how it started
"Di, gue duduk sini ya. Kosongkan?"
Seorang gadis tanpa perlu memastikan jawaban mengambil tempat duduk di samping Diaz. Sedangkan yang disapa justru terbengong-bengong dengan es teh dalam plastik yang berhenti ia sesap.
Bukan karena terpesona pada gadis yang saat ini tengah minum dari botol tumbler merk kesayangan ibu-ibu. Tetapi... ya, dia akui bahwa rambut panjang hitam legam yang tergerai itu tampak berkilau dan caranya minum terlihat anggun.
"Bener Diaz kan nama lo? Gue Melinda" Gadis itu mencoba memastikan. Setelah selesai minum dan mengusap jejak air di mulutnya dengan tangan dan mulai mengulurkan tangan hendak berkenalan.
Sedangkan Diaz. Nama. Namanya yang diucapkan gadis itu terdengar bak angin segar di telinganya, membuat Diaz terbengong-bengong karena perasaan 'gue ga salah denger kan?'. Ternyata ada yang tahu dan bisa menyebut namanya dengan benar.
"Lo kok tahu nama gue?"
Tanpa Diaz sadari dia telah mengabaikan uluran tangan gadis yang mengajaknya berkenalan. Tetapi bukannya tersinggung gadis itu justru tersenyum lebar bahkan terkekeh. Melihat hal itu, kali ini Diaz mengakui bahwa ia terpesona.
Senyuman itu mampu mengubah suasana hati Diaz yang seharian ini memburuk. Diaz semakin memperhatikan gadis di sampingnya dengan seksama. Bahkan caranya mengikat rambut tampak menarik untuk diamati, padahal Diaz tahu bahwa tindakan tersebut untuk memberi banyak akses udara sejuk menyapa lebih banyak kulit gadis itu yang kuning langsat.
"Tahulah lo kan yang disuruh maju ke depan tadi pagi. Diaz Saputra, bintang iklan sirup. Baruna"
Seperti yang dikatakan gadis itu bahwa sumber perubahaan moodnya adalah candaan kenalan-kenalan barunya tentang dia yang menjadi bintang iklan salah satu produk sirup. Bar, Baruna, Sirop, Jan, Mar dan lain halnya tetapi jelas tidak ada nama aslinya sama sekali. Semua itu terdengar menyebalkan karena terdengar lebih mirip sebuah ejekan.
Untuk menghindari dirinya semakin menjadi bahan olok-olokan bahkan sampai acara terakhir, maka Diaz memilih menepi sendirian sambil tetap menonton penampilan band-band sekolah yang tampil di acara MOS. Namun gadis ini hadir menempati satu kursi kosong di samping Diaz di gedung olahraga itu dan membuat Diaz merasa lebih baik.
"Akting lo keren banget sampe bikin orang ga bisa lupa kalau lo yang jadi pemeran Baruna" imbuh gadis itu membuat Diaz merasa semakin senang. Bahwa semua itu bukan lah olok-olokan tetapi sebuah keberhasilan Diaz memerankan tokoh Baruna. Oh Diaz ingin tersenyum jumawa sekarang.
"Nama lo siapa tadi?" Kali ini Diaz yang mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Melinda" tangan mereka berjabatan namun tidak segera dilepas Diaz karena selanjutnya ia bertanya sembari mengarahkan jabatan tangan itu menunjuk tangan kiri Melinda.
"J artinya apa?" huruf J terlihat berkilau sebagai liontin pada gelang yang Melinda kenakan.
"Jenar. Melinda Sasmita Jenar" terang Melinda.
Itulah awal pertemuan mereka yang menjadi pembuka pertemuan-pertemuan mereka hingga tahun-tahun ke depan. Tanpa mereka tahu bahwa hari itu adalah dimulainya takdir mereka yang berpilin menjadi simpul-simpul baru.