When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Aaaaa!!!!!!" Dinda langsung memejamkan matanya menahan sakit saat sesuatu menancap di perutnya, darah segar mulai keluar tepat di perut Dinda.Dari kejauhan Bram melihat kejadian tersebut dan langsung berlari ke arah Dinda. Sedangkan pelaku yang menusuk Dinda dengan pisau tajam segera berlari meninggalkan Dinda yang mulai terjatuh secara perlahan. "Dinda!!!!" Teriak Bram dengan memanggil nama Dinda. Sungguh Bram tidak menduga semua ini akan terjadi, semua terjadi begitu saja tanpa ada yang sempat mencegahnya. Bram menangkap tubuh Dinda yang terjatuh di lantai. "Sayang, Sayang!!!," Panggil Bram sambil menepuk-nepuk pipi Dinda, mata Dinda mulai berat, serta nafas yang mulai terengah-engah. Bram melihat pisau masih menancap di perut Dinda membuat mata Bram menggelap. "Damn!!!" Umpat Bram