Gemerlap lampu kota yang terlihat dari ruang tengah penthousenya membuatnya tertarik untuk berdiri di sana. Sosok tinggi tegap yang kini usianya sudah matang dua puluh delapan tahun memandang gemerlap lampu kota sambil memegang kaleng soda.
“Besok penerbangan pertama ke Jerman, istirahatlah,” ucap Loka ketika melihat Reno masih berdiri di sana. Reno menghembuskan napasnya kasar.
“Aku tahu, tapi aku belum mengantuk, lagipula aku juga bisa tidur di pesawat nanti,” ucap Reno santai. Loka akhirnya menghampiri Reno yang masih kuat berdiri di sana.
“Apa yang kamu pikirkan?” kata Loka penasaran karena memang beberapa hari ini bos sekaligus sahabatnya ini seakan menjadi orang yang berbeda. Jalan ke klub malam masih dia lakukan, bermain dengan para gadis malam masih dia lakukan, tapi seakan dia melakukan itu untuk menutupi keresahan dalam dirinya.
“Sebenarnya apa yang sudah aku lakukan dua tahun ini, kenapa semua yang aku lakukan terasa hampa dan tak berarti,” ucap Reno sendu membuat Loka menghela napas, asistennya itu menepuk bahu Reno dengan harapan itu bisa menguatkannya.
Reno menegak air soda yang dia pegang dengan tatapan tak lepas dari lalu lalang kendaraan yang bisa dia lihat dari penthousenya ini.
“Semua mengenalku bahkan menjuluki macam-macam, tapi entah kenapa aku tak bangga sama sekali dan bahagia dengan semua yang aku capai. Seperti ada lubang hampa yang membuatku merasa sebenarnya untuk apa aku melakukan semua ini,” Reno mengutarakan isi hatinya.
“Aku rasa itu tandanya kamu harus berhenti dari semua kebiasaan burukmu mungkin,” jawab Loka asal. Reno mengalihkan pandangannya dan melihat Loka.
“Menurutmu begitu?” tanya Reno balik. Loka hanya mengangkat bahunya santai. “Aku selalu bilang kepadamu jika kamu tak suka kamu tak perlu menjadi orang lain untuk melakukannya dan kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri,” kata Loka.
Hening.
“Apa kamu masih ingat ucapan wanita itu kepadamu sampai kamu jadi begini?” tanya Loka membuat Reno mengerutkan alisnya. “Maksudmu?” tanya Reno tak paham.
“Wanita Singapore,” ujar Loka membuat Reno terkekeh geli. “Aku bahkan sudah lupa dengan wajahnya, kamu tahu selama ini apa fungsi wanita dalam hidupku,” ucap Reno membuat Loka ikut tertawa.
“Jadi karena Gladis?” desak Loka membuat Reno diam. Loka menyadari perubahan ekspresi Reno membuat Loka semakin sadar jika masih ada nama Gladis dalam diri Reno meskipun itu sudah dua tahun lamanya.
“Bahkan dalam hatimu saja masih ada nama Gladis, kenapa kamu harus bertingkah seolah kamu bisa melupakannya dan menccari cinta yang baru,” cela Loka.
“Terkadang melupakan seseorang itu kita tak perlu mencari orang baru atau menjadi orang lain. Sekalipun kita dikatakan orang yang tak punya hati pun jika memang kita tidak ingin menggantikan dia, kenapa kita harus memaksa diri untuk melupakannya.”
Reno menatap Loka dari atas ke bawah setelah Loka mengatakan hal tersebut. Pria itu menggeleng pelan seakan tak percaya dengan apa yang Loka katakan. Hal itu tak ayal membuat Loka ngeri sendiri.
“Apa? Liatnya gitu amat,” ketus Loka.
“Kamu yang panas dingin dipegang sama cewek, sekarang bisa ngomong kaya orang yes yan pengalamannya bejibun, belajar darimana tuh,” ledek Reno yang langsung mendapat deheman dari Loka.
“Aku melihat dari sudut pandang sikap Bos yang playboy,” ucap Loka polos tapi langsung dijitak oleh Reno. Tak lama keduanya tertawa lalu berbalik dan berjalan ke kamar masing-masing.
***
Setelah menempuh perjalanan lebih dari dua puluh jam untuk sampai ke Jerman. Kini dia merasa jetlag luar biasa. Sesampainya di bandara dia sudah dijemput oleh supir keluarganya.
Dua tahun berlalu, baru kali ini Reno mau datang ke Jerman untuk memenuhi undangan ayahnya terkait pekerjaan. Itupun karena mamanya yang minta, jika bukan karena dia akan diancam dijodohkan tak mungkin dia akan berangkat.
Bahkan kini tanpa diketahui oleh keluarganya, dia bersama Oman sudah memiliki jaringan di bawah dunia nyata yang membuat mereka dikenal sebagai orang yang patut diperhitungkan dalam dunia bawah.
“Herzlich willkommen,” ucap Mama Tata ketika melihat anak kesayangannya yang setengah mengantuk datang. “Danke Ma,” balas Reno mencium pipi mama Tata.
“Istirahatlah dulu, nanti kita bicara soal pekerjaan,” kata Papa Rendra begitu melihat anaknya yang malas menyapanya. “Hemmm,” hanya itu yang keluar dari mulut Reno.
Dia berjalan ke kamarnya dan menyalakan ponselnya yang sudah seharian ini mati karena perjalanan yang dia lakukan. Perlahan mulai banyak notifikasi yang masuk dalam ponselnya. Sampai satu nama membuatnya tertarik untuk membaca salah satu notifikasi yang masuk.
Chrys [Aku tahu kamu ga mungkin bales pesanku lagi, aku cuma mau kasih tahu kamu soal Gladis. Dia dirawat di rumah sakit sudah beberapa hari ini.]
Reno langsung membulatkan matanya untuk memastikan dia tak salah membaca dan memang benar. Dari beberapa tahun Reno mengenal Gladis, lelaki ini meyakini Gladis tak memilik riwayat sakit parah, lalu kenapa sekarang dia ada di rumah sakit.
Reno mencoba mencari semua pesan dari Chrys dan dia mulai sadar jika pesan yang dibaca adalah pesan yang paling lama, dan ada lagi kelanjutan pesan berikutnya.
Chrys [Awalnya aku kira dia sedang pergi keluar kota, tapi aku mulai curiga saat aku melihat Liam ke kampus sendirian dan terlihat terburu-buru.]
Chrys [Aku nekat bertanya kepadanya dan Liam mengatakan jika Gladis dirawat di rumah sakit. Aku mengikuti Liam ke rumah sakit dimana Gladis dirawat.]
Chrys [Aku tak memiliki pikiran apapun saat itu, karena aku pikir Gladis sakit biasa. Tapi ternyata dia mendapatkan mental shock karena peristiwa yang dia alami.]
Chrys [Gladis termasuk salah satu korban pelecehan seksual yang terjadi di salah satu pedesaan di perbatasan Jerman. Aku tak tahu apa yang terjadi sebenarnya karena Liam tak menceritakannya kepadaku, tapi menurut cerita Liam dia dan teman-temannya yang membantu Gladis pada waktu itu.]
Reno langsung meluruh dan dia merasa nyawanya tercabut dari tubuhnya. Bagaimana bisa Gladis yang selama ini dia jaga mendapat perlakuan keji semacam itu. Dan dimana dirinya saat hal itu terjadi.
Praaakkk…
Reno langsung melempar ponselnya dan hancur berkeping-keping. Entah apa yang merasukinya, dia berteriak sekencang mungkin dan menjambak rambutnya kuat-kuat, keadaan itu membuat Loka masuk ke kamarnya.
“Ren, kamu kenapa?” tanya Loka sambil menggoyang-goyangkan tubuh Reno. Lelaki itu mendongak melihat Loka tapi asistennya ini kaget karena melihat Reno yang tampak buruk sekarang.
“Gladis,” lirih Reno membuat Loka mengernyit bingung. “Gladis, kenapa dengan dia?” tanya Loka tak mengerti. Reno tak sanggup bercerita, dia ingin menunjukkan pesan yang dikirim Chrys kepadanya tapi kemudian dia sadar jika dia sudah menghancurkan ponselnya.
Loka yang paham pandangan itu, langsung mengerti apa yang terjadi. “Chrys mengirim pesan lagi kepadamu?” tanya Loka dan Reno mengangguk.
“Aku kan sudah bilang untuk tidak percaya kepada wanita itu dan kamu juga tahu dia wanita seperti apa? Dia hanya ingin memanfaatkan popularitasmu untuk meraih keinginannya sendiri,” jelas Loka.
Reno menggeleng, “Bukan itu masalahnya Ka, dia mengatakan kepadaku jika Gladis mengalami mental shock karena pelecehan yang dia alami,” Reno terbata menceritakannya membuat Loka ikut meluruh.
“Apa kamu yakin itu benar?” tanya Loka karena dia tahu bagaimana kondisi Gladis selama di Jerman dan sejauh ini dia tidak memiliki sesuatu yang mencurigakan.
Reno hanya menggeleng, “Aku hanya merasa tersakiti, aku tak ada di saaat dia mengalami hal paling buruk dalam hidupnya, aku menjaganya selama ini dan aku tahu dia juga pasti menjaga diri, tapi sekarang,” ucapan Reno terputus.
“Aku pastikan dulu, kamu tunggu sebentar,” kata Loka membuat Reno mendongak. “Apa yang kamu lakukan?” tanya Reno bingung.
“Memastikan jika Gladis dalam kondisi terluka atau baik-baik saja.”
*****
Herzlich willkommen : Selamat datang
Danke : Terima kasih