Wawan menutup pintu rapat, berbalik melangkah hendak ke kamarnya. Namun, ia merasakan ada kehadiran seseorang di depannya, dan benar saja mamanya kini berdiri memeluk tangan di depan d**a menatapnya tajam di tengah kegelapan. Hanya disinari cahaya bulan yang masuk melalui celah-celah jendela. “Kau darimana?” Wawan merinding, ia berusaha menguasai ekspresinya agar tidak nampak terintimidasi. “Aku keluar, cari angin.” Ujarnya berbohong, lalu berjalan melewati mamanya yang masih berdiri. Belum beranjak sama sekali, “siapa yang kau temui malam-malam di depan gerbang rumah? Kau ingin kabur lagi?” Wawan sontak menghentikan langkahnya, berbalik menatap mamanya bingung, sekaligus panik karena mamanya ternyata tahu kalau ia berbohong. “Bukan siapa-siapa,” elak Wawan kekeuh tidak mau jujur, ia l