"Walau perayaan anniversary perusahaan kita barengan sama ulang tahun kamu, jangan coba-coba kamu undang Nindya itu. Karena Mama nggak suka. Lagi juga, Mama undang Chintya. Coba kamu pikirin, gimana penilaian Chintya nantinya kalau ngeliat Nindya ada di sana juga nanti? Kamu serius pengen ngejar Chintya lagi atau enggak?” "Iya, Ma... iya.” Aku tak mau mendebat mama. Cukup hari Senin kemarin di mana hanya mengeluarkan satu kalimat saja, bukan maksudnya membela, tapi balasan dari mama panjang lebar. “Ma, jangan marahin anak orang.” Aku tak berniat membela, hanya saja tak enak saja melihat anak orang dimarahin seperti itu. Mama mendengkus. “Kamu membela sahabatmu ini?" Dan mulai lah mama menyerocos panjang lebar. Aku hanya bisa diam mendengarkan sampai mama selesai dengan ocehannya. Aku