Ailane, wake up!

1312 Words
Sean khawatir sekali dengan keadaan Ailane sekarang. Ia langsung menyuruh sopir untuk membawa mereka ke rumah sakit terdekat. Ia memegangi jidat Ailane yang panas sskali pertanda gadis itu sedang terkena demam. "Ailane, tolong bangunlah. Jangan membuat saya khawatir," Sean mengelus pipi Ailane. "Lebih cepat, atau kamu saya pecat!" Ancam Sean kepada sopir nya yang usia nya jauh lebih mudah ketimbang Sean. Apa supir nya tidak tahu jika dalam keadaan gawat darurat, malah mengemudikan mobil nya dengan sangat pelan seperti ini. Untung saja sopir nya tanggap, di depan sana ada macet panjang ia langsung memutar balik kan mobil nya mencari jalan alternatif lain agar segera sampai di rumah sakit. Walaupun lebih jauh tapi jalanan lancar tidak terjebak kemacetan. Mereka sampai di rumah sakit terdekat, Sean membopong Ailane untuk masuk dan segera mendapatkan pertolongan. Aksi nya itu dramatis sekali, keringat mengucur deras lewat pelipis nya. Para suster yang melihat Sean membawa Ailane langsung menyuruh mereka masuk ke dalam salah ruangan agar Ailane mendapatkan perawatan lebih lanjut. Mereka tidak memperbolehkan Sean untuk masuk. "Arghhhhhh!" Teriak Sean frustasi, ia terduduk lemas di lantai. Menunggu dokter segera keluar dan mengatakan jika Ailane baik-baik saja. Setengah jam berlalu namun dokter masih belum keluar dari ruangan itu. Hingga di menit ke empat puluh lima dokter itu keluar dari sana. "Gimana keadaan kekasih saya?" "Kekasih anda baik-baik saja tidak ada yang perlu di khawatirkan. Dia hanya kurang beristirahat dan harus minum banyak air yang cukup, anda bisa menjenguk nya sekarang." Ucap dokter itu kemudian telah pergi meninggalkan Sean. Sean sedikit lega mendengar hal itu, ia langsung masuk ke dalam sana dan melihat Ailane terbaring lemah tak sadar kan diri dengan infus yang menempel di tubuh nya. Mari kita telaah kembali ucapan Sean beberapa menit yang lalu. Ia bilang Ailane kekasih nya? Sedangkan mereka saja tidak memiliki hubungan apa-apa. Jik Ailane sedang sadar dan melihat Sean mengucapkan hal itu jelas Ailane akan mengomel kepada nya. Sean menarik kursi dan duduk di dekat ranjang Ailane. Ia menggenggam tangan Ailane rapat, berusaha menyalurkan tenaga nya kepada Ailane agar gadis itu cepat membuka mata nya dan mengomel. Ia lebih suka Ailane ngomel-ngomel tidak jelas ketimbang harus melihat gadis itu terbaring lemah seperti ini. Sean tak bisa melihat Ailane seperti ini. Tiba-tiba pintu kamar itu seperti ada yang mengetuk nya. Dan ada seseorang masuk ke dalam sana. Sean menoleh, itu bukannya salah satu karyawan yang bekerja di perusahaan nya? Ia pernah melihat laki-laki itu bersama dengan Ailane kemarin. "Ekhem," Sean berdeham dan berdiri mendekati laki-laki itu. "Maaf pak, saya hanya ingin menjenguk Ailane. Saya mendengar kabar jika Ailane pingsan dan seseorang membawa nya ke rumah sakit tapi saya tidak tahu jika pak Sean yang membawa Ailane kesini." Ucap Rayhan. Selama Rayhan mengeluarkan kata-kata nya Sean hanya memandang nya dengan tatapam tak suka agar ia sadar Sean tak mengharap kan kehadiran Rayhan disini. "Siapa yang mengizinkan kamu untuk keluar dari kantor?" Tanya Sean. "Saya izin HRD dan mereka memperbolehkan saya untuk keluar," jujur Rayhan. "Saya atasan kamu, saya tidak mengizinkan kamu untuk keluar dari kantor saya sebelum jam istirahat kantor dimulai. Kembali sekarang atau saya pecat kamu?" "I-iya pak. Saya kembali, maaf saya tidak izin dengan pak Sean terlihat dahulu." Ucap Sean kemudian keluar dari ruangan ini secara terburu-buru. Padahal ia ingin sekali berada di sebelah Ailane hingga gadis itu membuka mata nya. Namun apa boleh buat atasannya yang satu itu (Sean) memang orang yang tidak bisa diganggu gugat kehendak nya. Ia terkenal sebagai seseorang yang tidak hanya main-main saja. Jika Sean sudah mengancam untuk memecat nya, maka besar kemungkinan ia akan kehilangan pekerjaan nya jika ia tak segara kembali ke kantor. Sedangkan Sean ia menutup kembali pintu itu dan kembali ke posisi asal nya. Ia sedikit memiliki feeling terhadap karyawan nya itu. Ia bisa melihat jika Rayhan menyukai gadis nya. Ia tak mau membagi Ailane dengan siapapun. Ingat, Ailane hanya miliknya seorang. Tak ada yang boleh mencintai Ailane selain diri nya. Sean harus mencari cara agar menjauhkan Ailane dan karyawan nya yang tengil itu. Ia merasakan jari jemari Ailane bergerak-gerak dan kemudian perlahan Ailane mulai membuka mata nya. "Ailane, ada yang sakit? Bilang pada saya agar segera saya panggil kan dokter." Ucap Sean saat melihat Ailane sudah membuka kedua mata nya. "Ailane dimana ini?" Tanya Ailane. "Kamu berada di rumah sakit, demam kamu tinggi sekali." Jelas Sean. Kemudian Ailane mencoba mengingat kejadian sebelum ia tak sadar kan diri. Yang dapat ia ingat, kepala nya tadi terasa berat sekali hingga tak ada lagi yang bisa ia ingat selain gelap pertanda ia sudah tak sadar kan diri. Namun setelah ia membuka mata nya kembali ia sudah berada di dalam ruangan ini. Ternyata Sean yang membawa nya. Ini kedua kali nya Sean menyelamatkan diri nya. Setelah kejadian di club saat ia hendak di lecehkan oleh seseorang. Ia melihat wajah Sean yang tampak tulus dan sangat khawatir dengan keadaan nya itu. Ia merasa begitu jahat karena terus-terusan bersikap tidak sopan dan arogan terhadap Sean. Ia harus sedikit mengurangi kebiasaan buruk nya itu kepada Sean mulai sekarang. "Maaf om, aku jadi ngerepotin om terus," ucap Ailane. Sean menempelkan telunjuknya pada bibir mungil Ailane. "Saya tidak suka ucapan kamu. Saya sama sekali tidak merasa direpotkan." "Dokter bilang kamu kurang istirahat dan kurang minum air. Dalam Minggu ini kamu tidak perlu bekerja dulu," balas Sean. Ia harus mengingat kan Ailane agar gadis itu lebih banyak beristirahat dan berhenti bekerja selama beberapa waktu. Benar, dirinya akhir-akhir ini jarang meminum air putih. Setelah sekian lama ia tidak sakit kini ia malah terbaring lemah di rumah sakit. "Om Sean kalau mau kembali ke kantor kembali aja Ailane engga apa-apa kok disini sendiri." "Saya pemilik kantor itu. Terserah saya mau berada di sana atau tidak," balas nya. Ailane sudah tidak bisa menjawab nya. Benar itu kantor milik Sean jadi terserah Sean mau berada di sana atau tidak. Ada seorang suster yang membawa kan makan siang untuk Ailane. Sean menerima nya dan menyuapkan suap demi suap masuk ke dalam mulut Ailane. Ailane benci masakan rumah sakit, rasa nya hambar dan hanya penampilan nya saja yang menarik. Menu makan siang ini ada soto ayam namun kuah nya sangat hambar. "Udah ya om?" Ailane mau muntah saja rasa nya. "Tidak," Sean tetap menyuapkan kembali sisa makanan itu ke dalam mulut Ailane meskipun gadis itu sudah menolak nya. Dengan sedikit paksaan akhir nya Ailane menghabiskan satu mangkok soto yang tidak ia suka i rasa nya. Ailane meminum satu gelas besar air putih karena memang ia harus lebih banyak minum air putih agar tubuh nya tidak kekurangan cairan lagi seperti sekarang. Sean mengupas kan satu buah jeruk dan kemudian ia siapkan lagi pada Ailane. Sean adalah orang pertama yang merawat nya saat ia sakit setelah kedua orang tua nya. Ia kira sikap buruk nya selam ini akan membuat Sean ilfeel dan pergi meninggalkan dirinya. Tapi tidak, Sean masih disini menemani nya. "Kenapa Ailane? Kamu terpesona dengan saya?" Ujar Sean saat menangkap basah Ailane sedang menatap wajah nya dalam-dalam. "PD banget si om!" Ailane membuang pandangan nya ke sembarang arah asal tidak langsung bertatap dengan wajah Sean. Malu sekali rasa nya tertangkap basah ketahuan menatap Sean secara terang-terangan. "Ailane, bagaimana jika kita menikah saja?" "Apa sih om random banget pertanyaan nya," "Saya serius, tidak masalah jika kamu tidak mencintai saya sekarang. Setelah menikah nanti saya yakin kamu akan jatuh cinta dengan saya," ucap Sean penuh percaya diri. "Enggak, ngajak nikah kaya ngsjsk main petak umpet aja." Tolak Ailane. "Kamu yakin dengan ucapan kamu?" Tanya Sean tidak percaya. Entah ini sudah keberapa kali nya Ailane menolak saat ia ajak nikah. "Yakin lah, udah Ailane mau istirahat dulu." Ailane membaringkan tubuh nya dan kini posisi tidur nya membelakangi Sean. Diam-diam senyuman tipis terbit dari balik wajah Ailane namun sayangnya Sean tidak bisa melihat hal itu. Sean tak tinggal diam ia membalikkan tubuh Ailane agar tidak dengan posisi menghadap diri nya. "Ailane, jangan membuat saya semakin jatuh cinta dengan mu jika kamu terus menolak saya."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD