Scary

1437 Words
Semenjak kejadian ia pulang dari makam tak ada yang perlu ia khawatir kan lagi. Bisikan itu sudah tak pernah ia dengar, namun ia kerap kali memimpikan sesosok itu yang sering datang ke dalam mimpi nya layak nya sebuah mimpi buruk yang terus menyerang tidur nyenyak nya. Mimpi nya beragam, dan kebanyakan semua mimpi nya sesosok itu muncul dengan keadaan yang sama persis seperti apa yang ia lihat saat ia berada di makam. Salah satu mimpi yang paling menyeramkan adalah dimana dalam mimpi nya itu Ailane bermimpi jika ia menikah dengan Sean. Namun hidup nya seperti tak tenang, dalam pesta pernikahan nya saja di sebelah nya terdapat sesosok itu hingga acara pernikahan nya berakhir. Ailane bukan tipe orang yang mudah mengingat mimpi nya, namun semua mimpi yang berhubungan dengan sesosok itu ia selalu mengingat nya dengan jelas di setiap peristiwa nya tanpa ada yang terlewat kan. Ailane lebih suka sesosok itu datang lewat mimpi nya ketimbang harus datang lewat sebuah bisikan yang amat sangat menggangu nya. Dan lebih senang lagi jika hidup nya berjalan normal seperti dulu. Dimana ia tak pernah mendapat kan gangguan ghaib dari siapapun itu. Memang ini pengalaman baru bagi Ailane apalagi ia bukan seorang anak yang di takdir kan untuk bisa melihat sesuatu yang tak bisa dilihat oleh sembarang orang. Bisa merasakan dan mendengarkan sebuah bisikan ghaib bagi Ailane bukan sesuatu yang bisa ia banggakan. Apalagi ia malah terasa cukup terancam dengan adanya gangguan ini. Jika dulu ia sangat gampang melamun, sebisa mungkin kini ia menghindari melamun. Lebih baik ia memikirkan sesuatu yang tak penting ketimbang ia harus melamun. Melamun sedikit saja ia langsung mendengar suara-suara aneh yang sangat mengganggunya. Ailane masih memendam itu semua sendirian, belum ada niatan untuk menceritakan gangguan yang selama ini ia alami. Karena tidak semua orang akan percaya dengan hal ghaib, hal yang tak nyata bagi sebagian besar orang. Ailane percaya dengan hal-hal seperti itu karena ia telah mengalami nya sendiri. Ia ingat saat salah satu teman nya dulu waktu mereka masih berkerja di tempat penitipan anak. Nama nya Shinta, Shinta bercerita kepada semua teman yang berada satu shift dengan nya termasuk dengan Ailane. Ia menceritakan jika di tempat mereka bekerja ada sesosok yang menunggu tempat itu. Sesosok itu kaya Shinta tidak suka jika tempat itu ramai dan banyak suara, sesosok itu akan marah dan menampilkan wujud nya yang paling menyeramkan. Dan semua dari mereka yang bisa melihat sesosok itu hanya Shinta, Shinta begitu antusias menceritakan hal itu. Namun tak semua temannya percaya, dan menganggap Shinta hanya sedang berhalusinasi saja. Termasuk Ailane, ia juga tak begitu percaya karena menurut nya terlalu tidak masuk akal untuk di cerna akal sehat. Hingga Shinta memilih keluar dari pekerjaan itu, Shinta ketakutan karena sesosok itu yang terus-terusan menghantui dirinya. Tapi pandangan Ailane tentang Shinta kini berubah, ia kini percaya jika Shinta dulu kerap kali mendapat kan gangguan. Ia percaya karena ia sendiri mengalami nya sekarang. Maka dari itu saat hendak menceritakan tentang gangguan yang dialami nya kepada orang lain, ia harus berfikir berkali-kali karena tak semua orang akan mempercayai nya. Ia terkadang berfikir tentang orang yang ditakdirkan memang bisa melihat hal-hal ghaib. Apa mereka tak takut? Atau mungkin mereka sudah terbiasanya hidup berdampingan dengan hal-hal ghaib? Hingga saat ini pertanyaan nya itu masih belum terjawab kan. Kedua orang tua nya bukan orang seperti itu, sehingga saat ia menanyakan pertanyaan nya selama ini mereka tak bisa menjawab nya. Sean apalagi, laki-laki itu seperti tidak terlalu menggubris pertanyaan nya karena Sean bukan seseorang yang terlalu fanatik akan hal-hal ghaib seperti itu. Ailane terkadang ingin memiliki teman yang berasal dari dimensi lain, namun nyali nya tidak sebesar itu untuk berkomunikasi dengan 'mereka' secara langsung. Selepas menonton film horor saja ia sudah sangat takut sekali. Ia mengubur pikiran nya dalam-dalam untuk menjadi seorang anak indigo. Hari ini adalah dimana hari yang selama ini ia tunggu. Ia akan kembali bekerja, tubuh nya sudah benar-benar pulih sekarang, arti nya sudah seminggu sejak ia tiba-tiba pingsan tanpa alasan. Ia bangun pagi sekali, jam empat pagi ia sudah membuka mata nya karena semalam ia merasa capek sekali padahal ia sedang tak melakukan apa-apa. Sehingga semalam jam delapan ia sudah berada di alam bawah sadar nya. "Astaga!" Ailane mengucek mata nya jantung nya kini serasa berpindah ke dengkul karena sangking kaget nya. Ia seperti melihat sebuah kepala berambut panjang menyembul di balik jendela nya. Lagi-lagi hanya beberapa detik saja, saat ia mengedip kan mata nya sesosok itu sudah menghilang dari pandangan nya. Tapi ia tak sebegitu yakin dengan pandangan nya sekarang. Ia baru saja bangun dan melihat kepala itu menyembul dari sana. Namun jangan ditanya saat ia melihat sesosok itu saat berada di makam. Ia seratus persen yakin jika pandangan nya tak salah. Ia memberanikan diri untuk mendekat di jendela dan mengintip. Siapa tahu saja itu adalah ibu nya yang sedang menyapu di depan dan tak sengaja melewati jendela kamar nya. Karena jendela nya tak bisa di buka, ia hanya mengintip saja dari balik jendela. "Tolong Ailane....." "Arghhhhhh!" Teriak Ailane refleks. Ia mundur beberapa langkah saat melihat ada sesosok yang sangat nyata muncul dari balik jendela nya. Muka nya tidak jelas. Muka sesosok itu hancur sekali sampai Ailane tak mengenali nya. Darah sudah sangat banyak mengalir dari segela sisi, rambut nya kusut dan panjang terurai. Bug! Ailane terjatuh karena langkah nya tiba-tiba lemas. "Tolong jangan mendekat," teriak Ailane. Sesosok itu berusaha untuk mendekati Ailane. Tangannya seperti hendak mencekek Ailane, kuku nya panjang hitam dan menyeramkan. "Aaaaaghhhhh!" Teriak Ailane untuk yang kedua kali nya. Ia merasa ada sebuah tangan yang memegang pundak nya. "Ailane, ini ibu. Kamu kenapa nak?" Ailane membuka kedua tangan nya yang menutupi wajah nya sendiri. Ia merasa tenang saat mengetahui jika yang memegang pundak nya adalah ibu nya sendiri. "Bu, aku ngeliat sesosok yang engga bisa aku jelasin." Ucap Ailane begitu saja. Ibu nya percaya atau tidak percaya itu urusan belakangan yang terpenting ia ingin menceritakan apa yang baru saja ia lihat. "Ngeliata apa?" "Sosok perempuan----" "Wajah nya hancur, penuh darah mau nyekik Ailane Bu. Ailane takut....." Lanjut Ailane terbata-bata. Sulit sekali menceritakan apa yang ia lihat seperti ada sesuatu yang menahan nya agar ia tak menceritakan itu kepada seseorang. Meskipun Sarah tak pernah melihat sesosok yang anak nya liat namun Sarah yakin jika anak nya tidak berbohong. Wajah ketakutan Ailane sangat nampak dengan jelas, apalagi saat Sarah memeluk anak perempuan nya nya itu tubuh Ailane bergetar hemat. Badan nya dingin dan keringat mengucur deras lewat pelipis nya. "Hari ini kamu masih mau bekerja?" Tanya Sarah. Ia tam mau memaksa kan anak nya untuk bekerja. Ia tahu anak nya sekarang pasti sangat kaget karena melihat sesosok itu. Ailane mengangguk, "anterin Ailane mandi Bu, Ailane takut." "Iya nak, ayo ibu antarkan. Ibu akan menunggu kamu di depan pintu sampai kamu selesai mandi." Sarah mengambil sebuah kursi plastik kemudian ia letakkan di depan pintu sambil menunggu anak nya mandi. Ailane sudah masuk, ia sedikit terharu karena kini ibu nya sedang duduk di depan pintu menunggu nya hingga selesai mandi. Sederhana memang, tapi Ailane bahagia. Contoh hal kecil seperti saja terkadang membuat Ailane merasa di hargai. Ia mempercepat mandi nya, ibu nya sampai harus menghentikan kegiatan masak nya hanya untuk mengecek apakah ia baik-baik saja atau tidak tadi. Indro sedang tidak berada di rumah, ia pergi ke pasar karena ada beberapa bahan makanan yang habis dan Indro yang harus membelinya karena Sarah memasak. Kedua orang tau nya sama sekali tak pernah merepotkan Ailane. Tapi mereka juga tak menolak jika Ailane dengan sukarela datang untuk membantu mereka. Tapi mereka jarang sekali memaksa Ailane agar membantu pekerjaan mereka. Inisiatif Ailane sendiri yang ingin membantu kedua orang tua nya tanpa harus orang tua nya menyuruh Ailane terlebih dahulu. Ailane sudah selesai dan keluar dari kamar mandi. Sarah mesih disitu, senyuman langsung terbit dari wajah Sarah saat melihat anak nya cantik sekali sehabis mandi. "Kamu mau ibu temenin di kamar?" Tawar Sarah lagi. "Engga usah Bu, Ailane udah gak takut lagi. Ailane ke kamar dulu ya?" Ia bohong, sebenarnya ia masih takut jika nanti sewaktu-waktu sesosok itu akan muncul kembali dan ingin mencekik nya. Tapi ia tak mau menghambat pekerjaan Sarah karena menuruti rasa takut nya ini. Ia sudah besar, tak seharus nya lagi ia takut berlebihan akan hal ini. Ia melangkah kan kaki nya perlahan sebelum ia masuk ke dalam kamar nya. Ia mengintip terlebih dahulu siapa tahu sesosok itu masih berada di kamar nya. Ternyata tidak ada siapa-siapa di dalam. Ia masuk dan mulai memakai seragam kerja nya dan segera berangkat ke tempat nya ia bekerja. Notifikasi handphone nya berbunyi dua kali. Berati ada dua pesan yang masuk ke dalam ponsel nya. SeanDiwangka: Ailane, mau saya jemput? Rayhannn: Ay, nanti bareng aku kerja mau?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD