Gendisa Dan Nana

1728 Words
* Jika ada yang bertanya seperti apa sosok Nana dimatanya.Maka Gendis pasti akan menjawab bahwa Nana adalah wanita yang naif. Tetapi untungnya tidak ada satu orang pun yang bertanya pada Gendis sehingga sosok Nana yang selama hidupnya dikenal baik dan peyayang tetap melekat di hati para pelayat yang datang untuk mengantar Nana ke tempat peristirahatan terakhirnya. Gendis dan Nana adalah saudara sepupu dari pihak ibu yang dimana Sekar Wangi selaku ibu kandung Gendis adalah kakak seayah Soraya yang tak lain adalah ibu kandung Nana. Tetapi meskipun mereka keluarga semua orang di negeri ini tau kalau Gendis dan Nana memiliki kehidupan yang sangat jauh berbeda. Gendisa Istantoro,siapa di negeri ini yang tak mengenal dirinya yang tak lain adalah putri kedua dari keluarga konglomerat Istantoro. Jika bicara soal fisik maka fisik Gendisa bisa dibilang mendekati sempurna,tubuh ramping dengan tinggi 170 cm,kulit seputih salju,rambut panjang yang berwarna hitam legam,dan tak lupa proporsi wajah yang pas dan nyaris tanpa cacat. Andai dapat di ibaratkan maka semua orang pasti akan berkata bahwa Gendisa adalah bidadari yang diturunkan dari langit. Terlahir di keluarga konglomerat membuat Gendisa memiliki segalanya.Apa pun yang dia inginkan pasti akan ia dapatkan bahkan ia pun diperlakukan secara istimewa. Banyak orang yang ingin dekat dengannya.Tetapi karena status dan sikapnya yang cukup dingin membuat mereka hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Jangan lupakan orang-orang yang iri setengah mati kepadanya.Banyak cara yang mereka lakukan untuk mencoreng nama baik Gendisa.Tetapi tentu saja itu tidak menghasilkan apa-apa. Gendisa tidak hanya memiliki kehidupan yang baik tetapi ia juga memiliki orang-orang yang rela melakukan apa saja demi dirinya.Sedangkan kehidupan Nana justru sebaliknya. Nana cantik tetapi kecantikannya tidak bisa dibandingkan dengan kecantikan Gendisa.Nana lahir dari keluarga sederhana yang dimana ibunya Soraya hanyalah seorang pegawai swasta. Jika Gendisa adalah sosok yang dingin maka Nana adalah gadis yang hangat. Gendisa selalu menunjukkan wajah yang datar tetapi Nana selalu menunjukan ekspresi yang beragam diwajahnya.Bahkan memiliki senyuman yang mampu menghipnotis orang agar menjadi dekat dengannya. Tetapi sayangnya apa yang tampak belum tentu itu adalah yang sebenarnya. Dibalik sikapnya yang hangat Nana menyimpan kesedihan yang teramat sangat dalam dan sumber dari kesedihan itu adalah ibunya sendiri,Soraya Margareta. Kekerasan,penganiyaan,dan pelecehan secara verbal adalah makanan sehari-hari Nana yang ia terima dari Soraya.Jangan bertanya tentang ayahnya karena sampai ajalnya menjemput pun Nana tidak mengetahui siapa ayah kandungnya. Sedangkan dibalik segala kesempurnaan yang dimiliki Gendisa ada sebuah kutukan mengerikan yang siap menimbulkan petaka. Flashback "Gendis..tolong....sekali ini saja....mami gak akan biarin aku kalau kamu nggak setuju."mohon Nana dengan ekspresi kesakitan diwajahnya. "Itu bukan urusanku."jawab Gendis dengan wajah datar dan dingin. "Aku mohon Gendis...sekali ini saja...aku janji ini yang terakhir....aku janji."mohon Nana dengan wajah yang mulai dipenuhi air mata. Gendis selalu suka hujan karena hujan membawa ketenangan tersendiri baginya.Tetapi hujan yang turun kali ini justru tidak membawa ketenangan melainkan kenangan lama antara dirinya dan juga Nana. Kenangan tentang perjumpaan terakhir mereka ketika Nana masih hidup bisa dibilang adalah kenangan yang buruk.Tetapi sekali pun begitu Gendis tidak akan menyesali apa pun. ** Prosesi pemakaman Nana berjalan lancar walaupun hujan turun sangat lebat.Ningrum dan Gendisa yang awalnya bergegas ingin pergi memutuskan untuk tetap tinggal sampai seluruh proses pemakaman selesai. Tetapi tidak seperti Ningrum yang mengantar jasad Nana sampai ke liang lahatnya meskipun basah di guyur hujan.Gendisa hanya duduk di mobil mewahnya sambil menatap dari kejauhan. "Hah...aku benar-benar kuyup."gerutu Ningrum yang telah kembali dan segera masuk ke mobil mewah dimana Gendisa berada. "Bukankah kakak bisa sihir."ucap Gendis. "Aku juga ingin menggunakannya tetapi apa kau lupa bahwa setelah ini kita harus menginap semalam di rumah tante Soraya?akan aneh jika tiba-tiba aku kembali dengan kondisi baik-baik saja sedangkan hujan belum reda."terang Ningrum sambil mengelap sisa air hujan diwajah dan tangannya. "Kakak benar sepertinya hujan tak akan reda sampai besok."lirih Gendis sambil memandang kejauhan. "Apa kau yakin?"tanya Ningrum yang kemudian menyalakan mobil. "Tentang?"balas Gendis yang masih tidak mengalihkan pandangannya dari kejauhan. "Natalie?semasa dia hidup kita mengabaikannya dan kini dia telah tiada. Sekali pun kita pergi begitu saja tidak akan ada satu orang pun yang akan berbicara buruk tentang kita."ucap Ningrum yang tetap fokus mengendarai mobil di tengah hujan yang melanda dan sekali -kali melihat kearah Gendisa. "Entahlah!aku pun tak yakin.Tetapi kak apa kakak benar-benar tidak mendengar teriakan minta tolong Natalie?"ucap Gendis yang akhirnya mengalihkan pandangannya dan seketika itu juga membuat Ningrum membanting setir mobil yang dikendarai mereka. Jika ada satu hal yang tidak disukai Ningrum dari adik yang dicintainya ini. Maka itu adalah kemampuan Gendisa untuk melepaskan rohnya dan meninggalkan tubuhnya kapan pun dan dimana pun. Kemampuan yang sering disebut dengan istilah Lepas raga ini adalah kemampuan yang dimiliki Gendisa akibat dari kutukan yang ditanggungnya. Dan hal yang membuat Ningrum tak menyukainya adalah karena ia tidak bisa mengetahui dimana roh Gendisa yang telah terpisah dari raganya berada sekalipun mereka tetap bisa berkomunikasi melalui telepati. "Katakan sekarang kau dimana?bisa-bisanya kau menggunakan Lepas Raga disaat-saat seperti ini!"keluh Ningrum yang kemudian melantunkan mantra pelindung untuk tubuh Gendisa yang sedang kosong. "Tenanglah kak!aku tak akan lama."bujuk Gendis. "Gendis jangan bercanda dengan kakakmu ini!cepat katakan kau dimana?"tanya Ningrum yang mulai terdengar panik. Suasana aula itu ramai dan dipenuhi banyak orang,ada yang duduk sambil menyantap makanannya dan bercerita,ada juga yang berdiri sambil saling menyapa satu sama lain,ada yang menari,dan ada juga yang bernyayi. Selayaknya tempat diadakannya pesta pernikahan,meriah dan penuh kebahagiaan. Roh Gendisa yang lepas dari raganya kini berada di aula pernikahan Nana.Dengan menggunakan Lepas Raga,Gendisa kembali kehari sebelumnya tepatnya dihari pernikahan Nana. Sebenarnya apa yang dikatakan Ningrum ada benarnya.Mereka bisa pergi tanpa perduli dengan apa yang terjadi.Tetapi selama mengikuti proses pemakaman Nana ada hal yang menggangu Gendisa. Flashback Gendisa terdiam menatap tanda tumbal di kening Nana yang menandakan bahwa Nana meninggal karena telah ditumbalkan.Ada perasaan miris yang tiba-tiba muncul di hati Gendisa melihat saudara sepupunya mati seperti itu. Tetapi sejak awal Gendisa adalah wanita yang dingin jadi sekalipun ada perasaan miris yang muncul di hatinya.Gendisa tetap tidak peduli. Setelah melakukan penghormatan terakhirnya Gendisa memutuskan untuk langsung pergi.Ia bahkan mengatakan kepada Ningrum untuk menyampaikan alasan yang bagus kepada Soraya agar mereka cepat pergi. Tetapi baru selangkah ia melangkahkan kakinya sebuah teriakan minta tolong terdengar. Awalnya ketika mendengar pertama kali teriakan tersebut Gendisa melihat kesekelilingnya yang dipenuhi dengan para pelayat.Tetapi tidak ada suasana yang aneh maupun mencurigakan. Berfikir jika teriakan yang didengarnya hanyalah ilusi Gendisa kembali berjalan pergi.Tetapi sekali lagi teriakan itu terdengar dan bahkan kini teriakan itu terdengar sangat kencang. Saking kerasnya teriakan itu Gendisa sampai berfikir pasti orang yang berteriak itu sedang sangat butuh pertolongan. "Kak dari mana asal teriakan itu?"tanya Gendisa. "Teriakan apa?"tanya Ningrum yang tak mengerti. Mendengar jawaban Ningrum seketika membuat Gendisa terkejut. Bagaimana mungkin teriakan sekeras itu tidak didengar oleh kakaknya.Kembali melihat kesekitarnya Gendisa mendapati tidak ada satu pelayat pun yang menunjukan sikap terganggu seperti dirinya. Menyadari ada keanehan yang mungkin sedang terjadi.Gendisa mencoba untuk fokus dan dengan inderanya yang berbeda ia mencoba kembali mendengarkan teriakan yang sudah dua kali ia dengar. Dan ketika ia mendengar kembali suara teriakan minta tolong untuk yang ketiga kalinya.Ia pun segera mengenali suara itu dan tau siapa pemiliknya. Yang tak lain adalah Natalie Margareta. Kembali ke hari sebelumnya membuat Gendisa menyaksikan apa yang dilalui oleh Nana di hari pernikahannya.Dan seperti yang dikatakan oleh para pelayat dirumah duka Nana tampak sangat bahagia. Bahkan untuk pertama kalinya Gendisa melihat wajah Fajar,pria yang dinikahi Nana. Tetapi alasan Gendisa kembali ke hari sebelumnya bukanlah untuk menyaksikan kebahagiaan mereka melainkan untuk memastikan sesuatu. Teriakan Nana yang didengar oleh Gendisa benar-benar mengusik pikirannya.Pasalnya sejak perjanjian antara tiga alam dibuat.Mereka yang masuk kedalam katagori arwah bumi hanya bisa leluasa berkeliaran di malam hari setelah matahari terbenam itu pun dengan terikat dengan keberadaan ujung dunia yang berada dibeberapa titik diseluruh alam ketiga. Nana yang dijadikan tumbal pun pasti harus patuh pada perjanjian tersebut.Tetapi bagaimana bisa teriakan Nana yang didengar Gendisa terjadi disaat hari masih siang dan dimana rumah Nana berada juga bukan tempat keberadaan ujung dunia. Melihat tidak ada yang aneh diaula pernikahan.Gendisa pun mempercepat waktu dan tiba di malam hari disaat sebelum Nana melompat bunuh diri. Gendisa menyaksikan Nana yang saat itu bercengkrama dengan dua orang wanita dan tak lama setelahnya kedua wanita itu pergi dan hanya Nana sendiri yang ada disana. Benar-benar tak ada yang aneh saat Gendisa terus memperhatikan Nana.Bahkan perilaku Nana saat itu adalah perilaku normal seperti biasanya.Walaupun beberapa kali Gendisa harus memalingkan wajahnya karena pakai kurang bahan yang dipakai oleh Nana.Tetapi benar-benar tak ada yang mencurigakan. Sampai sebuah dering ponsel terdengar dan setelah itu Nana yang tadinya terlihat sangat bahagia dan antusias menjadi terdiam. Gendisa yang melihat itu pun segera merasakan sesuatu yang buruk apalagi tiba-tiba aura sekitar menjadi sangat pekat dan sesak. Nana yang dalam kondisi kesadarannya diambil alih kini berdiri diatas pagar balkon kamar hotel tempat pernikahannya diadakan. Didalam ketidak sadarannya Nana terus mengulang kata-kata yang sama "Aku hanya milikmu,Tuanku." Gendisa yang tak jauh berada mendengar dan melihat segalanya dan ketika akhirnya Nana melompat.Gendisa akhirnya mengetahui apa yang menjadi penyebab teriakan minta tolong Nana sampai terdengar olehnya. *** Ditempat lain "Jadi ini arwah perawan yang baru?" "Benar Tuanku,seperti yang Tuanku lihat auranya sangat bagus.Semasa hidup dia pasti menjaga dirinya dengan sangat baik." "Benar,ini arwah yang sempurna.bagaimana sisanya?" "Tenanglah Tuan!b***k Tuan yang setia sedang mengumpulkan sisanya.Tuanku jangan cemas sebelum malam purnama darah terjadi semua arwah perawan yang dibutuhkan pasti akan terkumpul." "Bagus Parta,lalu bagaimana dengan anak terkutuk itu tanpa dirinya semua akan sia-sia?" "Jangan risau Tuanku!rencana sedang dijalankan." Tak jauh dari sana Nana yang terkurung di dalam penjara gaib mendengar semua percakapan tersebut.Arwah perawan dan anak yang dikutuk menjadi dua kata yang terus tergiang di benaknya. Setelah selama ini dikurung Nana pun akhirnya mengerti bahwa ia telah mati.Tetapi arwahnya ditahan dan akan digunakan untuk sesuatu yang tidak ia ketahui. Nana tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan berakhir seperti ini yang mana bahkan setelah matipun ia tetap tidak bisa merasa bahagia. Dulu adakalanya ia berfikir bahwa kelahirannya di dunia ini hanya untuk membuatnya menderita.Tetapi karena ingin terus hidup ia berusaha untuk tetap tegar dan menjalani semuanya dengan sebaik mungkin sambil berharap bahwa kebahagiaan akan datang kepadanya. Tapi kini rantai besi yang membelenggunya,penjara dingin dan gelap yang memerangkapnya,dan ketakutan akan sesuatu yang tidak diketahuinya. Membuatnya teringat akan perkataan ibunya yang dimana setiap kali ia dipukuli maka ibunya akan berteriak untuk menyuruhnya mati. "Benar!seharusnya dari dulu aku mati.Jika tau seperti ini aku tak akan berusaha sekuat itu."lirih Nana. "Tetapi apakah tidak ada balasan apa pun setelah aku berjuang sekeras itu.Tolong siapa pun,tolong bebaskan aku."pinta Nana dengan suara yang sangat lirih dan harapan terakhir yang tersisa di hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD