When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Menurut dokter, Resty sudah tidak dapat merespon segala rangsang yang diberikan. Karena itu Farid memutuskan mengikhlaskan putrinya untuk tidur selamanya, mengikuti mendiang sang mama. Awalnya Dewa menolak untuk menyerah, begitu juga Fira yang meyakini Resty akan jadi menantunya. Mereka sempat mendebat keputusan Farid yang menghentikan upaya medis lain meskipun tidak melepaskan peralatan yang menempel di tubuh sang putri. “Resty sudah tidak bisa merespon rangsang, De. Jangan siksa dia untuk sebuah hal yang memberatkan jalannya, Nak.” Farid dengan sekuat tenaga mencoba menjelaskan kepada laki-laki berwajah seperti oppa Korea tersebut. “Pasti ada keajaiban, Pa! Kami akan segera menikah!” Dewa masih ngotot menginginkan untuk meningkatkan upaya pengobatan. Lelehan air mata tampak me