Lay tidak bisa menahan rada rindunya kepada Naina sehingga ia memilih bolos dari sekolah padahal bel telah berbunyi. Namun, ia malah berurusan dengan Sanjaya pelatih basket yang beberapa hari lalu menawarkannya menjadi pemain inti dalam tim basket yang akan segera bertanding. “Lay, bisa bicara sebentar?” tanya Sanjaya. Lay mengembuskan napasnya kasar dan kemudian mengacak rambutnya frustrasi. Bukan waktu yang tepat untuk berbicara tentang basket saat ini berhubung rindunya jauh dari segala-galanya. “Lay, ini soal apa yang bapak katakan kemarin ke kamu.” Sanjaya mencoba mengingatkan Lay lagi. Lay menatap Sanjaya dengan mimik memohon untuk tidak diganggu hari ini. Namun, Sanjaya tidak peduli atau menang tidak tahu jika Lay sedang berusaha kabur dari sekolah untuk menemui Naina. “Pak,