Akhirnya Luluh Juga

1148 Words
Sejenak gadis itu terdiam membisu. Apa yang dikatakan seorang Ceo sungguh membuat gadis itu terpana bahkan situasinya semakin gugup. "Ke-kenapa nungguin aku? Kalau mau pulang ya pulang saja!" ucap Alma menyunggingkan bibirnya. "Lagian, kenapa tadi tidak ikut pulang sama teman-teman kamu itu?" tambah Alma lagi. "Teman? Teman yang mana? Aku disini tidak punya teman, selain kamu," tutur Daffa dengan wajah polosnya. "Loh! Tadi yang ngobrol sama kamu di dalam bar siapa? Masa tiba-tiba amnesia sih? Lagi pula ya, di sini siapa juga yang mau temenan sama kamu? Kenal juga tidak!" ucap Alma mengerlingkan matanya. "Oh, mungkin yang dimaksud dia, bodyguard aku," ucap Daffa dalam hatinya. "Oia, maaf aku lupa hehe," ucap Daffa cengengesan. "Tapi, bukankah kita sudah menjadi teman kan?" ucap Daffa dengan pedenya. "Sejak kapan?" Alma malah balik tanya kepada Daffa. "Ya ampun! Bukannya tadi di dalam bar kita sudah saling bertukar nama? Kamu bilang panggil aku Alma, dan sebaliknya aku pun begitu, panggil aku Daffa!" ujar Daffa sembari memberi penjelasan kepada Alma. "Tapi itu beda! Ya udah lah sana pulang! Sudah larut malam juga, waktunya kita istirahat," titah Alma sembari berjalan meninggalkan Daffa. "Ya udah ayo!" kata Daffa sembari berjalan mendahului Alma. "Hey! Kamu mau kemana?" tanya Alma yang mulai greget atas tingkah laku Daffa. "Katanya kita mau istirahat? Ya udah ayo!" jawab Daffa dengan polosnya. "Memangnya siapa yang mau istirahat bareng kamu, Bambang?" ketus Alma menahan kejengkelannya. "Aku Daffa! Bukan Bambang! Kamu lupa ya? Hayo ngaku," ujar Daffa sedikit menggoda. "Ah terserah lah, aku capek. Aku mau istirahat, bye!" kata Alma yang sudah tidak bisa bersabar menghadapi ulah Daffa. "Eh tunggu-tunggu! Aku akan mengantarkanmu pulang, masa aku tega membiarkan kamu pulang sendirian," tutur Daffa. Daffa pun tidak tinggal diam, ia mengikuti gadis itu melangkah pergi. Alma yang merasa risih atas ulah Daffa yang mengikutinya terus sedari tadi, langsung berhenti berjalan dan berkata lagi, "Mau kamu tuh apa sih?" Ucapan Alma menyentak Daffa. Dan seketika Daffa pun terdiam menatap mata gadis itu sambil berkata, "Aku maunya kamu!" "Apa! Ka-kamu tuh ngaco ya!" Alma membelalakkan matanya, ia tidak percaya jika apa yang diucapkan Daffa sungguh membuat hati gadis itu bergetar. "Tapi kan memang itu kenyataannya. Aku ingin menjadi teman kamu, ingin berbagi suka dan dukanya bersama kamu, apa semua itu salah?" tutur Daffa mengernyitkan alisnya. "Salah sih tidak! Hanya saja kita baru kenal. Aku belum tau kamu, dan kamu juga belum tau aku. Jadi untuk sekarang ini, lebih baik kamu pulang saja, oke!" tegas Alma yang kesabarannya sudah diubun-ubun. Setelah itu, Alma pun langsung melangkah pergi tanpa berkata apapun lagi. Sedangkan Daffa malah hanya terdiam melihat Alma melangkah pergi begitu saja. "Yah, dia marah. Gagal deh rencanaku. Eh tapi tunggu dulu! Aku masih punya cara lain untuk mendekatinya!" kata Daffa dalam hatinya. Daffa langsung segera mengambil mobilnya yang masih di area parkiran bar. Ia secepatnya mengemudikan mobil itu untuk menyusul Alma karena takut Alma keburu naik taksi. Dan alhasil, Alma masih berjalan di trotoar karena tak kunjung mendapatkan taksi. Titt tiitt ... Suara klakson mobil yang begitu halus mengiringi langkah Alma. Akan tetapi, Alma tidak mempedulikan orang yang ada di dalam mobil itu. Karena ia tahu, orang yang ada di mobil itu adalah orang yang membuat hatinya kesal. "Hey, cantik ayo masuk! Aku akan mengantarkan kamu pulang sampai rumah," ujar Daffa sedikit merayu. "Tidak perlu! Aku masih bisa pulang sendiri," ujar Alma yang masih berjalan di trotoar tanpa ia sadari jika di depannya ada segerombolan anak-anak punk yang sedang kumpul-kumpul dengan komunitasnya. "Yakin kamu bisa pulang sendiri?" ucap Daffa ragu. Sejenak Alma melihat ke depan, dimana para anak punk sedang berkerumun bahkan duduk-duduk di trotoar yang sudah terbiasa mereka lakukan di malam hari. Tanpa berpikir panjang lagi, Alma pun langsung segera masuk ke dalam mobilnya Daffa. Rasa takut kepada anak-anak punk itu semakin kian menyelimutinya. Dengan senyuman yang licik, Daffa langsung menancapkan gas mobilnya. Alma yang sudah duduk di sisinya, masih tidak percaya jika dirinya bisa mau begitu saja diantar pulang oleh orang yang baru saja ia kenali. "Kenapa senyum-senyum? Senang ya melihat orang yang sedang kesusahaan?" tanya Alma menyunggingkan bibirnya. "Iya hehe. Apalagi orangnya macam kamu, senang aku!" jawab Daffa sembari tertawa kecil. "Ish, dasar nyebelin!" cibir Alma sembari cemberut. "Kamu sudah makan belum?" tanya Daffa mengalihkan pembicaraannya. "Belum!" ungkap Alma yang masih ketus. "Kalau begitu sebentar ya, aku mau berhenti dulu. Kamu diam saja disini, jangan kemana-mana," pinta Daffa sembari memarkirkan mobilnya ke pinggir jalan. "Memangnya kamu mau kemana?" tanya Alma penasaran. Namun Daffa tidak menjawab pertanyaan Alma. Ia langsung keluar dari mobilnya dan langsung menghampiri tukang nasi goreng dan beberapa tukang dagang lainnya. Daffa juga membeli beberapa makanan yang berada di pinggir jalan itu. Dan sudah pasti hal itu membuat para pedagang yang dagangannya dibeli oleh Daffa begitu senang. Setelah beberapa menit kemudian, Daffa pun masuk lagi ke dalam mobil sambil membawa beberapa makanan untuk Alma. Lalu, mobil yang dikendarai Daffa melaju lagi hingga dalam beberapa menit akhirnya sampai juga ke tempat kos-an, dimana Alma tinggal di tempat itu. "Inikah kos-an mu? Sepi amat!" Kata Daffa sembari membukakan pintu mobilnya untuk Alma. "Tentu saja, semua orang sudah pada tidur," kata Alma sembari keluar dari dalam mobil. "Ya sudah kalau begitu aku masuk dulu, terima kasih sudah mengantarkan aku pulang." "Eh tunggu dulu! Nih buat kamu! Katanya kamu belum makan, jadi aku belikan makanan ini untuk kamu," ujar Daffa sembari menyodorkan plastik berisi makanan. "Ta-tapi—" "Makanlah!" Tatapan Daffa membuat Alma tidak bisa menolak. Alma merasa apa yang dilakukan Daffa sangat berlebihan. Ada rasa tidak mengenakan hati dari dalam hatinya. Namun, Alma tidak mau mengecewakan Daffa, akhirnya ia menerima pemberian Daffa dengan senang hati. "Makasih ya, tadi kamu udah ngasih aku uang tip, sekarang ngasih makanan, apa tidak terlalu—" Belum juga Alma selesai bicara, tiba-tiba saja Daffa langsung menyelangnya, "Tidak!" "Ini murni dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku ikhlas kok. Lagian pemberianku tidak seberapa dibandingkan dengan waktu malam kemarin. Kamu menjagaku waktu aku sedang mabukkan? Coba pikirkan kalau ada orang yang jahat? Mungkin saja aku sudah dirampok atau diculik? Kan bahaya," tutur Daffa tersenyum manis. Hatinya lega karena pemberiannya diterima oleh Alma. "Siapa yang mau nyulik orang nyebelin macam kamu, kalau orang kaya raya pasti iya," ucap Alma dalam hatinya. "Ya sudah kalau begitu aku pamit dan mau—" Belum juga selesai bicara, tiba-tiba saja pembicaraan Daffa terhenti karena mendadak turun hujan. "Ya ampun hujan! Gimana ini!" teriak Daffa. "Ya tidak gimana-gimana, masuklah!" ajak Alma sembari terburu-buru membuka pintu kamar kos-annya. Mendengar ajakan Alma, Daffa pun terperangah kaget. Rasa senang sudah terlihat dari raut wajahnya, karena untuk mendekati Alma akhirnya membuahkan hasil. Padahal bisa saja, ia langsung pulang, tapi karena Alma mengajaknya masuk ke dalam kos-annya, ia pun menuruti ajakan Alma. Dan tentu saja, keajaiban ini sangat langka bagi Daffa, dimana seorang wanita yang sedang disukainya mengajak masuk ke dalam rumah, walau itu rumah kos-annya. "Apa dia serius ngajak aku masuk ke dalam kos-annya?" kata Daffa dalam hatinya. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD