"Ayo Mas," ujar Ayara. Ia tidak memperdulikan pertanyaan Adno sama sekali. Athar bisa melihat dengan jelas bahwa kehadiran Adno membuat calon istrinya merasa tidak nyaman. Wajar bukan? Bagi Athar itu hal yang wajar. "Tunggu Aya, kenapa kita tidak mengobrol sebentar." Adno masih enggan melepaskan Ayara untuk pergi begitu saja. Sudah lama ia kembali ke sini, tapi baru kali ini Adno bisa bertemu dengan Ayara. Kesempatan ini tidak bisa Adno sia-siakan. "Apa kita begitu dekat sampai harus mengobrol segala?" Ayara ingin tertawa sekarang juga. Apa ada orang seperti Adno seakan tidak tahu malu begini. Sudah menyakiti Ayara dengan begitu kejam dan menyebabkan gagal nikah tapi malah ingin mengobrol. Tangan Ayara gatal ingin menampar Adno, tapi ia rasa percuma saja. "Aya..., ki-" Ketika tangan Adn