AL (4)

934 Words
Saya salah mengira kamu hanya anak kemarin sore Nyatanya kamu sangat berbahaya ~Clovis Millard Aditya~ Lovis duduk di sudut sebuah restoran mewah bintang lima yang terletak di pusat Ibu Kota, seperti biasanya ia suka merenung sendirian di sore hari seperti ini untuk menenangkan dirinya dari kelelahan bekerja. Jalanan Ibu Kota yang padat walaupun hari ini adalah hari minggu, dan orang-orang yang berlalu lalang menjadi pemandangan yang dilihat Lovis saat ini. Seorang pelayan datang membawa kopi Cappucino kesukaannya, namun ia tetap memandang keluar tanpa mempedulikan atau membalas ucapan pelayan itu. "Silahkan menikmati kopinya, Pak." Senyum di wajah pelayan wanita itu luntur saat diacuhkan oleh Lovis, pelayan itu pun pergi sedangkan Lovis mulai meminum kopi pesanannya dengan perlahan-lahan karena masih panas. Lovis sendiri sekarang memperhatikan sekitar restoran yang tidak terlalu ramai maupun sepi, hingga pandangannya menatap sepasang anak muda yang baru saja duduk di meja depannya yang berjarak dua meja darinya. "Ale?" Lovis bertanya pada dirinya sendiri saat melihat Ale bersama pria yang seumuran dengannya namun ia tidak tahu siapa namanya, tapi pria itu mahasiswa kampusnya juga. Entah kenapa Lovis terus saja menatap interaksi di antara anak muda itu mulai dari memesan makanan sampai mereka berbincang-bincang, padahal tidak ada untungnya buat dirinya. "Kenapa melihat aku seperti itu sih?" "Karena kamu cantik seperti biasanya." "Ya, karena bagi Ale, kecantikan dan keseksian adalah yang utama dan paling penting." Tolong ambilkan plastik, rasanya Lovis ingin muntah mendengar ucapan penuh percaya diri dari seorang Ale, apalagi gaya wanita itu mengibaskan rambutnya layaknya iklan shampo. Lovis yang merasa bosan melihat interaksi anak muda itu, lebih memilih untuk kembali menatap keluar jendela. Setelah pesanannya diantar oleh pelayan, bukannya meminum jusnya Ale malah menelepon seseorang yang sudah buat janji untuk bertemu di restoran ini. Namun panggilan tersebut tidak diangkat membuat Ale kesal dan sedikit membanting ponselnya saat meletakkan ke atas meja. Lawan bicaranya pun menjadi terkejut termasuk Lovis yang kembali memperhatikan anak muda itu. "Ada apa sih, Ale?" "Ini Novi enggak akan teleponnya, padahal kan kita di sini buat transaksi kamu sama dia." "Ya sudah, kamu saja yang gantikan Novi malam ini." "Ck ... jangan bercanda deh, aku ini g***o bukan p*****r, tempel itu di otak kamu." Walaupun berbicara dengan nada pelan namun Lovis bisa mendengar jelas pembicaraan keduanya yang membuat keningnya berkerut bingung lantaran ia baru tahu fakta baru Ale adalah g***o yang berarti pemilik rumah bordil itu, padahal dia masih sangat muda untuk pekerjaan hina dan berbahaya itu. Tak lama kemudian seorang wanita cantik yang juga merupakan mahasiswi di kampusnya untuk bergabung dengan mereka dan benar saja mereka melakukan transaksi p********n untuk satu malam. "Datang juga nih anak, sudah cepat bayar." "Sabar, kalau soal uang baru cepat." Ale tak mempedulikan atau membalas ucapan pelanggannya ini, ia tetap mengulurkan tangannya di hadapan pria itu dan sebuah amplop cokelat yang tebal membuat matanya seketika membulat senang. Merasa sudah membayar, pria itu langsung pergi sambil menarik tangan wanita bayarannya namun Ale langsung menahan keduanya. "Bentar dulu, dihitung dulu uangnya, takut kurang nanti rugi." "Ale, sudah langganan juga." Ale sibuk menghitung lembaran uang berwarna merah di tangannya, sedangkan pria langganannya memutar mata jengah dan Lovis seketika tersenyum tipis melihat tingkah Ale yang menurutnya lucu jika berhubungan dengan uang. "Kurang seratus ribu!" "Ale, cuma seratus ribu, udah ikhlasin," ucap Novi sambil menyenggol lengan bosnya ini namun ia malah mendapat mata melotot dari Ale sedangkan langganannya menatap kesal wanita mata duitan ini. "Nih dua ratus ribu, sisanya bonus." "Terima kasih, ganteng." Setelah selesai p********n, kedua anak muda itu pun pergi dari restoran dan Ale kembali melanjutkan meminum jusnya. Lovis pun langsung menghampiri mahasiswinya itu dan duduk di depan Ale membuat wanita itu menatap terkejut akan kehadirannya. "Bapak, ngapain ke sini?!" "Bapak, ikutin saya?!" tanya Ale sambil berteriak. "Yang pertama saya bukan bapak kamu jadi jangan panggil bapak, yang kedua ini restoran tempat umum, yang ketiga saya enggak ikutin kamu." Ale hanya mengangguk sebagai tanggapan atas ucapan Lovis lalu kembali meminum jusnya dan menatap sekitar restoran, sedangkan Lovis pun memutuskan untuk membuka suara membuat Ale menoleh dan menatap dirinya. "Kamu g***o?" "Ya, dan Clovis Millard Aditya, langganan saya," ucap Ale dengan nada menyindir dosennya ini dan Lovis memutar mata jengah mendengar sindiran tersebut. "Sejak kapan?" tanya Lovis tanpa mempedulikan sindiran Ale. "Sejak SMA." "Orang tua kamu ke mana?" "Udah mati." "Tapi di data mahasiswi, orang tua kamu masih hidup, jangan bohong Ale." Ale tak suka arah pembicaraan ini, ia pun langsung memutuskan untuk pergi dari hadapan Lovis tanpa pamit lagi pula mereka bukan dosen dan mahasiswi lagi. Lovis sendiri terkejut akan reaksi mantan mahasiswinya, biasanya Ale akan menjawab dengan santai dan tenang jika ditanya dan bukan kabur. "Ale, tunggu saya!" Lovis mengejar langkah Ale lalu menahan tangannya membuatnya berhenti. Keduanya terdiam, Ale tak mau bicara walaupun berbalik badan untuk menatap Lovis padahal biasanya ia suka menatap wajah bak Dewa Yunani itu. "Kamu belum jawab pertanyaan saya, orang tua kamu ke mana sampai kamu melakukan pekerjaan enggak benar dan berbahaya ini?" tanya Lovis seakan belum menyerah walaupun ia tahu Ale tak ingin membahas hal itu. "Anda enggak punya hak untuk bertanya saat saya tidak mau menjawab, ingat batasan Anda! Kita ini orang asing!" ucap Ale untuk pertama kalinya dengan nada tegas sambil menatap tajam dan menunjuk Lovis dengan jari telunjuk lalu pergi begitu saja dari hadapan pria itu. Lovis bisa merasakan ada yang berbeda saat membahas perihal orang tua pada Ale, ia juga ingat orang tua Ale tak pernah datang ke kuliah saat mendapat surat panggilan orang tua akibat kelakuan Ale yang memicu keributan walaupun acara besar yang melibatkan orang tua. Hal ini membuat Lovis penasaran, ada apa dengan orang tua Ale? Tangerang, 29 Juli 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD