Feel safe

1290 Words
Sudah jam istirahat. Ia memiliki janji untuk makan siang bersama dengan Rayhan dan Rayhan menunggu nya di depan. Ia memakai sweater yang ia bawa dari rumah dan memakai nya menutupi seragam cleaning servis yang ia pakai. Bukan apa-apa, ia memakai ini hanya untuk berjaga-jaga siapa tau Rayhan malu karena sedang jalan dengan seorang cleaning servis seperti diri nya. Ailane sudah siap tak perlu memoles make up ia hanya cuci muka dan menyemprot kan beberapa semprotan minyak wangi di tubuh nya siapa tahu bau keringat nya sangat menyengat. Saat sudah ia langsung turun ke bawah menggunakan tangga darurat agar Rayhan tidak menunggu nya lama. Ting! Rayhannn: aku tunggu langsung di parkiran ya cantik. Aaaaaaaa! Hati nya seperti terbang karena Rayhan memanggil nya cantik. Bukan sekali ini saja, biasanya Rayhan juga secara terang-terangan memujinya. Entah itu saat bertemu langsung dengan nya atau lewat telefon dan video call. Ia memasukkan ponsel nya pada saku. Saat hendak keluar ia berpapasan dengan Sean. Sean tak menyapa nya karena perjanjian awal mereka harus pura-pura tidak saling kenal saat berada di wilayah kantor. Diam-diam Sean berhenti dan melihat kemana arah Ailane pergi. Ia melihat Ailane berbelok ke arah parkiran motor. Sean tak memiliki firasat apa-apa untuk saat ini karena ia sendiri juga tidak tahu jika Rayhan lah yang mengantar Ailane hari ini buka Ailane yang membawa motor sendiri. Sean juga hendak mencari makan siang, ingin sebenarnya mengajak Ailane untuk makan bersama. Namun jika ia memaksakan kehendak nya tidak pasti Ailane akan risih dan jengkel terhadap nya. Ailane langsung menghampiri Rayhan yang sedang memainkan ponsel nya sendiri. Jika dilihat-lihat Ailane tak seperti seoroang cleaning servis. Wajah cantik natural nya mampu membius mata siapa saja yang memandanginya. Seperti biasa, Rayhan memasangkan helm pada Ailane dan membiarkan gadis itu naik ke atas motornya dan kemudian ia melanjutkan untuk mengendarai motornya. "Kamu mau makan apa ay?" "Apa Ray?" Ulang Ailane. Ia sama sekali tak mendengar apa yang barusan dikatakan oleh Rayhan karena kencang nya angin pada siang hari ini. "Kamu mau makan apa?" Ucap Rayhan lebih kencang dibanding sebelumnya. "Terserah kamu aja Ray," jawab Ailane. Memang seperti hukum alam, saat wanita ditanya ingin kemana atau ingin makan apa mereka selalu menjawab nya dengan kata 'terserah'. Bagi Ailane ia mengucap kan kata terserah untuk saat ini karena memang ia tak mau menuntun Rayhan ingin makan apa dan biarkan Rayhan yang menentukan nya sendiri karena sedari awal Rayhan yang mengajak nya untuk makan bersama. Rayhan sudah merekam sesuatu dalam ingatan nya, Ailane tidak menyukai keju. Artinya saat ia sedang makan bersama Ailane ia harus menghindari makan-makan an yang berbahan dasar keju atau ada keju sebagai bahan campuran nya. Rayhan memberhentikan motor nya di depan warung makan sederhana yang berada tak jauh dari kantor. Ia tak berani mengajak makan Ailane jauh-jauh, istirahat mereka hanya satu jam saja, lebih baik ia mencari makan di sekitaran kantor nya saja agar tak membutuhkan banyak waktu. Ailane memesan ayam gorengan dan sayur asem untuk menjadi menu makan siang nya. Siang-siang begini enak nya makan dengan makanan yang berkuah karena akan terasa lebih segar. Tidak hanya siang saja, ia memang sedari dulu lebih menyukai makan makanan yang berkuah. Sedangkan Rayhan, laki-laki itu memilih makan dengan rendang daging tidak menggunakan kuah. Saat pesanan mereka sudah diantar mereka langsung memakannya dengan segelas es jeruk yang berada di samping mereka. Tak sampai lima belas menit kedua makanan mereka sudah habis menyisakan piring dan sendok nya saja. "Jam berapa Ray?" Tanya Ailane. Rayhan melirik ke arah jam tangan nya yang melingkar di tangan nya. "Baru setengah satu ay, masih setengah jam lagi." Ailane mengangguk ia menghabiskan es jeruk nya yang memang tinggal sedikit. "Mau balik sekarang?" Tawar Rayhan. "Boleh deh," Ia sendiri bingung tak ada guna nya mereka berlama-lama disini makanan mereka juga sudah habis. Tak terbiasa makan diluar dan terbiasa makan masakan yang dimasak oleh ibu nya sehingga saat makan diluar seperti sekarang selera makan Ailane menurun. Besok ia harus membawa bekal sendiri dari rumah. "Ray, besok aku enggak usah dijemput ya?" "Kenapa ay?" "Enggak apa-apa, soalnya biasanya orang tua aku suka nitip sesuatu sama aku pas pulang kerja kaya dulu." Alibi Ailane. Orang tua nya jarang sekali menitipkan sesuatu. Ini hanya alasan Ailane agar Rayhan tidak menjemput nya lagi. Ia senang, senang sekali malah jika berangkat dan pulang bersama dengan Rayhan tapi ia merasa tak enak hati jika terus-terusan merepotkan Rayhan. "Gak apa ay," kekeh Rayhan agar Ailane tetap mau untuk di antar jemput nya. "Engga usah Rayhan. Nanti aku janji deh kalo suatu saat lagi pengen bareng kamu, aku langsung bilang sama kamu." "Beneran ya?" "Iya rayhannn." Selain Sean, Rayhan orang kedua yang dekat dengan Ailane dan mau mengantar jemput nya. Dulu sebelum bertemu dengan Sean, ia sempat berfikir bahwa apakah ia sangat jelek? Sehingga tak ada seorang pun yang meliriknya. Tapi ternyata mungkin Ailane tak sejelek yang ia kira. Benar, semua akan terlihat sempurna di mata orang yang tepat. Saat bersama Rayhan semua terasa berjalan begitu cepat. Perasaan baru saja ia keluar saat jam istirahat dan kini sudah hampir habis waktunya untuk beristirahat. Ternyata menjadi seorang cleaning servis cukup menyenangkan bagi Ailane. Ia hanya perlu membersihkan ruangan yang kotor dan membuatkan minum para atasannya. Ia tak mau membanding-bandingkan dengan pekerjaan lama nya. Disini ia bisa digaji sebesar lima juta rupiah perbulan hanya dengan membersihkan sesuatu. Ia masuk ke dalam bebarengan dengan Rayhan. Astaga! Kenapa selalu berpapasan dengan Sean saat mereka sedang bersama? Atau mungkin Sean mengikuti nya tadi? "Ailane, ke ruangan saya sekarang." Pintah Sean tegas. "Maaf pak Sean, saya harus berganti pakaian saya terlebih dahulu." Ailane menunjukkan sweater nya kepada Sean. "Tidak perlu. Ke ruangan saya sekarang!" Sean sudah berjalan mendahului Ailane terlebih dahulu meninggal kan diri nya dan juga Rayhan yang kini menatap punggung Sean yang lama-kelamaan menjauh dari pandangan mereka. "Udah ay ikutin aja mau dia. Dia keras banget orang nya, jangan sampai di hari pertama kamu kerja kamu udah dapat masalah sama pak Sean." Ucap Rayhan. Keras? Ia tak salah dengar? Yang ada Sean sangat menjengkelkan. Selalu memaksakan kehendak nya dan suka marah-marah tidak jelas. "Iya deh. Makasih ya Rayhan makan siang nya!" Ailane berlari mengejar langkah Sean agar ia tak tertinggal. Orang-orang yang berjalan melintasi nya melihat Ailane dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Mungkin karena pakaian yang sedang di pakai oleh Ailane, tidak sama seperti cleaning servis lain nya. Akhirnya Ailane berhasil menyamakan langkah nya dengan Sean dan masuk ke dalam lift bersama-sama. Bukan hanya mereka berdua saja yang berada di dalam lift itu, namun ada dua orang lagi yang tidak ia kenal sehingga Sean tidak mengajak nya berbicara. Bahkan memandang nya pun tidak. Ailane dan Sean keluar terlebih dahulu dari lift itu. Dan kini Ailane sudah berada di dalam ruangan Sean. "Apa si om? Kalau keseringan panggil Ailane kesini yang ada orang-orang malah curiga sama hubungan kita!" "Jadi kamu sudah menganggap hubungan kita? Akhirnya, penantian saya selama ini terbalaskan." Ailane melotot dan mencubit perut Sean. "Gak gitu! Nanti kalau orang-orang mikir yang enggak-enggak tentang kita gimana?" "Siapa orang yang berani membicarakan saya? Saya pemilu perusahaan ini." Ucap Sean sok berkuasa. Tetapi memang benar perusahaan ini milik nya, jika ada yang berani membicarakan tentang nya yang tidak-tidak Sean dengan gampang akan memecatnya begitu saja. "Om panggil Ailane kesini kenapa?" "Tidak kenapa-kenapa. Saya hanya ingin melihat wajah kamu." Sudah bisa ditebak, ia tak melakukan sebuah kesalahan tapi Sean memanggil nya tiba-tiba jelas itu alibi Sean agar dekat dengannya. "Kamu boleh kembali," "Gitu doang?" Tanya Ailane kembali. "Kamu masih mau berlama-lama dengan saya? Tidak masalah Ailane. Kamu tidak perlu melakukan pekerjaan kamu, saya atasan disini." "Ogah! Ailane kembali kerja dulu." Sean hanya tertawa melihat hal itu. Melihat Ailane marah salah satu hiburan nya. Wajah nya yang memerah akibat menahan amarah membuat Sean ingin sekali mencubit pipi Ailane gemas. "Ingat Ailane, kamu hanya milik saya seorang."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD