Jaya melangkah beriringan dengan Dwi tanpa mengobrol sepatah kata pun, sibuk dengan isi kepala mereka masing-masing. Keduanya pun, kompak menghentikan langkah. Jaya kini berdiri menghadap Dwi seutuhnya. “Berapa kali pun, gue mencoba ngertiin situasi lo sekarang. Sepertinya gue gak bisa biarin lo pergi menemui mereka sendirian.” Perkataan Jaya membuat Dwi kembali merundak dalam, matanya makin menyayu dengan tangan yang menggenggam sisa uang jajannya untuk dia kasih ke senior-seniornya nanti. “Tidak apa-apa, aku bisa hadapi mereka sendiri. Lagian mereka hanya minta uang jajan aku, tidak ada maksud lain.” Ujar Dwi mencoba tersenyum, walau ekspresi takutnya tidak bisa pemuda itu sembunyikan. “Gue ketua kelas lo, jadi gue berhak ke sana sama lo.” Jaya masih kekeuh ingin ikut, nam