Motor baru dan gebetan baru

1074 Words
"wah,motor baru nih…,"seru Mamah Dira ketika Khansa yang sedang mencuci motor maticnya yang memang masih baru di pekarangan rumahnya. "eh,Mah,"sapa Khansa tersenyum dan bangun ketika posisinya yang tengah berjongkok jadi berdiri.pandangannya mendapati papah Indra, Fabian dan Fabio. "udah sawer belum motor barunya?"tanya Papah Indra ikut bicara. "udah pah, kemarin!" "hm, berarti motor yang dulu di jual ya?"tanya papah Indra lagi. "iya,pah, soalnya kemarin pas kuncinya hilang itu kan di bongkar depan motor sampai amburadul.ya..walapubn sudah di perbaiki mending di ganti saja!?"jelas Khansa tersenyum. "ya bagus dong.jadinya beli baru!?"timpal papah Indra. "iya." "aku mana teh, sawerannya kan gakikut?!"celetuk Fabio. "hush, kamu ini, malu-maluin aja minta uang sawer!?"tukas mamah Dira."jangan dengerin Sa, ini Bio suka bercanda," "ya,nanti di telaktir bakso mas Kirin aja ya?!" "boleh deh,besok ya?!"seru Fabio senang. "oke." "dasar anak ini!?" "nggak apa-apa mah." "ya udah terserah,Sa ini mamah ke dalam ya, mau lihat Dede bayinya Kania?!"seru mamah Dira lagi. "iya silahkan, Mah, pah."sahut Khansa sambil tersenyum juga kearah kakak beradik Fabian dan Fabio. sementara Khansa yang memang telah selesai membersihkan motor barunya yang baru di belinya dua hari lalu,yang tadi kehujanan.kemudian memasukkan motor ke garasi yang sekaligus menyatu dengan toko pupuknya itu.setelah itu dia pun masuk ke dalam rumah. terdengar kehebohan dari kamar Yang di tempati Kania, karena kemarin malam memang kakaknya Khansa itu melahirkan dengan normal anak pertamanya di rumah bidan yang tidak jauh dari rumah mereka.walaupun sebenarnya perkiraan melahirkan harusnya dua Minggu lagi, bersyukur tidak ada kendala sehingga keduanya dalam keadaan sehat. Khansa melenggang ke dapur untuk membuat air minum untuk tamunya tersebut.beberapa menit kemudian, Khansa meletakkan nampan berisi empat gelas air teh manis hangat dan camilan dalam toples beling di meja di ruang TV yang berhadapan langsung dengan kamar Kania dan juga kamar ibunya yang bersebelahan. setelah sebelumnya Khansa mempersilahkan pada tamu tetangga itu untuk minumannya, kini sambil sibuk dengan ponselnya,Khansa duduk selonjoran di sofa panjang yang tepat menghadap ke TV. Saking asyiknya dengan ponselnya sampai tidak menyadari bahwa Mama Dira memanggilnya yang berada di ambang pintu kamar bersama ibunya. "dasar anak itu!?kalau sudah megang hp suka asik sendiri!?"gerutu ibunya geleng kepala melenggang kembali ke kamar lagi, tapi kan masih tetap tidak mendengar,mamah Dira hanya tersenyum kemudian ke menghampiri Khansa. "kayaknya asik banget sih ?chatting sama gebetan? Gio ?"tanya mamah Dira yang sudah berdiri di hadapan Khansa otomatis membuatnya menurunkan kakinya yang selonjoran ke bawah sofa. "gebetan?"lirih Khansa menatap mamah Dira tidak percaya dengan menyebut Gio gebetan padahal mereka baru kenalan kemarin itu pun hanya lewat chat saja. " eh,mah,iya,eh maksudnya aku lagi nonton video lucu!?"gagap Khansa sambil nyengir kuda dan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. " Oh gitu, tapi dia udah hubungin kamu kan ?"tanyanya duduk disebelah Khansa. " iya ada kemarin malam!" " semoga kalian bisa dekat dalam artian bisa pacaran atau menikah, Dia itu anak baik kok!?"tuturnya dan itu hanya membuatkan Khansa mau tidak mau tersenyum dan mengangguk samar bahkan pandangan yang melihat kearah Fabian dan Fabio yang keluar dari kamar kakaknya. kini Khansa seperti sedang dalam situasi perjodohan karena mamah Dira sangat kekeuh supaya dirinya menjalin hubungan dengan anak dari adiknya kandungnya sendiri. "Mah aku pulang duluan?!"tukas Fabian yang berlalu pergi. "aku juga mah."susul Fabio. setelah kepergian Kakak adik itu ini Khansa dan Mama Dira juga ibunya bahkan kakaknya ngobrol tentang apa saja apalagi tentang seseorang yang akan didekatkan dengannya, walaupun sebenarnya Khansa tidak nyaman, beruntung mereka hanya sekedar chatting saja karena memang keberadaan jauh di luar pulau Jawa. sementara Papah Indra dan bapak Khansa masih asik juga mengobrol di teras depan rumah setelah tadi sebelumnya melihat dulu bayi Kania. *** setelah shalat magrib tadi Khansa merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil mendengarkan musik di ponselnya. hawanya yang dingin karena saat pagi sampai hampir sore tadi turun hujan dan membuatnya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. padahal dia sudah mengenakan baju dan celana panjang mungkin karena sudah memasuki musim hujan. tiba-tiba ponselnya yang digunakan untuk mendengarkan musik malah berganti menjadi dering telepon tanda panggilan dari w******p. "Gio?" gumamnya beranjak dari rebahan dan memposisikan diri duduk malah dia sekarang mempertimbangkan harus mengangkat teleponnya atau tidak. sampai deringnya berhenti Khansa tidak mengangkatnya .namun saat hendak kembali merebahkan tubuh ternyata ponselnya kembali berdering dengan terpaksa Khansa pun mengangkatnya sambil beranjak dari ranjangnya menuju balkon. setibanya di balkon pandangannya mendapati Fabian yang ada di balkon sedang teleponan juga.ingin pergi tapi karena Fabian sudah melihatnya kalau pergi dikira menghindari, walaupun memang pada kenyataannya begitu akhirnya memilih tetap berada di sana dengan berdiri pada pagar besi balkon dengan sebagian punggungnya bersandar dan posisinya membelakangi berpura-pura tidak tahu. "Sa,nanti aku main ke rumah ya?" seru seseorang di seberang telepon. "eh, kan jauh Kalimantan ke Jawa barat loh!" "aku akan datang ,karena sepupuku menikah Kamu tahu kan ,Fabian?" benar juga Minggu depan Fabian akan menikah batin Khansa. "Sa?"suara di seberang telepon membuyarkan lamunannya. "ah,iya hadir!" "kukira teleponnya mati, oh iya katanya kalian tetanggaan kan? berarti kenal Fabian dong?!" "iya kenal!?"Khansa membalikkan tubuhnya perlahan untuk melihat kearah keberadaan Fabian, yang ternyata sekarang sudah tidak ada. jadinya dengan leluasa Khansa bisa entah duduk santai di kursi kayu jati yang ada atau mungkin kadang tersenyum dan tertawa akan obrolannya dengan Gio yang katanya sepupu tetangganya itu. kalau masih ada Fabian akan sulit bergerak karena pembawaannya yang kaku dan dingin menurutnya jadi akan terasa canggung,walaupun dia sudah sangat hafal kalau memang dari dulu sifatnya seperti itu. sementara di dalam kamar Fabian yang duduk di kursi di meja kerja melirik kearah jendela kamarnya menghubungkan langsung dengan balkon karena gordennya belum ditutup hanya dengan gorden tipis berwarna putih tembus pandang,jadi dia dapat melihat jelas keluar sosok Khansa yang masih betah teleponan di sana, namun kemudian menutup gorden yang tebal. saat terdengar adzan isya berkumandang akhirnya Khansa telah selesai mengobrol di telepon dengan Gio. sesekali Khansa mengusap-usap daun telinganya yang terasa panas karena teleponan yang sangat lama. apa mungkin seperti ini rasanya punya gebetan, bisakah kalau Gio ini dikatakan demikian ?karena menurutnya Bahkan mereka belum pernah ketemu, lagi pula jarak yang jauh tidak mungkin sampai tahap menjalin hubungan seperti yang diinginkan mamah Dira. entahlah,selama hidupnya yang belum pernah pacaran walau Sekarang usianya telah menginjak 24 tahun tidak menjadi masalah untuknya hidupnya lebih bahagia sekarang dari yang dulu pernah berada di situasi dimana hanya untuk sekolah saja tidak pernah membawa bekal, cukup untuk ongkos naik angkot pulang pergi saja tapi bisa melewatinya sampai lulus SMA .begitu juga dengan kedua Kakaknya yang sekarang telah menikah dan punya anak kini Khansa pun percaya bahwa akan ada jodoh untuk nya nanti saat sudah tiba waktunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD