Setelah pergulatan kedua pagi tadi, Embun merasa pangkal pahanya yang panas dan sedikit perih. Dia berjalan pelan dan sangat hati-hati. Membuat para pelayan wanita saling melemparkan senyum menggoda dan Embun hanya tersipu melihatnya. Menghampiri sang suami yang sudah duduk menunggunya di meja makan. Embun pun menemani Albee sarapan. Setelah sarapan, Albee meminta Margo untuk memberikan Embun benda persegi panjang berwarna hitam metalik ke tangan Embun. “Ini apa?” tanya Embun. “Ponsel milik kamu, agar kita mudah berkomunikasi dan juga kamu bisa menghubungi keluarga kamu,” ucap Albee sambil menatap Embun lekat. Rambut panjangnya telah dikuncir rapih dan diberi gel agar tidak berantakan. “Terima kasih ya, tapi keluarga aku tak punya ponsel jadi susah menghubunginya kan?” ucap Embun sa