When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Farid langsung menatap Dewa yang masih menerima telepon dari Danu. “Saya baru tadi pagi bicara dengan dokternya,” sergah Dewa kesal. Dengan wajah yang masih menyiratkan kekesalan, Dewa mendengarkan kata-kata Danu di saluran telepon mereka. “Pak Danu ikut mendampingi besok?” tanyanya dengan nada tidak sabar. Resty melihat kekasihnya itu mulai berangsur-angsur turun emosinya. Mungkin Danu memberikan keterangan yang cukup membuatnya tenang. “Besok saya ikut mendampingi Resty,” Dewa berkata tanpa mau diganggu-gugat. Resty mati-matian ingin menggerakkan jari-jarinya dan mengusap pipi bercambang kekasihnya supaya lebih lembut. “Yang, aku nggak apa-apa,” bisik Resty mencoba membuat kekasihnya adem. Dewa melirik kearahnya, sorot matanya melembut. Diusapnya pucuk kepala perempuan c