady Heloise yang tidak peduli dengan tatapan tersebut dan memilih fokus dengan kegiatannya menikmati jamuan. Keduanya tampak tidak peduli dan tidak ingin berbaur dengan yang lainnya, bahkan keduanya sama sekali  tidak turun ke lantai dansa untuk menarikan sebuah lagu.     Semua orang diam-diam terus mengamati interaksi keduanya. Mereka juga bertanya-tanya, apa kemungkinan Duke Baxter yang berhati dingin itu mengalami cinta pandangan pertama? Atau mungkin, Duke Baxter dan Lady Heloise memang sudah berinteraksi sebelumnya hingga membuat tuan Duke yang berhati dingin itu berekespresi seperti itu? Semua orang hanya bisa bertanya-tanya dalam hati, dan tidak memiliki keberanian untuk bertanya secara langsung atau pun bertanya satu sama lain. Karena jawaban yang mereka inginkan sama sekali tidak akan mereka dapatkan dari siapa pun.     Mereka tentu saja tahu, baik Duke Baxter maupun Lady Heloise berasal dari keluarga yang sama-sama tertutup dan hanya berinteraksi secara seperlunya dengan orang-orang yang berada di luar lingkup kediamannya. Keduanya bahkan tidak memiliki teman atau sanak saudara dekat yang bisa menjadi sumber informasi dari kabar terbaru dari keduanya. Karena itulah, semua orang hanya bisa menunggu konfirmasi dari orang yang berkaitan secara langsung, yang tak lain adalah Duke Baxter dan Lady Heloise sendiri. Semua orang memilih untuk menikmati pesta dan meninggalkan sosok Duke Baxter dan Lady Heloise yang saat ini masih berada di sudut ruangan.     Archard sendiri saat ini duduk di meja terpisah dari Reina karena dirinya memang tengah berbicara beberapa hal penting bersama Marquis. Namun, netranya sama sekali tidak bisa meninggalkan Reina yang tidak peduli padanya, dan hanya menatap kue yang tengah ia nikmati. Sungguh, Archard memang tidak menyangka jika dirinya akan bertemu dengan Reina dengan cara seperti ini, dan membuat Reina kemungkinan salah paham mengenai semua yang sudah terjadi selama ini. Kembali, Archard merasa menyesal. Padahal, hubungannya dengan Reina sudah semakin dekat, dan Archard bisa merasakan jika Reina sudah membuka dirinya. Namun, situasi tak terduga sepeti ini tidak bisa Archard atur. Jika sudah seperti ini, Archard tidak memiliki pilihan lain untuk menjelaskan semuanya secara pribadi dengan Reina.     “Karena itulah, kami semua jelas menolak kenaikan tariff pajak bagi rakyat kecil. Rasanya, itu akan terlalu memberatkan bagi mereka,” ucap Marquis Elfera membawa perhatian Archard untuk kembali tertuju padanya.     Archard yang mendengar hal itu mengangguk. “Tentu, aku juga memiliki pemikiran yang sama. Panen mereka tahun ini tidak seberapa, jika memberlakukan kebijakan tersebut saat ini juga, hal tersebut pasti akan membuat mereka semakin kesulitan. Apa Tuan Marquis sudah membicarakan hal ini dengan yang lainnya?” tanya Archard serius membahas apa yang sebelumnya memang tengah ia bicarakan bersama Archard.     “Sudah, Tuan Duke. Para bangsawan yang bergabung di serikat dagang, lebih pro terhadap rakyat kecil. Karena itulah, kami tidak merasa keberatan dengan pemindahan Bea cukai, untuk memperketat p********n pajak, karena kami sama sekali tidak pernah mangkir dalam p********n pajak barang dagang kami. Namun, kami jelas keberatan jika para pedagang kecil dan petani harus membayar tarif pajak yang lebih tinggi daripada sebelumnya.” Marquis memang sudah membicarakan hal ini lebih dulu di serikat dagang para bangsawan dan pedagang umum di ibu kota.     Tentu saja, Marquis Elfera sebelumnya sangat terkejut mendengar kabar kebijakan baru ini dari Reina. Selain terkejut akan informasi kebijakan baru yang akan ditetapkan oleh Kaisar, Marquis juga terkejut dengan kemampuan Reina menjaring informasi yang bahkan belum ke luar secara resmi tersebut. Reina memang seorang pebisnis yang sangat mahir dan bisa membaca situasi dengan cepat. Karena kemampuannya itulah, Marquis yang sebenarnya sudah berada di dalam dunia bisnis ini sejak lama, masih bisa belajar banyak hal karena sosok Reina yang menurutnya sangat menginspirasi tersebut. Marquis benar-benar berterima kasih, karena informasi yang Reina berikan, kini serikat pedagang dan bangsawan proa rakyat kecil bisa mempersiapkan petisi yang menolak kebijakan baru mengenai kenaikan tarif pajak bagi rakyat kecil.     “Kalau begitu, kita harus membicarakan hal ini lebih jauh saat di situasi yang lebih nyaman dan memungkinkan,” ucap Archard.     Marquis mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Archard. Ia sudah hampir berusia lima puluh tahun. Marquis adalah pria tua yang sudah kenyang mencicipi pahit manisnya kehidupan. Dalam sekali lihat saja, Marquis tahu jika Archard yang dingin memiliki ketertarikan pada Lady Heloise yang sejak tadi duduk di belakang mereka. Tanpa bertanya pun, saat ini Marquis bisa menyimpulkan jika Archard sudah tidak tahan untuk segera berbincang dengannya. Karena itulah, pria tua itu sadar diri dan bangkit dari duduknya. “Saya mengerti, Tuan Duke. Kita akan bertemu di lain waktu untuk membicarakan hal ini di meja yang lebih nyaman,” ucap Marquis Elfera memberikan hormat sebelum melenggang pergi meninggalkan Archard dan Nero.     Sepeninggal Marquis Elfera, Archard pun berkata, “Aku akan berbincang dengan Reina, kau harus memastikan jika situasi tetap terkendali.     “Baik, Tuan,” ucap Nero.     Archard lalu beranjak mendekati Reina yang masih menikmati kue dan teh manis. Tentu saja, Archard bisa menilai jika Reina benar-benar senang dengan makanan manis. Namun, Archard harus mulai memikirkan suatu cara untuk membuat Reina memakan makanan manis tetapi makanan tersebut lebih sehat. Jika Reina makan terlalu banyak makanan manis di usia mudanya ini, Reina pasti akan memiliki penyakit berat di usia tuanya nanti. Archarad berdeham dan berkata, “Reina, bisakah kita berbicara sebentar?”     Reina meletakkan sendoknya, ia menyesap tehnya sedikit sebelum bangkit dari duduknya. Reina sama sekali tidak mengatakan sepatah kata pun, dan memilih untuk memimpin jalan menuju tempat yang akan mereka gunakan untuk berbincang. Karena biasanya balkon digunakan sebagai tempat berbincang antar pasangan atau antar wanita bangsawan, tempat tersebut juga menjadi tempat yang dipilih oleh Reina dan Archard untuk berbincang bersama. Hingga tiba di sana, Reina masih saja tidak mengatakan sepatah kata pun.Sejak awal, bukan dirinya yang mengajak Archard ke mari untuk berbicang. Pihak yang memiliki sesuatu untuk diperbincangkan di sini, adalah Archard.     Reina menatap Archard yang tampak gelisah. Rasanya, ekspresi itu sama sekali tidak cocok dengan sosoknya yang biasanya menampilkan ekspresi dingin, pandangan tajam dan kesan superior yang kental. Jadi, jujur saja Reina menilai jika tingkah Archard saat ini sungguhlah menggemaskan. Namun, Reina juga berpikir, jika dirinya tidak bisa memuji atau berinteraksi akrab seperti sebelumnya dengan Arcdahrd. Pria itu sendiri yang membuat Reina kembali bangun benteng pembatas dan bersikap tidak ramah seperti sebelumnya. Sebaiknya, Archard sadar dengan sikap yang saat ini ditunjukkan oleh Reina, dan tidak menuntut hal yang bisa membuat Reina semakin membentengi dirinya dari Archard.     “Reina, apa kau marah?” tanya Archard membuat Reina menatapnya dengan netra hijaun daun yang terasa begitu menyejukkan. Sayangnya, di sisi lain Archard juga tahu, bahwa Reina tengah mengambil selangkah mundur dari dirinya.     “Apa saya terlihat tengah marah saat ini Tuan Duke Baxter?” tanya balik Reina membuat Archard tersentak dengan cara bicara formal yang sebenarnya sudah sangat lama tidak pernah digunakan oleh Archard padanya. Sungguh, jika saja bisa, Archard saat ini juga ingin meminta Reina menghentikan gaya bicaranya itu dan kembali berbicara seperti biasanya. Archard ingin Reina memanggilnya dengan nama panggilan Archie seperti sebelumnya. Namun Archard sendiri tahu, jika dirinya tidak bisa menuntut apa pun pada Reina sebelum dirinya menjelaskan semua yang terjadi pada Reina.     “Tidak, tetapi aku merasa perlu meminta maaf. Maaf,” ucap Archard tulus.     Reina menghela napas panjang. “Apa saat ini Tuan Duke merasa sudah melakukan kesalahan pada saya? Apa boleh saya menebak? Apa mungkin rasa menyesal Tuan Duke ini berkaitan dengan identitas asli Anda yang sengaja disembunyikan dari saya tanpa alasan yang jelas?” tanya Reina membuat Archard ingin menebas kepala seseorang.     “Tidak, aku sama sekali tidak dengan sengaja menyembunyikan identitasku.” Archard tidak memiliki pilihan lain untuk menjelaskan semua hal pada Reina.     Sejak awal, Archard memang sadar, suatu saat nanti ia pasti akan terjebak pada situasi seperti ini. Namun, Archard tidak berharap jika Reina pada akhirnya salah paham dan menutup hatinya sepenuhnya darinya. Archard sudah benar-benar terbiasa dengan hidupnya yang diterangi oleh kemilau cahaya dan penuh kehangatan kehadiran Reina. Jika sampai Reina meninggalkannya, Archard tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti padanya. Kemungkinan besar, Archard akan kembali menjadi manusia dingin yang tidak bisa merasakan kehangatan dan kasih sayang seperti dulu lagi. Hal yang paling parah adalah, dirinya kehilangan kesempatan untuk hidup bahagia dengan orang yang ia cintai.     “Jika aku tengah salah paham, maka tugasmu membuatku mengerti dengan situasi ini,” ucap Reina membuat Archard sadar jika Reina tengah membukakan kesempatan untuk membuatnya mengerti dengan situasi ini. Tentu saja ini adalah kode yang lumayan baik untuk Archard, apalagi Reina sudah tidak lagi menggunakan bahasa formal dalam bicaranya. Archard mendapatkan harapan.     Archard tentu saja tidak boleh membiarkan kesempatan ini pergi begitu saja, tetapi perlu memeanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Archard mengangguk dan memulai penjelasannya, “Sejak awal, aku sama sekali tidak berniat mendekatimu dengan identitas lain. Namun, sejak awal kau memang tidak mengenalku dengan identitasku sebagai seorang Duke Baxter. Kau hanya mengenalku sebagai seorang pria bangsawan yang tengah berusaha untuk mendapatkan hatimu. Dan aku pikir, itu lebih baik. Aku tidak mau mendapatkan hatimu kareba identitasku sebagai seorang Duke. Aku ingin mendapatkan hatimu dengan usahaku sendiri.”     “Tunggu, biar kuperjelas. Apa kau berpikir, jika kau mendekatiku dengan identitas Duke-mu, aku akan dengan mudah menerima perasaanmu?” tanya Reina dengan nada dingin, seolah-olah dirinya merasa tersinggung dengan penilaian yang diberikan oleh Archard padanya.     Archard hampir frustasi saat Reina malah kembali salah paham dengan apa yang ia katakan. Reina menampilkan ekspresi dinginnya, dan membuat Archard ketakutan. Tentu saja, siapa pun yang melihat Archard hal tersebut pasti akan sangat tidak percaya dengan ekspresi Archard yang terlihat jelas tersebut. Bagaimana mungkin, Archard yang dikenal sebagai sosok Duke yang berhati dingin dan tidak berperasaan, bisa takluk di hadapan seseorang seperti itu? Terlebih, sosok ini tak lain adalah seorang perempuan yang tak memiliki kekuatan atau kemampuan yang sebanding dengannya yang dikenal sebagai seorang master pedang yang tak terkalahkan. Bahkan Kaisar saja tidak memiliki kemampuan berpedang yang sama baiknya dengan Archard.     Tentu saja bisa terbayang seberapa baik kemampuan Archard tersebut. Jadi, rasanya sangat tidak masuk akal jika Archard takluk dengan begitu mudah pada Reina, bahkan terlihat takut pada kemarahan Reina. Archard pun berkata, “Aku sama sekali tidak berpikir seperti itu. Aku malah berpikiran sebaliknya. Jika saat itu aku mengenalkan diri sebagai seorang Duke, aku berpikir jika kau malah akan menjauh dan membuatku kesulitan untuk mendekatimu. Jadi, pada akhirnya aku berpikir untuk mendekatimu dengan sisiku yang lain. Sisiku yang hangat, sisi yang belum pernah aku tunjukkan pada siapa pun lagi, setelah ibu dan ayahku berpulang. Saat denganmu saja, aku bisa memunculkan sisi yang sudah lama tertidur.”     Archard menjeda penjelasannya dan meneliti ekspresi yang saat ini terpasang pada wajah cantik Reina. Saat melihat jika Reina masih menyimak apa yang ia katakan, Archard pun melanjutkan perkataannya. “Jadi, aku harap jangan mengambil jarak lagi padaku. Aku benar-benar tidak berniat untuk menyembunyikan apa pun. Aku hanya merasa nyaman dengan semua yang terjadi selama ini antara kita berdua. Aku benar-benar tulus, dan tidak memiliki niat buruk apa pun selama mendekatimu  selama ini. Tolong percaya padaku.”     Reina menatap netra keemasan Archard yang menyorot padanya. Saat ini, Reina tidak bisa menangkap kebohongan apa pun dala perkataan dan sorot netra Archard yang selayaknya seorang predator yang kehilangan taringnya. Reina pun menghela napas panjang. Entah kenapa, Reina tidak bisa mendorong Archard menjauh begitu saja saat ini. Hati Reina sudah lemah terhadap Archard yang memang sudah membuatnya membuka hatinya. Padahal, selama ini Reina sudah terbiasa untuk tidak menolelir kesalahan sekecil apa pun. Jika ada seseorang yang berada dalam luang lingkup Reina dan melakukan kesalahan yang kemungkinan besar suatu hari nanti akan melakukan hal yang sama di masa depan nanti, Reina tidak akan berpikir dua kali untuk mendorongnya pergi.     Tapi untuk kali ini, Reina tidak bisa melakukan hal itu. Reina tidak bisa mendorong pergi Archard, terlebih saat dirinya telah mendengar penjelasan jujur yang sudah diberikan oleh Archard. Reina menghela napas panjang dan mengangguk. “Baiklah, aku mengerti,” ucap Reina pada akhirnya.     Archard yang mendengar hal tersebut terlihat mendapatkan harapan. Dengan spontan, ia menggenggam kedua tangan lembut Reina dan berkata, “Apa kau memaafkanku?”     “Aku tidak memaafkanmu, tetapi aku memberikan kesempatan kedua untukmu. Jika kau melakukan kesalahan yang sama nanti, aku sama sekali tidak berpikir dua kali untuk memutuskan semua hubungan antara kita. Dan pada akhirnya, kita akan kembali menjadi orang asing.”       **           Reina membasuh wajahnya dengan air dingin yang membuatnya merasa sangat segar di pagi harinya. Vyra lalu mengulurkan handuk untuk Reina menyeka air yang menetes pada dagunya. Reina menghela napas pelan saat melihat Vyra menatapnya dengan penuh harap. Sejak semalam, Vyra meminta Reina untuk menceritakan apa yang terjadi di pesta di kediaman Marquis. Hal tersebut tentu saja terjadi karena kaitan identitas Tuang Bangsawan yang dipuja oleh Vyra yang ternyata adalah seorang Duke Baxter yang memiliki kekuasaan dan harta yang berlimpah, tetapi terkenal pula memiliki perangai yang kasar dan dingin.     “Aku tidak mau menceritakan apa pun. Kamu pasti sudah mendengar ceritanya dari Brandon, bukan?” Reina lalu beranjak dari duduknya di tepi ranjang. Namun, Vyra menahan kepergian Reina dan tetap membuat nonanya tetap duduk di sana.     “Saya memang sudah mendengarnya dari Brandon. Tetapi itu kan cerita dari sudut pandangnya, bukan dari sudut panjang Nona. Karena itulah, tolong ceritakan pada saya. Bukankah tingkah Tuang Duke sungguh manis? Ia bertindak sungguh manis dengan menyembunyikan identitasnya demi bisa lebih dekat dengan Nona,” ucap Vyra membuat Reina menghela napas panjang.     Jika Vyra sudah bertindak seperti ini, sudah dipastikan jika Reina akan kesulitan bergerak dan menjalankan kesehariannya. Tentu saja Vyra tidak akan membiarkan Reina begitu saja, sebelum dirinya mendapatkan penjelasan yang ia inginkan. Namun, Reina sendiri malas untuk menceritakan apa pun mengenai kejadian tadi malam. Rasanya, Reina tidak memiliki energi untuk hal itu. Reina hanya ingin segera bersiap dan menjalan kesehariannya seperti biasanya. Apalagi, sebentar lagi Reina harus bersiap mengenai petisi yang akan diusung oleh serikat pedagang. Ini termasuk dalam salah satu rencana yang Reina miliki untuk mendapatkan apa yang Reina inginkan.     Vyra mengerucutkan bibirnya saat mendengar hal tersebut. Rasanya, ia benar-benar ingin mendengar cerita apa yang terjadi tadi malam dari sudut pandang Vyra. Bamun, Vyra tidak mau memaksa nonanya lebih jauh dan memilih untuk membantunya menyiapkan air untuk mandi. “Airnya sudah siap, Nona. Saya akan turun dan menyiapkan sarapan untuk Nona, apa Nona akan sarapan di meja makan atau di sini?” tanya Vyra.     “Di meja makan saja. Aku sudah lama tidak makan di meja makan,” jawab Reina lalu beranjak untuk memasuki kamar mandi. Seperti biasanya, Reina sama sekali tidak mau dibantu oleh siapa pun saat membersihkan dirinya.     Karena itulah, Vyra tidak dibutuhkan di sana. Reina tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk membersihkan diri dan berpakaian. Karena kali itu Reina menggunakan gaun sederhana, Reina sama sekali tidak membutkan Vyra untuk membantunya berpakaian. Saat beriaspun, Reina hanya berias tipis dan mengikat rambut bergelombangnya menjadi satu. Setelah benar-benar bersiap, Reina segera ke luar dari kamar dan turun ke lantai satu. Namun, begitu terkejutnya Reina saat melihat puluhan buket bunga yang ditata di dekat pintu utama dan tangga menuju lantai dua. Reina melangkah mendekat pada para pelayan yang masih membawa buket-buket bunga tersebut ke dalam kediaman.     “Apa lagi ini?” tanya Reina tidak mengerti.     Vyra yang baru saja masuk dengan sebuah buket bunga dalam pelukannya tersenyum lebar pada Reina dan berkata, “Ini bentuk permintaan maaf Tuan Duke. Menurut utusannya, ia akan mengirim bunga seperti ini selama satu bulan lamanya, hingga Nona benar-benar memaafkannya.”     Reina menghela napas panjang. “Dia berlebihan,” ucap Reina membuat Vyra mengernyit tidak setuju.     “Di mana letak berlebihannya, Nona? Tuan Duke hanya tengah menyesal dan kini tengah meminta maaf dengan cara yang sangat manis. Bagaimana Nona menyebut hal ini sebagai tindakan yang berlebihan,” ucap Vyra dengan nada tidak terima.     Reina yang mendengar hal tersebut terlihat memasang ekspresi tidak percaya. “Nada bicara apa yang kau gunakan itu, Vyra,” ucap Reina lalu beranjak menatap bunga-bunga yang berada di hadapannya.     Ia berjongkok dan menatap semua bunga yang berada di hadapannya. Sama seperti sebelumnya, semua bunga ini adalah produk yang berasal dari toko bunga miliknya. Toko bunga terkenal yang berada di jalanan utama ibu kota. Semua bunga yang datang kali ini adalah bunga berkualitas terbaik yang biasanya hanya ada saat seseorang memesannya. Reina bisa menyimpulkan, jika Archard sudah menyiapkan semua ini dengan matang-matang. Sepertinya, Archard bersungguh-sungguh menunjukkan betapa dirinya merasa menyesal atas apa yang telah terjadi. Reina tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum tipis, merasa terhibur dengan tingkah Archard yang menurutnya masih saja konyol.     Vyra dan para pelayan lainnya mengamati ekspresi yang ditampilkan oleh Reina. Meskipun nona muda mereka itu terlihat tidak peduli dengan semua perhatian dan hadiah yang diberikan oleh Tuan Duke, tetapi mereka bisa melihat jika Reina juga merasa sangat senang dengan hal yang tengah terjadi ini. Namun, beberapa detik kemudian, suasana hati Reina tiba-tiba agak mendung karena pemikirannya yang tiba-tiba menebak sesuatu yang belum tentu benar. “Apa mungkin, dia juga bertindak seperti ini saat mendekati perempuan lain? Maksudku, apa mungkin, dia juga memperlakukan para perempuan dengan tingkah konyol yang terasa sangat manis ini?” tanya Reina di dalam hatinya.     Reina pun bangkit dari posisinya dan berkata, “Rapikan semua bunga ini, dan simpan dengan baik-baik.”     Reina lalu beranjak menuju ruang makan diikuti oleh Vyra yang akan melayani Reina, sementara pengaturan bunga akan dipimpin oleh Brandon yang baru saja muncul dengan berbagai pot bunga yang baru saja datang dengan kiriman bunga lainnya. Reina duduk di kepala meja dengan berbagai sarapan yang sudah siap untuk disantap olehnya. Vyra pun mengamati ekspresi Reina yang mendingin. Saat itulah, Vyra sadar jika dirinya perlu bertindak hati-hati sebelum menanyakan apa yang sudah membuat suasana hati Reina memburuk seperti ini.     Vyra menyajikan piring sup yang sudah disiapkan sebelumnya. Tentu saja, sup tersebut masih hangat dan masih terasa sangat nikmat untuk disantap oleh Reina. Tidak mengatakan apa pun, Reina pun menyicipi sup tersebut dalam diam, sebelum sup tersebut digantikan dengan potongan daging panggan dengan salad segar yang tentu saja terasa sangat lezat disantap bersamaan dengan daging panggang yang dimasak dengan sangat baik. Saat Reina mulai memotong daging panggangnya, Reina pun berkata, “Vyra, tolong siapkan kertas, dan amplop. Aku ingin mengirim surat.”     Saat itulah, Vyra sadar jika Reina akan mengirim surat untuk Archard. “Warna kertas apa yang perlu saya kirimkan? Sepertinya, warna merah muda sangat cocok untuk saling berkirim surat cinta,” ucap Vyra kembali merasa sangat antusias.     Reina menggigit daging panggangnya dengan nikmat. Ia tampak tidak terburu-buru dengan jawaban yang akan ia berikan pada Vyra. Setelah mengunyah dan menelannya dengan baik, barulah Reina memberikan jawaban yang membuat Vyra menganga. “Aku sama sekali tidak ingin mengirim surat cinta untuknya. Aku hanya akan mengirim surat yang memintanya untuk menghentikan tingkah konyolnya mengirim bunga seperti ini. Jika dia ingin menghabiskan uangnya, ia bisa menggunakannya untuk menginvestasikan uangnya pada salah satu bisnisku.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD