Matahari mulai bersembunyi di balik awan dan digantikan dengan warna jingga yang menyelimuti langit.
Saat ini, keluarga Myco sedang berkumpul menikmati indahnya suasana sore di halaman depan rumah. Myco dan Arya asyik berbincang, sedangkan Salwa dan Delia tengah melihat tanaman bunga milik Delia yang terawat di pinggir kolam ikan.
"Rencananya kapan kalian akan pindah?" Arya bertanya.
"In sya Allah besok, Yah."
"Apa nggak sebaiknya kalian tetap tinggal di sini saja? Kasihan sama Salwa kalau nanti kamu sudah kembali bekerja, dia akan kesepian di rumah sendiri. Kalau kalian tetap di sini, ada Bunda kamu yang menemani."
Myco menarik napas dalam-dalam. "Tapi menurut Myco ini keputusan yang tepat, Yah. Myco dan Salwa bisa saling mengenal satu sama lain. Apalagi dengan Salwa yang sepertinya masih belum bisa menerima pernikahan kami."
Arya menganggukkan kepala beberapakali. "Ya, memang benar. Tapi Ayah berpesan sama kamu, setelah nanti kamu sudah kembali bekerja lagi jangan pulang terlalu larut malam. Ingat, sekarang kamu sudah menjadi seorang suami dan bertanggung jawab besar atas istri kamu."
Myco tersenyum. "Iya, Yah."
Salwa dan Delia berjalan menghampiri kedua laki-laki itu.
"Sedang membicarakan apa? Kelihatannya serius banget." Delia bertanya, lalu duduk di kursi yang masih kosong. Begitu pun dengan Salwa.
"Bunda, pengen tahu saja." Arya menjawab sambil terkekeh pelan.
Delia menghembuskan napas panjang. Kemudian memanggil Hana untuk mengambilkan minuman.
"Bunda kan penasaran, Yah. Lebih baik Bunda tanya langsung kan," jawab Delia.
"Hana!"
"Iya, Nyonya!"
Hana berlari menghampiri. "Ada apa, Nyonya?"
"Tolong bawakan minum untuk saya dan menantu saya," perintah Delia.
Hana mengangguk. "Mau dibawakan minum apa, Nyonya?"
Delia menoleh pada Salwa yang duduk di sampingnya. "Kamu mau minum apa, Cantik?"
"Es teh manis aja."
"Tolong buatkan dua es teh manis." Delia berucap pada Hana.
"Baik, Nyonya. Ada lagi yang mau saya bawakan? Tuan dan Tuan muda mungkin?" Hana menatap Myco dan Arya secara bergantian.
Arya menggelengkan kepala sebagai jawaban, begitupun dengan Myco.
"Nggak perlu. Biar istri saya saja yang membuatkannya untuk saya," ucap Myco kemudian tersenyum menoleh pada Salwa yang sedang melayangkan tatapan kesal.
Hana mengangguk dan pergi ke dapur untuk membuat pesanan majikannya.
"Sayang, ayo buatkan minuman untuk suamimu." Myco tersenyum pada Salwa.
Salwa ingin sekali menolak permintaan Myco. Namun, ia tak enak hati pada Arya dan Delia.
"Tunggu sebentar." Salwa bangun dari posisi duduknya. Dengan malas ia pergi ke dapur untuk membuatkan minum. Sedangkan Myco tersenyum kemenangan.
Tak butuh waktu lama untuk Salwa membuatkan kopi untuk Myco. Lalu menyimpannya di atas meja dan kembali duduk di kursi semula.
"Ini apa, Sayang? Kopi?" Myco bertanya.
"Menurutmu?" Salwa menatap malas pada Myco.
"Kenapa kamu membuatkan kopi untuk Myco, Sal?" Delia bertanya pada Salwa.
Salwa menautkan kedua alisnya. "Memang kenapa, Bun?"
"Jadi kamu belum tahu kalau Myco nggak begitu menyukai kopi?"
Salwa menggelengkan kepala dengan tampang polosnya. "Jadi Myco nggak suka minum kopi? Ya ampun."
Delia menghela napas berat. "Nggak. Sejak dulu Myco nggak begitu menyukai kopi. Dia lebih suka teh."
Salwa terkejut. Menoleh pada Myco yang sedang tersenyum sambil menunjukan deretan gigi putihnya.
"Maaf. Saya pikir kamu menyukainya, karena sebagian besar laki-laki menyukai kopi."
Myco tersenyum. "Nggak masalah. Saya akan tetap meminumnya."
"Jangan di minum. Biar saya buatkan teh untukmu," cegah Salwa hendak bangun dan mengambil kopi itu dari Myco.
"Saya harus menghargai kamu yang telah membuatkan minum untuk saya. Ini adalah minuman pertama yang kamu sajikan untuk saya. Terima kasih, Sayang." Myco mengedipkan sebelah matanya, membuat Salwa mendengus kesal.
Arya dan Delia tertawa melihat pasangan suami istri baru itu.
"Ah, romantis sekali kalian. Bunda jadi ingat masa-masa saat menjadi pengantin baru."
Arya menganggukan kepala. "Kalian harus mempertahankan momen seperti ini."
☆☆☆
Salwa duduk bersandar di atas ranjang. Setelah makan malam tadi ia langsung pamit ke kamar, sedangkan Myco masih di bawah berbincang bersama Arya mengenai pekerjaan.
Panggilan masuk dari Nando membuat Salwa buru-buru mengangkatnya.
"Baby!! Aku sangat merindukanmu!" jerit Salwa begitu sambungan telepon terhubung.
"Begitupun denganku, Sayang. Bagaimana kabarmu?"
Salwa menghembuskan napas lelah. "Fisikku baik-baik saja, tapi nggak dengan hatiku yang ingin pergi dari sini sekarang juga. Argh! Aku nggak sabar menanti hari perpisahanku dengan Myco."
"Bersabarlah. Satu tahun bukan waktu yang lama."
Salwa merebahkan tubuhnya. Memiringkan posisi tidur sambil memeluk bantal. "Aku nggak tahan dengan sandiwara ini," rengeknya.
"Sudahlah, jangan bersedih. Bagaimana kalau besok kita bertemu saja?"
Ucapan Nando membuat Salwa tersenyum senang. "Benarkah?"
"Iya, Baby. Kita bertemu di tempat biasa, bagaimana?"
Salwa mengangguk antusias, meski Nando tidak melihatnya. "Ah, rasanya aku nggak sabar menanti hari esok."
Terdengar tawa di seberang sana. "Jangan lupa berikan penampilan yang terbaik untukku, Sayang."
"Tentu. Aku akan terlihat seperti seorang bidadari di matamu."
Berkomunikasi dengan Nando membuat suasana hati Salwa kembali cerah. Nando sudah seperti mentari dalam hidupnya. Selalu ada cara yang membuat Salwa kembali tersenyum dan tertawa bahagia.
Tanpa sepengetahuan Salwa, dari balik pintu berwarna cokelat, Myco terlihat marah saat mendengar suara tawa yang berasal dari Salwa. Terlebih saat gadis itu menyebut nama Nando, membuat Myco semakin geram.
"Tenang, Myco. Ini adalah konsekuensi yang kamu dapat atas keputusanmu sendiri," ucap Myco sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Kamu sangat lucu, Baby." Salwa berucap di tengah-tengah tawanya.
Salwa dibuat terkejut saat tiba-tiba ponselnya di ambil paksa oleh Bara.
"Myco!"
Myco tidak mempedulikan Salwa. Ia menempelkan benda pipih canggih itu pada telinganya.
"Sebaiknya Anda tidak perlu menghubungi istri saya lagi. Saat dimana saya mengikat Salwa dalam ikatan pernikahan, saat itu pula tidak ada lagi hubungan di antara kalian." Myco berucap tegas, tanpa menunggu respon dari Nando sambungan telepon langsung Myco putuskan.
"Myco! Kamu ini apa-apaan sih?! Nggak sopan banget sih ngambil handphone orang sembarangan!" Salwa terlihat sangat marah.
Saat Salwa hendak mengambil kembali handphone nya dari tangan Myco, lelaki itu justru mengangkat tinggi-tinggi tangan yang memegang ponsel hingga Salwa kesusahan untuk mengambilnya.
"Kembalikan ponsel saya!" Salwa meloncat dan berusaha menggapai ponselnya.
Myco masih bertahan dengan posisinya. Tinggi Salwa yang hanya sebatas d**a, membuat gadis itu kesulitan.
"Kamu sangat menyebalkan! Kembalikan ponsel saya!"
"Coba saja kalau bisa," tantang Myco.
"Huh!" Salwa mendorong Myco karena kesal. Dan kembali meloncat.
Myco memanfaatkan keadaan dengan cara mencium bibir Salwa saat gadis itu meloncat.
"Myco!" Salwa melotot tajam menatap Myco. Sedangkan lelaki itu tersenyum menyebalkan.
Salwa mengusap bibirnya. Menghentakan kaki sebal dan duduk di atas ranjang.
"Saya benci kamu!"
"Saya nggak peduli."
"Kamu lupa dengan poin-poin peraturan yang telah saya bacakan kemarin malam?"
Myco mengangkat bahu acuh.
Salwa melempar bantal ke arah Myco. Suasana hatinya yang semula membaik karena Nando, sekarang dibuat buruk lagi oleh Myco.
"Jangan mencampuri kehidupan masing-masing. Kita juga bebas menjalin hubungan dengan siapapun. Kamu nggak berhak mencampuri kehidupan pribadi dan hubungan saya dengan Nando, begitupun dengan saya yang nggak akan mencampuri kehidupankamu. Paham?"
Myco bersandar pada tembok. Memasukan satu tangannya ke dalam saku celana pendek yang ia kenakan.
"Apa kamu lupa, kalau saya sama sekali nggak menyetujui peraturan gila mu itu?"
"Saya nggak butuh persetujuan darimu! Peraturan itu tetap berlaku."
Myco memalingkan wajah dari Salwa. Memasukan ponsel Salwa ke dalam saku celana, lalu berdiri.
"Cepat kemas semua pakaian dan barang-barang keperluanmu."
Salwa tidak mengerti dengan apa yang Myco maksud. Ia bangun dari posisi duduknya, berjalan menghampiri Myco yang mulai mengambil pakiannya di lemari.
"Maksud kamu apa?"
Myco menghentikan kegiatannya. Menatap pada Salwa. "Besok kita akan pergi ke rumah yang akan menjadi tempat tinggal baru kita."
"Apa?!"