Pemuda itu membuka pintu rumah pelan, mengucap salam pada orang rumah. Setelah itu ia langsung berbelok ke arah tangga dari kayu, naik ke kamarnya yang letaknya di atas loteng. Mukanya yang babak belur berusaha ia tutupi dengan memakai kupluk hoodienya, agar tidak dimarahi oleh om yang telah menampungnya. “Ilham,” langkah cowok itu terhenti di tangga atas, menoleh pelan dengan menyembunyikan wajah lebamnya. “Kenapa pulangnya cepat, bukannya masih ada dua jam pelajaran lagi?” Tanya wanita yang berdiri di ujung tangga dengan menatapnya curiga. “Ada rapat guru, jadi semua murid dipulangkan.” Katanya berbohong masih berusaha menyembunyikan wajahnya, “Ilham, kau … bisa kan tidak terus-terusan buat masalah?” Ilham sontak mengangkat kepala sampai lupa lukanya. “Tante dan om sangat kesulitan kar