Bagian 6

1027 Words
Sepulang dari mie ayam mereka kembali ke kantor dan bekerja seperti biasa. Ramma kembali menyupir barang dan Cinta duduk di tempatnya sambil mengerjakan beberapa laporan yang telah di berikan atasan. Apa Ramma benar- benar sayang padanya ataukah hanya sekedar mainan. Menurut Cinta terlalu cepat menyatakan perasaan tapi ia juga menyukai Ramma. ** Cinta pulang kerja ia sengaja pulang paling terakhir yaitu jam setengah enam. Hari mulai senja dan cinta berjalan sendirian ke tempat parkir. ‘’Psst’’ pangggil seseorang, cinta berbalik melihat ke sekeliling matanya melihat kemana- mana namun tidak ada orang kecuali dia dan motornya dan mobil pick up bewarna hitam disana. ‘’Psst’’ suara itu lagi. ‘’Siapa sih? Coba jangan nakutin.’’ Kata Cinta. Tak lama Ramma keluar dari persembunyiannya di antara alat berat lalu tertawa lepas. ‘’Cie takut.’’ Jawab Ramma. Cinta mendekati Ramma dan memukul dadanya. ‘’Ih Kakak, nakutin.’’ Ramma memegang kedua tangan Cinta menariknya agar mereka berpelukan. ‘’Maaf sayang, jam segini kenapa baru pulang?’’ ‘’Sengaja biar sampai rumah langsung mandi dan tidur.’’ Jawab Cinta dengan nada jutek. ‘’Hm gitu ya, Yuk ikut aku.’’ Ramma membawa Cinta menuju mobil pickup dan memasukannya ke dalam. Cinta kalang kabut dan ingin keluar. ‘’Kak Ramma apaan sih.’’ Kata Cinta. Ramma masuk di samping kemudi. ‘’Ikut aja.’’ Ramma membawa mobilnya menuju ke sebuah tempat. Ramma memegang tangan Cinta mereka saling diam dan tersenyum satu sama lain. Sekitar lima menit mereka sampai di sebuah tempat. Tempat itu terntaya pasar malam. Lampu yang gemerlap, wahana mainan yang ramai dan banyak jajanan. ‘’Kita main bentar ya untuk rayain jadian kita dan sebelum aku antar barang nanti malam.’’ Ramma mengulurkan tangannya. ‘’Antar barang ke mana?’’ tanya Cinta sambil mengulurkan tangannya ke Ramma, ‘’Berau sayang, tadi di kasih duit jalan terus cukuplah buat kita disini dulu hehe.’’ Jawab Ramma ‘’Kita keliling dulu ya.’’ Cinta menarik Ramma berkeliling melihat ramaimya pasar dengan anak- anak dan orang tua. Bianglala menjadi mainan andalan di sini. Pasar malam menyerupai festival, karnaval, atau fair, di mana permainan karnaval dan wahana permainan anak-anak, seperti korsel mini, komidi putar, dan kereta api mini juga tersedia. Beberapa camilan klasik seperti gulali, es krim, hot dog, roti bakar, burger, dan sosis panggang, juga populer di samping makanan tradisional setempat. ‘’Mau coba permainan wahana? Rumah setan mau gak?’’ kata Ramma dan Cinta menggeleng. ‘’Gak mau ah, nonton tong setan yuk.’’ ‘’Gak ah banyak cowok nanti kamu naksir. Naik bianglala aja.’’ Ramma membawa Cinta menuju loket bianglala dan menunggu antrian. Tangan mereka tidak pernah lepas biar sedikitpun. Cinta merasa senang dan bahagia ketika bersama  Ramma. Luka dihatinya perlahan sembuh dengan sendirinya. ** Ramma dan Cinta naik ke dalam sangkar bianglala mereka berdua duduk berseblahan. Senyum merekah terbelah di bibir keduanya. Cinta bersandar dipundak Ramma dan lelaki itu menyandarkan balik kepalanya di Cinta. ‘’Andaikan kamu istriku, malam ini sudah kubawa untuk menemaniku antar barang perusahaan. Disana kita nginap sehari lalu besoknya pulang.’’ Kata Ramma sambil melihat pemandangan pasar malam dari atas biangalala yang berputar. Cinta menegakan kepalanya lalu melihat Ramma. ‘’Kak Ramma, akupun juga berfikir yang sama bagaimana jika aku ikut denganmu cukup berdua denganmu.’’ Kata Cinta dengan buliran air mata. Ramma mengusap pipi cinta dengan sebelah tangan dan tersenyum. ‘’Suatu saat nanti aku akan membawamu.’’ Bianglala terhenti sebentar, Ramma dan Cinta berada di puncak. mereka tidak sadar kalau berhenti  karena terpesona dengan satu sama lain. Ramma memiringkan kepalanya dan mencium Cinta di kening, kedua pipi, pangkal hidung dan yang terakhir adalah bibirnya. ‘’Aku mencintaimu kasih.’’ Batin Cinta maupun Ramma.  Setelah beberapa saat mereka saling melepas dan menatap mata. Cinta tersenyum ke Ramma begitupun sebaliknya. ‘’Aku antar kamu pulang?’’ Ramma berbicara dengan nada halus. Ia menggenggam tangan Cinta dan diusapnya pelan. ‘’Motorku gimana?’’ kata Cinta. ‘’Nanti Kakak antar, sayang.’’ Jawab Ramma. ‘’Baiklah.’’ ** Sesuai janji Ramma mengantarkan Cinta pakai mobil pickup hingga di depan rumah. ‘’Aku sayang kamu Cin, jika kamu di marahi karena aku katakan saja, jangan sungkan.’’ Kata Ramma dan saat Cinta hendak keluar dari mobil. ‘’Iya sayang.’’ Jawab Cinta. Cinta keluar dari mobil dan Ramma pergi untuk mengambil motor Cinta. ‘’Pulang ya.’’ Kata Ramma. Cinta melambaikan tangannya seraya tersenyum. ‘’Iya kak, hati- hati.’’ Setelah mobil menghilang Cinta masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah ia berpura- pura menjadi ceria. Keceriaan yang terpaksa. ‘’Eh dari mana kenapa pulang malam?’’ tanya kak Klara santai. ‘’Mampir ke Pasar malam di ajakin teman baru hehhe.’’ Jawab Cinta. ‘’Oh, yaudah ganti baju sana baru beresin rumah ya.’’ Kak Klara ke kemudian masuk ke kamar. Cinta hanya bisa menghembuskan nafasnya dan menerima. ** Apa yang cinta pikirkan? Di tengah malam seperti ini, di gelapnya kamar ia menangis dalam diam. Ia menangis tanpa sebab dan akibat. Dirinya seperti di teror dan selalu di takuti keluarga, padahal keluarga tidak melakukan apapun terhadap dirinya. Cinta menghapus air matannya ia teringat dengan perkataan saudara- saudaranya. Jika seperti ini Cinta tidak bisa mengeluh kepada siapapun termasuk Tuhan. Cinta tidak ingin Tuhannya mendengar keluh kesahnya yang selalu sakit hati. Deringan ponsel berdering Cinta mencari hpnya di samping ranjang lalu melihat layar gawai. Ramma menelfonnya melalui wattsap, senyum indah terukir dari bibirnya seperti seberks cahaya di dalam kegelapan. ‘’Hallo.’’ Sapa Cinta serak. ‘’Hallo, suaramu kenapa? Kenapa serak? Kamu sakit? Kamu di mana? Aku di depan rumahmu kembalikan motor.’’ Ada nada panik di bibir Ramma. Cinta lantas tertawa dan bangun dari kasur. Ia menghapus air matanya dan menuju ke jendela. Cinta menyingkai kain korden dan ada Ramma duduk di atas motornya bersama dengan temannya menggunakan motor sendiri. ‘’Aku tidak apa- apa kak, Kakak ke jendela sini, aku tungguin.’’ Kata Cinta. Ramma melihat jendela kamar Cinta dan langsung tersenyum. Ia mendekat ke arah jendela yang terbuka dan mereka saling bertemu, Ramma memberikan kunci motor Cinta. ‘’Kenapa nangis sayang? Kakak buat nangis kah?’’ tanya Ramma, Cinta menggeleng ‘’Gak sayang, Kakak cepat pulang nanti kita telfonan.’’ Kata Cinta. Ramma mengangguk ia segera melesat pergi dan ikut temannya. ** Deringan ponsel berbunyi, Cinta melihat video call masuk. ‘’Kakak Sayang.’’ Panggil Cinta. Ramma tersenyum di layar ponsel. ‘’Ayo tidur sayang, merem. Terlihat Ramma di atas mobil untuk mengantar barang. ‘’Sudah mau berangkat kak?’’tanya Cinta ‘’Iya sayang, video callnya gak usah di matiin. Temanin Kakak anter barang.’’ Ujar Ramma ‘’Iya kak, Btw, makasih sudah antarin motor tadi. Aku tidur dulu ya kak.’’ Cinta meletakan hpnya di samping dan hpnya di sandarkan di dinding agar Ramma dan dirinya bisa saling melihat. ‘’Iya sayang.’’ Tak butuh lama Cinta langsung tertidur pulas, Ramma merekam gambar Cinta tidur, begitu cantik dan anggun. ‘’Cin, kamu sangat cantik sayang. Selamat tidur.’’ Kata Ramma. **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD