Relationsh*t

1136 Words
Ailane mematung karena kecupan singkat dan mendadak yang diberikan oleh Sean. Waktu berduaan tidak boleh berbicara secara formal maksud Sean? Atau bagaimana? Ailane terlalu bodoh untuk memahami kata-kata yang dikatakan oleh Sean itu. Sean kini menyodorkan jus jeruk kemasan yang masih dingin dan segar karena Sean baru saja mengambil nya dari kulkas kecil khusus minuman yang berada di ruangan nya. Meskipun banyak sekali jenis minuman dan bermacam rasa disana, namun seperti nya yang cocok di minum untuk siang hari bolong seperti ini adalah minuman rasa jeruk. Entah masih shock atau bagaimana, tangan Sean yang menyodorkan minuman itu hanya mengambang di udara lantaran Ailane tak langsung menerima nya. Hanya menatap itu dengan pandangan kosong. Sean membukan minuman itu kemudian menepuk bahu Ailane pelan. "Jangan melamun, saya tidak mau kamu kerasukan di ruangan saya." Gurau Sean agar sedikit membuat Ailane takut dan tidak melamun lagi. Mendengar hal itu Ailane bertambah panik. Ia memeluk tubuh nya sendiri dan menyembunyikan wajah nya di balik kedua kakinya yang sedang tertekuk di depan wajah nya. "Engga. Ailane engga mau kesurupan, Ailane mau pulang!" Rancau Ailane panik. Sean ikutan panik, padahal ia tak ada niatan untuk menakut-nakuti gadis di depan nya itu. Ia hanya bergurau saja, sungguh. Untuk apa Sean berniat untuk menakuti Ailane? Ailane begini karena serangan panik yang tiba-tiba menyerang nya, ia teringan akan sesosok wanita itu yang menampakkan wujud nya pada Ailane secara langsung. Dan juga bisikan aneh yang sering ia dengar walaupun sekarang sudah jarang. Hanya beberapa kali saja, dan Ailane sudah bisa mulai tidak memperdulikan itu. "Ailane dengar, tidak ada kesurupan. Saya disini, tidak akan ada hantu lagi yang mengganggu mu." Ucap Sean beralih memeluk Ailane. Selama beberapa menit Ailane berusaha menetralkan detak jantung nya. Dan berhasil, pelukan Sean dapat menenangkan nya. Dan nafasnya sekarang jauh lebih beraturan ketimbang tadi. Serasa sangat sesak saat ia menghirup nafas, butuh ekstra tenaga agar ia bisa bernafas dengan lancar. Kini ia sudah jauh lebih tenang ketimbang tadi. Ia melihat kearah sekitar dengan takut-takut. Ia takut jika ada sesosok itu yang sangat menyeramkan dan tiba-tiba menampakkan wujud nya. Ia lega, tidak ada siapapun selain dirinya dan juga Sean saja di ruangan itu. Atau ada sesosok lain? Entahlah ia tak bisa melihat nya. Akan jauh lebih baik karena ia tak bisa melihat mereka. "Ada sesuatu yang menganggu kamu?" Meskipun sebenarnya Sean tak mempercayai hal-hal ghaib secara berlebihan, namun ia mencoba percaya jika ada sesuatu yang tidak beres dengan ailane. Ailane menggeleng, Sean tak mempercayai hal itu ia tak akan menceritakan nya. Mungkin bukan hanya Sean saja yang tak mempercayai hal ini, namun semua orang yang ia ceritakan jika mereka menganggap Ailane hanya omong kosong saja Ailane tak menyalahkan mereka. Membahas 'mereka' yang tak terlihat seperti tak akan ada habis nya. Ailane meneguk minuman yang sedari tadi Sean berikan. Cup! Satu kecupan ringan mendarat di bibir Ailane untuk yang kedua kalinya pada hari ini. Kecupan itu layaknya sebuah obat penghilang sebuah ingatan. Ia tak memikirkan kejadian menyeramkan yang menghantui pikiran nya. "Om?" "Mau lagi?" Tantang Sean memajukan wajah nya namun cepat-cepat Ailane langsung memundurkan wajah Sean. "Kita ini apa si om?" Tanya Ailane. Astaga! Harusnya yang bertanya seperti itu adalah Sean! Pemikiran labil Ailane yang seperti bocah itu mengeluarkan kata-kata yang tak seharusnya ia pertanyakan. Yang menarik ulur hubungan mereka selama ini adalah Ailane. Sean juga, namun tak sesering dan selama Ailane. Buka. Bermaksud untuk berada di pihak Sean, namun kenyataannya memang bagitu adanya. Menurut kalian bagaimana? Sean atau Ailane yang selama ini menarik ulur hubungan mereka? "Seharusnya saya Ailane yang melemparkan pertanyaan seperti itu. Kamu yang terus meragukan saya, kamu masih sering menolak bantuan dari saya." Ailane terdiam, benar. Harusnya ia tak mengeluarkan pertanyaan tidak berbobot yang seharusnya dilemparkan untuk diri nya. Jika sudah seperti ini, ia harus menjawab apa? Ailane memang masih ragu dengan Sean, namun ia tak mau menjadikan keraguan nya itu sebagai alasan untuk menyuruh Sean pergi dari hidup nya. Di sisi lain, laki-laki yang ia idam-idamkan dulu mendekati nya. Membangkitkan cinta lama yang sudah tak bergejolak kembali. Usia nya juga masih mudah, ia masih tak terlalu ingin memusingkan hal-hal seperti ini. "Ailane? Bisa tidak kita mempermudah hubungan ini?" "Maksud nya?" Ailane tak mengerti. Apa yang dimaksud mempermudah itu. Sean mengangkat bahu nya, "Kita tidak perlu berpacaran, jika kamu sudah siap saya akan langsung menikahi kamu." Jawab Sean yakin. "Berati Ailane bebas mau dekat dengan siapapun? Kita engga pacaran kan?" "Tidak. Saya perlu menekankan berapa kali lagi dengan kamu, kamu hanya milik saya Ailane. Tidak ada laki-laki lain yang boleh memiliki mu selain saya." Ucap Sean angkuh dan penuh percaya diri. Kalimat Sean memang terdengar arogant dan terkesan posesif. Namun ailane tak suka dengan cara pikir Sean dalam menjalin sebuah hubungan. Ailane bukan tipe orang yang jika sudah sayang terhadap seseorang akan menjalin hubungan tanpa sebuah kejelasan status hubungan mereka. Memang, Sean mengatakan jika saat ia sudah siap ia akan segera menikahi Ailane. Tak ada yang perlu diragukan lagi, modal untuk menikah sudah tak usah ditanya lagi. Ingi. Menggelar pesta pernikahan tujuh hari tujuh non stop pun tak membuat Sean jatuh miskin. "Kenapa gak pacaran dulu?" Sela Ailane ditengah ucapan Sean. "Untuk apa? Akhirnya saya juga yang akan menikahi kamu. Ailane, saya sudah 35 tahun tidak seperti kamu yang masih berusia 21 tahun. Sudah tidak ada waktu lagi untuk berpacaran, kenapa tidak langsung menikah saja?" Ailane membuang nafas, "Gak masuk akal banget gak si? Kita udah kaya orang pacaran tapi sebenarnya kita juga gak ada hubungan." "Kamu ingin berpacaran dengan saya Ailane? Jika kamu memaksa, saya tidak keberatan. Pacaran tidak pacaran, kamu akan tetap menikah dengan saya." Sebentar, Ailane sedang sadar atau tidak sadar? Sedari tadi ucapan Ailane seperti mendesak agar Sean memacari nya? Ia saja belum yakin sekarang menyukai Sean atau tidak. "Idih, apaan si om!" "Udah ah, ini Ailane mau balik kerja lagi. Bye!" Ailane meninggalkan Sean yang sedang tersenyum manis melihat tingkah Ailane yang sedang salah tingkah. Seperti nya gadis itu tak menyadari apa yang baru saja gadis itu katakan. Ailane menutup pintu dengan perasaan malu yang luar biasa. Bisa-bisanya mulut nya selicin ini mengatakan kalimat itu tanpa ia pikirkan terlebih dahulu. "Bego! Bego! Bego!" Rancaunya seorang diri. Saat hendak pergi ke ruangan nya ia mengintip dari tempat nya berada Melinda sedang membereskan barang-barang nya dan memasukkan nya ke dalam sebuah kardus. Sean tak main-main dalam urusan menjaga nya. Ailane sadar itu, tapi kadang sikap protektif Sean yang berlebihan membuat Ailane kadang merasa tidak nyaman. Daripada ada seseorang yang menyadari jika ia sedang memperhatikan Melinda, lebih baik Ailane segera pergi dari sini dan mulai membersihkan tempat lain yang sekiranya kotor. Tapi langkah nya kembali terhenti saat melihat Melinda keluar dari ruangan nya dan Rayhan langsung menghampiri Melinda untuk membawa barang yang dibawa oleh Melinda. "Mereka deket banget," ucap nya lesu dan memilih untuk menutup matanya secara paksa agar tidak melihat kejadian ini dan benar-benar meninggalkan tempat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD