Ramma membawa Cinta ke lapangan merdeka, tempat dimana telur gulung itu banyak. Disamping rumah sakit pertamina, tepatnya didepan sekolah patra darma, dibawah pohon yang rindang ada 1 gerobak yang jual telur gulung. Tempat ini adalah paling enak soal jajanan. Cinta turun dari motor dan melepas helmnya.
‘’Nah.’’ Kata Cinta sambil memberikan helmnya. Ramma yang baru menurunkan standar langsung mengambil helm cinta dan diletakan di spion kanan, Ramma melepas helmnya memperbaiki rambutnya yang lepek karena helm setelah itu ia meletakan helmnya di spion kiri. Tak lama Ramma turun dan Bersama- sama menuju gerobak telur gulung.
Cinta mengambil plastic dan memilih dua tellur gulung, dua sosis goreng tepung dan dua pentol berbalur telur. Setelah mengambil Cinta memberikannya ke penjual untuk dihitung setelah itu dikembalikannya lagi.
‘’Sepuluh ribu.’’ Kata penjual. Cinta yang ingin mengambil uang di tas kalah cepat dengan Ramma yang sudah mengulurkan uangnya duluan.
‘’Kakak.’’
‘’Gakpapa kok, gak enak aja kalo cewek yang bayar sendiri.’’ Jawab Ramma. Cinta tersentuh ia mengambil sambal untuk telurnya setelah itu membeli dua minuman air mineral.
‘’Makan diatas yuk.’’ Ajak Ramma sambil mengambil uang sisa.
‘’Dimana itu.’’
‘’Ayo.’’
Mereka Kembali ke motor dan bersmaa- sama jalan menembus jalanan atas yang sama sekali Cinta tidak tau.
**
Ramma memarkirkan motornya di sebuah pinggir jalan yang pemandangannya ke selat makassar lalu dihiasi lampu rige dan kapal tambang, pemandangan kota Balikpapan sangat indah jika malam seperti ini.
‘’Wah, aku tidak tau kalua ada tempat secantik ini pemandangannya.’’ Kata Cinta. Maklum Cinta bukan anak yang suka jalan terlebih ibunya yang jahat dan selalu mengurungnya dirumah.
‘’Ini Namanya jalan Prapatan, tadi kita lewat gunung pasir SMAN 1.’’ Kata Ramma sambil mengambil 1 jajanan dan memakannya diatas motor.
‘’Gak tau Kak hehe, aku mana tau jalan.’’
‘’Ya Allah polosnya kamu sayang.’’ Katanya seraya tertawa. Ramma membuang tusukan kebawah dan mengunyah makanannya.
‘’Wah keliatan semuanya ya dari sini.’’ Kata Cinta yang terlihat Bahagia dengan view didepannya. Mereka berada diatas bukit, belakang rumah sakit pertamina, dulu ini perumahan karyawan pertamina namun sekarang sudah di gusur untuk pembangunan werehouse.
‘’kamu belum liat pemandangan lain kan?’’ tanya Ramma. Cinta menggeleng sambil mengunyah.
‘’Nanti aku ajakin kesan ya. Oh ya, kamu mau pulang jam berapa?’’ tanya Ramma sambil melihat jam tangannya. Cinta berfikir sejenak.
‘’Setengah Sembilan aja.’’
‘’Okeh sayang. Yaudah yuk kita jalan- jalan lagi.’’
‘’Mau kemana?’’
‘’Muter aja kemana yang penting kamu bisa peluk aku.’’
‘’Asek..’’
‘’Asekk sepik terus anak orang.’’ Kata Ramma dan Cinta tertawa sambil memmemperbaiki posisi duduknya dan membuang sampah makanan. Cinta meminum air putihya dan Ramma memintanya.
‘’Bekasku loh, gak mau yang baru?’’
‘’Biar aja, orang bekas istriku aja.’’
Degh
Cinta langsung tersipu apa Ramma seperti ini tulus apa hanya gombalan semata.
**
Motor sudah berjalan sempurna, seperti biasa tangan kiri Ramma memegang tangan kiri cinta di perutnya.
‘’Sayang aku gak Cin?’’ tanya Rama sedikit keras ke kiri. Cinta yang bersandar langsung mengencamngkan pelukannya menggenggam tangan Ramma dan mengangguk.
‘’Iya, aku sayang kamu.’’ Jawabnya. Ramma tersenyum ia mengambil tangan Cinta dan menciumnya. Ramma mengajak cinta untuk pulang sambil melewati jalan potong yang sebelumnya Cinta tidak pernah lewati.
Sepanjang jalan mereka mengobrol dan tetrawa Bersama, walaupun baru pertama kali tapi rasanya hati ini dia dan Ramma seperti sudah saling mengenal.
‘’Cinta, besok aku mau cari kontrakan dideket rumahmu.’’
‘’Oh ya? Kenapa bisa seperti itu?’’
‘’Biar deket sama kamu.’’
‘’Gak usah.’’
‘’Kalau aku mau gimana? Lagian Bapakku tinggal di daerah situ.’’
‘’Kalau gitu tinggal aja sama Bapakmu.’’
‘’Itu mauku.’’
‘’Yasudah.’’
‘’Yaudin.’’ Jawab Ramma.
Cinta tertawa ia memukul helm Ramma dan lelaki itu menunduk tertawa.
**
Setelah sampai didepan indomaret Cinta turun begitupun dengan Ramma. Ramma langsung kemotornya dan menunggu Cinta yang masuk kedalam sana untuk membeli sesuatu. Tak lama cinta keluar ia mendatangi Ramma dan menyerahkan satu botol minuman.
‘’Ini/’’
‘’Buat apa? Minumanku aja masih utuh.’’ Kata Ramma sambil menerimanya.
‘’Gakpapa.’’
‘’Makasih sayang.’’ Ramma mengusap kening cinta dan tersenyum
‘’Makasih ya cantik, pulang kerumah langsung telfon ya.’’
‘’Iya sayang.’’
‘’Ayo pulang.’’
‘’Ayo.’’