Empat Puluh Dua - Murka

1014 Words

"Pagi Adek," sapa Edgar saat memasuki ruang makan. "Pagi," jawab Raina singkat. Jawaban singkat Raina membuat dahi Edgar mengernyit. Sangat heran mendengar jawaban Adiknya yang tak seperti biasa. Tak lama Arta serta Avio memasuki ruang makan diikuti dengan Marel dibelakangnya. Pagi ini tak ada sapaan hangat oleh keluarganya kepada Raina. Marel langsung duduk di sebelah Edgar, tempat yang biasa Raina duduki ketika waktu makan bersama. "Lo ngapain duduk sini?" tanya Edgar bingung. "Disuruh Bunda, Kak," jawab Marel dengan wajah polosnya. Edgar mengerutkan dahinya, "Terus Raina duduk mana Bun?" tanya Edgar memastikan. Avio mengedikkan bahu. "Terserah dia. Anggap saja itu hukuman buat dia yang berani mencelakai Marel selaku Kakaknya," jawab Avio santai. Mata Edgar melotot mendengar

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD