Naina menyandarkan punggungnya di sofa sembari memijit pelipisnya. Hari ini terlalu berat untuk ia jalani. Memusingkan kepala dan membuatnya terus berpikir tentang Lay dan juga Theo. Ah. Lay yang terang-terangan menyatakan perasaan padanya padahal masih terlaku bocah. Sedangkan Theo, ah ... atasannya itu tiba-tiba mendiaminya begitu saja. Padahal awalnya sangat begitu peduli padanya, tapi ketika jam pulang kerja, semua berubah total. “Jadi, apa rencana lo berikutnya?” tanya Zevanya. Naina masih terus memijit pelipisnya, bahkan ia tidak terlalu peduli pada Zevanya yang terus berbicara di tambah suara bising dari musik DJ yang memekakkan telinga menyempurnakan segala hal yang membuat otak Naina serasa mau pecah. “Nai, lo oke?” Zevanya merasa khawatir setelah menyadari jika Naina memiji