Lima - Sadar

1295 Words
Erl International Boutique, Maryland Amerika "Silahkan dipilih, Miss. Ini rancangan terbaru dari Erl Butik," jelas seorang pegawai saat pengunjung memilih gaun di butik tersebut. "Lia ada?" tanya pengunjung tersebut. "Miss Lia ada di ruangan, mau saya panggilkan?" tawar pegawai tersebut. Wanita tersebut mengangguk, "Segera, saya ada perlu." Pegawai tersebut terlihat memasuki daerah ruangan manager. Tak lama terlihat seorang gadis berjalan keluar dengan langkah gontai "Nona, saya sudah mendapatkan info tentang Nona Raina Edeline," jelas wanita tersebut yang tak lain, tangan kanan dari Lia. "Ada apa dengan Adikku?" "Dari yang saya lihat, Ayah nona terlihat mulai luluh mendengar penjelasan dari dokter untuk tidak mengekang nona Edeline," ucap wanita tersebut. Terlihat mata Lia sedikit bercahaya saat mendengar jawaban dari tangan kanannya. "Baik, kau boleh kembali." Wanita tersebut mengangguk dan berlalu pergi Sebentar lagi kamu bisa merasakan apa itu persahabatan, Dek.  ***  Sudah 7 bulan lamanya Eline belum terbangun dari tidur panjangnya. Tak ada tanda berarti yang menunjukkan bahwa gadis tersebut mengalami kemajuan. Kali ini sang Kakak, Rafel berkunjung ke tempat Adiknya dirawat karena kebetulan pemuda tampan tersebut sedang melakukan perjalanan bisnis di negara yang yang sama. Rafel mengambil tangan sang Adik yang terbebas dari infus dan mengecupnya lembut. Meskipun sang Adik tak pernah meresponnya, rasa sayang yang ia berikan tak akan berubah sedikitpun. Hatinya turut merasakan sakit melihat kondisi sang Adik semakin kurus. Secara tiba-tiba ia merasakan decitan yang berasal dari ranjang sang Adik. Adiknya mengalami kejang hebat disertai deru nafas yang tak beraturan. Dengan segera tangannya menekan tombol emergency dan tak lama tim dokter mulai memasuki ruangan. "Saya akan mengecek kondisi pasien dulu," ijin dokter tersebut membuat Rafel segera menyingkir. Mata cantik itu terbuka. Menampilkan sebuah taman dengan background berwarna putih. "Aku ada dimana," gumam gadis tersebut menatap sekelilingnya. Sebuah kupu-kupu hinggap di bahu terbukanya. Gadis itu membawa binatang cantik tersebut ke pergelangan tangannya. "Raina!" Teriakan seorang wanita membuat kupu-kupu tadi seketika terbang. "Ya?" "Apa yang sedang kamu lakukan disini nak?" tanya wanita tersebut dengan raut khawatirnya. "Nggk tahu Tante. Eline nggak inget," jelas Eline dengan wajah polosnya. "Ayo kembali. Ikuti lorong itu karena mereka semua sudah menunggumu," titah wanita tersebut dengan menunjuk sebuah lorong. "Tante nggak ikut?" tanya Eline lagi. Wanita tersebut menggeleng, "Belum waktunya. Ayo cepat." Eline mengikuti perintah wanita tersebut dan secara tiba-tiba pandangannya berputar "ELINE!!!!" "Dek, kamu dengar Kakak, kan??" Mata gadis cantik tersebut tiba-tiba terbuka lebar tanpa menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Yang ia lihat ada orang tua serta kakak keduanya berada di depannya menampilkan raut khawatir. "Mi—num," Avio dengan cekatan langsung mengambil segelas air di nakas dan membantu sang putri meminum airnya. Setelah selesai, Eline langsung terdiam dengan pandangan lurus kedepan. "Ada yang sakit?" Eline hanya membalas dengan gelengan "Mau apa? Biar Kakak belikan," tawar Rafel dan kembali dibalas dengan gelengan. Dokter yang melihat interaksi tersebut langsung mendekati Eline dan mengecek kondisinya, "Sering ajak pasien mengobrol agar bisa memberikan respon positif." "Baik Dok, terima kasih," ujar Arta menyalami dokter tersebut *** Di belahan bumi lain, beberapa pemuda baru saja menginjakkan kakinya di salah satu Mansion mewah namun terlihat sepi tak berpenghuni. "Mansion lo gede banget," puji salah seorang teman barunya dengan decakan kagum. Kekayaan Harison memang tak dapat diragukan lagi. "Alay," cibir sang pemilik Mansion. Mereka berempat memasuki pintu utama dengan diiringi gurauan receh. Sampai suara Edgar membuat mereka terlonjak "BIBI ....TOLONG BUATIN MINUMAN YA!!!!" "Siap, Den!" teriak maid dari arah dapur. Luke Arisandi, salah satu teman baru Edgar di sekolah pun mengelilingi area ruang tamu sambil meregangkan ototnya. Sampai kedua matanya menangkap sesuatu yang membuat jiwa Playboy nya meronta. "Siapa nih Gar cakep bener," celetuk Luke membuat Edgar terdiam. Pemuda itu tahu kemana arah tunjuk dan wajah siapa yang dimaksud teman barunya tersebut. "Adek kembaran gue." "Eh sorry Gar, gue—" "Gak papa. Gue seneng ada orang yang bertanya soal foto itu," sela Edgar cepat. "Makanya Luk, jangan banyak tanya," sambar salah seorang temannya yang sedari tadi memperhatikan interaksi tersebut. "Iya-iya biasa aja dong!" ***  "KAK ROY ...!" Suara teriakan seorang perempuan membuat Roy menghela napasnya, "Ih Kak Roy denger aku nggak sih?" Lanjut gadis tersebut dengan merengek. "Apasih Shir?" Karena jengah, akhirnya Roy menyahuti. Gadis tersebut mengerucutkan bibirnya. "Kamu nggak pulang? Dicariin Tante loh." Roy menggeleng tegas. "Nggak, kecuali lo mau bantu gue cari keberadaan dia." "Gimana aku mau bantu, kamu aja gak ngasih tau siapa namanya," kesal Shirley. "Raina Edeline Harison." Mata Shirley membelalak sempurna saat sepupunya tersebut menyebutkan nama seorang gadis dengan marga yang sebisa mungkin dihindari "Kenapa harus dari keluarga Harison sih? Lagian kenapa kamu cari tuh cewek!" Terdengar jelas nada ketus dari Shirley membuat Roy bingung. "Memangnya kenapa? Lo cemburu kalau gue suka sama dia?" cecar Roy enteng. Shirley mendengus jengkel, "Kamu nggak tau bahwa mereka itu berbahaya?" "Lo percaya gak sama yang namanya cinta sebelum bertemu?" alih Roy yang semakin membingungkan. "Hah?" Shirley membeo. "Gimana bisa cinta kalau nggak pernah ketemu?" "Ada. Gue ini buktinya. Gak pernah tau gimana bentuk tuh cewek, tapi gue cinta," jawab Galen acuh tak acuh. "SINTING!!" *** "Kenapa, Bun?" "...." "Bunda nggak bercanda kan?" "...." "Aku segera berangkat Bun." Senyuman lebar tercetak di wajah tampannya saat mendapatkan telfon dari bundanya. Adik cantiknya sadar setelah koma hampir 8 bulan. Dengan segera ia menekan interkom di ruangannya "Ke ruangan ku segera." Tok..Tok "Masuk." Nampang seorang pemuda 2 tahun diatasnya memasuki ruangan. "Ada yang bisa saya bantu Tuan Rafael?" "Siapkan jet pribadi untuk ke Aussie satu jam dari sekarang," perintah Erlang tegas. Pemuda tersebut menunduk sopan, "Baik Tuan, saya permisi." Erlang segera keluar menuju mobilnya guna melanjutkan perjalanan menuju bandara. Sepanjang perjalanan, tak hentinya Erlang tersenyum membuat sang sopir yang sedang melihat dari kaca mobil ikut tersenyum Tuan muda terlihat sangat bahagia ***  Sebuah Club elite di Jakarta menjadi tempat kunjungan paling menyenangkan bagi pemuda berusia 17 tahun tersebut. Mabuk menjadi salah satu hobby nya sedari ia SMP. "Kei, habis berapa gelas lo?" tanya salah satu temannya dengan suara cukup keras karena suasana disana cukup memekakkan telinga. "Satu botol," jawab orang yang dipanggil Kei tersebut. "Hai ganteng, butuh kesenangan nggak?" Seorang wanita berpakaian minim menghampirinya. Kei mendengus ketika ketenangannya diganggu oleh jalang tersebut, apalagi dengan beraninya wanita tersebut duduk di pangkuannya. "Ck, minggir gak lo," usir Kei saat wanita tersebut dengan berani mengelus dadanya. Bagaimanapun ia lelaki normal yang akan tergoda karena sentuhan wanita. "Mau main nggak?" goda wanita tersebut dengan mengecup singkat bibir merah Kei. "Gue? Main sama lo? Sorry perjaka gue buat istri gue besok," tolak Kei mentah-mentah. Memang selama ini di Club ia hanya sekedar minum saja. Tidak pernah sampai Having s*x. Pacaran pun dia hanya sekedar berciuman. Maka dari itu saat wanita tadi mengecupnya, ia terlihat biasa saja karena memang itu bukan First Kiss nya. Wanita tersebut berdecak dan melumat bibir Kei secara kasar. Kei tak menolak dan justru membalas ciuman tersebut tak kalah panas. Dirasa wanita tersebut mulai b*******h, Kei segera menghentikan aktivitas tersebut dengan mendorong wanita yang berada di pangkuannya. "Cukup, gue gak suka main lebih," ucap Kei dan menyerahkan uang kepada wanita tersebut dan diterima dengan senang hati. Sahabatnya yang sedari tadi menyaksikan dengan ditemani jalang pun terkekeh melihat kelakuan Kei, "Masih aja lo jaga segel, Kei." "Sebangsatnya gue, gak pernah ada niatan buat ngerusak cewek. Meskipun cewek tadi emang udah rusak dari sananya," jawab Kei enteng. "Lo dicium aja bales, segala bilang gak mau ngerusak!" dengus sahabatnya yang diketahui bernama Ganes tersebut. "Wajar itu cuma ciuman b**o, apalagi di kota besar gini," jelas Kei acuh tak acuh. "Sekali-kali lo coba deh main di kamar, gue jamin lo gak akan bisa berhenti kalau udah sekali coba." Sahabat dengan kelakuan setan memang seperti ini. Dia mencari cara untuk menghasut temannya. "Justru karena itu gue gak mau ngerasain enaknya sekarang. Karena gue mau ngerasain malam pertama sama bini gue," jawab Kei tak mau kalah. Ganes memutar matanya, "Serah lo anjing jawab mulu." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD