Chapter 1
kejadian ini terjadi seminggu yang lalu. Dimana aku, Adhisti Riani Palevi, dibekap oleh orang yang tak dikenal saat aku hendak pulang ke rumah. Rumah besar yang bagiku sama seperti kuburan. Sepi, sunyi dan tak ada rona.
Tubuhku diseret oleh pria bertubuh tegap itu. Membawaku masuk ke dalam mobil Jeep berwarna hitam.
Kepanikanku semakin menjadi, airmata tak bisa kutahan lagi. Saat tubuhku di ikat oleh seseorang yang ada di dalam mobil dan mulutku dibekapnya. Aku tak bisa berteriak karena mulutku di sumpal menggunakan kain. Beruntung kain itu tak dibubuhi obat bius, sehingga aku masih bisa sadar dan melihat pria-pria j*****m yang menyeretku seperti binatang.
Apa ini? Siapa mereka? Kenapa aku disekap?
Banyak pertayaan yang ingin aku mainkan di dalam kepalaku. Padahal langkahku menuju rumah akan sampai sedikit lagi. Aku berteriak tertahan, bahkan memukul-mukul kaca mobil saat mobil itu melewati rumah besarku yang tak berpenghuni.
Kyaaaaa!
Aku berteriak kencang saat bekapan di mulutku sudah terlepas.
"b******n! Siapa kalian. Lepas!"
"Hahahah! Tenang nona manis. Sebentar lagi, kau akan merasakan kenikmatan dari boss kami."
Kenikmatan? Kenikmatan apa??
******
Tampan. Wajahnya sangat tampan.
Kau...
"Jangan menatapku seperti itu. Kehadiranmu tak akan kubuat bahagia disini.. " Tawa smirk nya. Dasar bocah sialan.
Sepertinya ini tak akan menyenangkan....
******
*
*
*
Mobil Jeep hitam yang tadi membawaku berhenti di sebuah rumah besar. Rumah yang lebih cocok disebut istana.
Rumah siapa ini? Batinku ingin berteriak.
Aku melirik pria botak yang duduk di kursi depan keluar dari mobil. Berjalan menuju pintu belakang dan membukanya cukup kasar.
Aku kembali berteriak tertahan saat dia menarik tanganku cukup kuat, membuatku tertarik ke depan. Tanpa pikir panjang dan aba-aba, pria botak itu menggendongku di atas pundaknya seperti mengangkat karung beras.
Sekuat tenaga aku coba terus memberontak, bahkan memukul-mukul punggungnya dengan tangan kecilku yang tentu saja tak akan mempengaruhi pria botak itu.
Tuhaaan. Aku akan dibawa kemana?
Pintu rumah besar itu terbuka. Memunculkan sosok seorang wanita paruh baya dengan pakaian Maid seperti di drama-drama korea yang sering kulihat.
"Mana Big boss?" tanya pria gila itu pada wanita tersebut.
"Ck! Mangsa baru lagi.." bukannya menjawab, wanita itu malah berucap ketus.
"Jangan ikut campur wanita tua. Mana big boss?" suara itu terdengar mengerikan di telinga Riani.
“Siapa yang kau sebut wanita tua?” ucap sang Maid tak mau kalah.
“Cepat panggilkan saja.”
Riani tak mendengar lagi jawaban sang wanita, namun pria botak yang menggendong tubuh mungilnya itu tiba-tiba berjalan menuju sebuah kamar.
Sebelum masuk, Pintu itu diketuk dulu olehnya.
"Ada apa?" sahut dari dalam.
Riani terdiam. Suara bass yang terdengar serak mengisi gendang telinganya. Seolah terhipnotis dengan suara tersebut.
"Saya membawa gadis itu boss. Gadis yang sudah sebulan ini membuat saya kesal." Ucap pria botak.
Kesal? Kesal kenapa?
"Bawa ke dalam."
Pria botak itu mengangguk, walaupun tak tahu mengangguk dengan siapa. Ia langsung masuk ke dalam. Riani mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang tadi berbicara. Pemilik suara yang membuatnya tertegun. Namun saat ia melihatnya, tubuh pria itu langsung menjauh dan memunggungi Riani.
Punggung yang kokoh. Tubuh tinggi dan atletis. Itulah yang Riani lihat dari belakang.
Braakk!!
Aawww...
Riani meringis saat tubuhnya dihempaskan ke atas ranjang king size yang empuk. Tangan dan kakinya masih terikat. Mulutnya masih dibekap. Ia kesal, ia pikir saat saputangan itu terlepas dari mulutnya, ia akan bisa berbicara bebas, namun ia salah. Karena setelahnya, kain sialan itu bertukar menjadi lakban hitam. Riani tak lagi menangis, namun ia tetap waspada.
"Selamat menikmati harimu gadis sialan..." wajah mengerikan pria botak itu membuat Riani bergidik ngeri. Ia mencoba berteriak dengan mulutnya yang masih dibekap.
"Kau keluarlah..!" suara dingin syarat akan ketajaman itu mulai mengintrupsi si botak untuk menjauh.
"Selamat bersenang-senang boss."
Itulah kalimat terakhir yang diucapkan pria sialan itu sebelum dia keluar kamar.
Riani terdiam. Tinggi, rahang yang tajam, tubuh atletis, kulit bersih dan mata bulat dengn tatapan elang membuat pria itu nyaris sempurna, tidak. Dia sangat sempurna.
Bahkan Riani tak bisa melepaskan kekagumannya dari wajah bak dewa yunani ini. Pahatan yang sangat sempurna. Bahkan pria-pria korea yang tampannya keterlaluan bagi Riani pun masih dikalahkan oleh pria di hadapannya ini.
"Terpesona, hah?"
Dingin. suaranya begitu dingin, Tajam dan membunuh langsung menghancurkan ekspektasi Riani tentang ketampanan sang pria.
Namun walaupun begitu, ada semburat Rona merah di pipi Riani. Ia pecinta Oppa Oppa korea. Dan di saat wajah tampan melebihi Oppa koreanya muncul di depannya, siapa yang akan menolak.
"Hhmmm...hhmm..." teriak Riani. Namun sayang teriakannya itu hanya berakhir dengan gumaman karena mulutnya masih dibekap.
Jantung Riani berdetak lebih cepat saat pria itu mendekat. Ketika Tangan kekar dengan jemari bak jemari pemain piano itu mendekat ke wajahnya, jantung Riani semakin tak bisa di kontrol.
Sraakk!
Lakban yang dipakai untuk menutup mulut Riani sudah terbuka. Namun meninggalkan perih di mulutnya. Pasalnya, Riani memang memiliki rambut-rambut halus di atas bibirnya.
"Sakit, b******n!" teriak Riani disertai tatapan tajamnya.
"Heh! Apa kabar cantik. Benar kata anak buahku, kau sangat cantik."
Deg!
Pujian itu berhasil membuat Riani kembali merona. Harusnya dia marah, tapi kenapa tubuhnya tak bekerja sama?.
"Siapa kau?" pria itu tergelak dengan pertanyaan Riani.
"Ha! Kau tanya siapa aku?" Pria itu mendekat dan berbisik pelan ditelinga Riani..."Pria tampan yang akan membuatmu merasakan sakitnya hidup... "
Perkataan pria itu berhasil membuat Riani terkejut dan ketakutan. Ia menatap si pria dengan sangat tajam.
"b******k!!" umpat Riani penuh emosi.
"Anggap saja begitu. Tapi kau tak akan tahan sayang. Bahkan aku bisa pastikan kau akan meratap memohon ampun..." godanya lagi.
“Apa maumu sebenarnya? Dan ada urusan apa kau denganku?” Riani masih belum mau menerima kenyataan. Ia harus mencari secara detail kenapa dirinya bisa diculik oleh pria yang tampannya tak bisa ditoleransi ini.
“Nanti kau juga akan tahu apa dan kenapa kau ada di sini. Yang jelas, aku akan membuat hidupmu panas dan b*******h selama di sini..” ucap pria itu.
Riani bukannya tak tahu maksud pria tersebut, Riani sangat tahu. Ia juga pernah menonton film XXX itu. Jadi tak mungkin Riani tak paham.
Riani tak menjawab. Ia hanya diam dengan sejuta pemikirannya. Sampai ia dikejutkan oleh sentuhan dari pria di depannya ini.
"Kau cantik..." ucapnya. Jemari pria itu semakin turun ke bawah, melewati leher Riani dan memutarkan jemari itu di area puncak d**a Riani. Membuat gelayar geli muncul begitu saja. Apalagi saat itu Riani menggunakan baju kaos tipis yang cukup ketat pada bagian dadanya. Jadi sudah bisa dipastikan gesekan jemari pria itu pada puncak dadanya akan terasa.
Gghhhhmm!
Desah sialan itu keluar saat puncak d**a Riani ditekan oleh pria itu. Pria yang luar biasa tampan. Dan pria yang memiliki sejuta pesona, membuat Riani tak mau menolak.
"Heh! Aku baru menekan putingmu tapi kau sudah mendesah. Murahan sekali tubuhmu.!" Ejek si pria dengan smirk tampannya.
Brengsek!!
Riani mengumpat kasar.
"Bagaimana jika kusentuh ini..."
"Aagghhh...!" Tubuh Riani melengkung saat saat jemari sialan itu menusuk k*********a dari balik celana dalam yang ia pakai. Sialnya ia menggunakan rok pendek hari ini, jadi dengan mudahnya pria itu menyibak ke atas.
"b******k! b******n! Kau aaaaghhh!" lagi-lagi Riani mendesah saat jemari sialan itu kembali menekan klitorisnya.
"Jangan menyumpahiku sayang. Kau tak cukup kuat untuk melawan.."
"b******k!! Ssshhhh...."
Pria itu tersenyum licik melihat bagaimana kesusahannya Riani melawan gairah.
Tanpa Riani sadari, kakinya yang tadi terikat menyatu, kini sudah terpisah dan terikat dimasing-masing sudut ranjang.
Riani bahkan dibuat terkejut saat posisinya sudah berubah begitu saja. Kapan pria sialan ini merubah posisiku? Batinnya.
"Kau bisa memanggilku Tian." ucap pria yang menyebut namanya Tian itu. Tian berjalan menuju nakasnya dan menarik sebuah gunting dari dalam laci.
"Ma...mau apa kau?" tanya Riani ketakutan.
Layaknya psikopat, Tian menempelkan gunting tersebut pada pipi Riani, semakin turun ke bawah sampai menyentuh celana dalamnya.
"Jangan...jangan saya mohon.. Jangan..."
SREEKK!
kain penutup bagian bibir v****a Riani sudah terlepas dari sana. Membuat kulit kenyal tanpa rambut itu terpampang jelas di depan mata Tian.
"Jangan...saya mohon. Lepasin!! Sa..aaagghhh..."
Teriakan, desahan, keduanya bercampur menjadi satu.
Ssshhhhh.....
Dingin. Itulah yang Riani rasakan pada puncak klitorisnya. Besi gunting yang dingin berhasil membuat gairahnya memuncak. Namun ia tak mau kalah.
"Kau tidak menangis? Hebat.." ledek Tian "Yang kutahu, wanita akan menangis bila diperlakukan begini. Kecuali jika wanita itu memang pelacur..."
"Sialan!!" umpat Riani, apa ia harus menangis dulu? Apa si pria sialan ini tak bisa melihat raut wajahnya yang memohon dan ketakutan?.
"Cih!...."
Aaghh...
Riani merasakan tubuhnya tersentak saat benda bergetar yang ia tak tahu itu benda apa, kini bergetar di klitorisnya. Menggelitik daging kenyal miliknya yang sudah semakin menegang dan basah. Ia tahu ia sudah basah dibawah sana. Tapi...
"Kau...aaaggghhh...aaaghh...sshaahh..aagmmm...jangan...henti aagghh..."
Racau Riani tak berhenti sedikit pun. Ia justru semakin mengejang nikmat saat rasa geli itu semakin menjadi. Menggelitiki daging kecil sebesar biji jagung itu. Menusuk titik ransangnya membuat Riani terpekik dan tubuhnya bergetar hebat. Bahkan kedua kakinya menegang dengan jari-jari kaki yang ikut menegang sebagai tanda kalau baru saja ia merasakan o*****e pertamanya selama ia hidup.
Nafasnya tak beraturan. Pinggul depannya masih bergetar, vaginanya berkedut nikmat.
Haahh...haaahh...haahhh...
"Kau puas?" tanya Tian.
Riani tak sanggup menjawab. Gadis itu hanya ingin menenangkan dirinya. Namun satu kali lagi, ia tak bisa melepaskan pesona Tian dari matanya. Pria itu sangat panas. Mata Tian bahkan sudah menunjukkan tanda-tanda gairah.
"Ghhmmm...." gumam Riani kembali. Desahan itu muncul lagi saat jari telunjuk Tian memainkan daging kenyalnya. Menekan secara pelan tonjolan itu.
Kenyal. Sangat kenyal. Seperti menyentuh Slime. Dan itu membuat Tian ketagihan. Apalagi aroma khas v****a membuatnya tak henti-henti menyesapnya. Aromanya sangat khas.
Posisi wajah Tian kini sudah ada ditengah-tengah antara paha kanan dan paha kiri Riani. Ia masih sibuk memainkan k******s Riani tanpa menpedulikan Riani yang kembali mendesah tak karuan.
"Lagi??" tawar Tian. Dan dengan gilanya, Riani mengangguk..
"Ck! Pastas saja orangtuamu menjadikanmu jaminan..ckckck!
Apa?
Pria itu berkata apa tadi? Jaminan?
******
Bersambung!