Bab 1. Awal Mula

1085 Words
Kira baru saja pulang dari rapat. Seharusnya dia sudah mengambil cuti mengingat saat ini kehamilannya sudah menginjak delapan bulan. Mau bagaimana lagi? Ini adalah klien penting untuk perusahaan keluarganya. Setelah rapat dia langsung pulang. Dia heran ketika melihat ada mobil sang suami di garasi, bukankah seharusnya suaminya itu bekerja? Kira melangkah menuju pintu, begitu pintu rumahnya terbuka, tampak seorang pelayan terkejut melihat majikannya. Kira mengernyit heran, apakah wajahnya menyeramkan hingga pelayan tersebut begitu terkejut? “Ada apa Mbak Ani, kok seperti yang kaget melihat saya? Memangnya wajah saya menyeramkan, ya?” tanya Kira seraya melangkah masuk. “Maaf, Nyonya. Tidak begitu.” Pelayan tersebut tampak salah tingkah dan bingung. Kira melihat gelagat mbak Ani yang mencurigakan. “Nanti kita bicara lagi, Mbak. Sekarang saya ingin ke kamar dulu, sudah tak tahan ingin meluruskan kaki.” Kira pergi berlalu, Ani menatap majikannya dengan iba dan perasaan bersalah. Dia kemudian berjalan mengikuti Kira, Ani khawatir jika sesuatu akan terjadi pada Nyonya Kira. Perasaannya sudah sangat gelisah. Begitu sampai di depan pintu kamarnya, Kira berhenti. Tangannya yang hendak menyentuh handle pintu menggantung di udara, ketika dia mendengar suara tawa seorang wanita di dalam kamarnya. Dia juga mendengar suara rayuan suaminya. Tak lama terdengar suara desahan dan erangan serta kata-kata erotis yang mereka ucapkan. Jantungnya berdegup kencang, lututnya menjadi lemas, dia harap ini adalah mimpi buruk yang tidak akan menjadi nyata. Suaminya yang sudah dua tahun ini hidup bersama tidak mungkin berkhianat. Mereka bahkan akan segera memiliki seorang anak yang sudah dua tahun mereka nantikan. Namun, ucapan Selanjutnya yang dilontarkan oleh Dio Ardinata—suami Kira, menyadarkan Kira bahwa ini adalah nyata. “Kau, sangat hebat! Lebih hebat dibanding Kira. Aku selalu ingin lagi dan lagi menikmati dirimu!” Kata-kata menyakitkan yang Kira dengar, telah membangkitkan amarahnya. Nyawa yang awalnya seperti terenggut kini kembali, perasaan yang tadinya down kini bangkit menjadi emosi. Kira menoleh pada Ani. “Jadi, karena ini, Mbak Ani terkejut melihatku!” ucapnya pelan tapi tegas. “Maaf, Nyonya.” Ani menunduk tak berani menatap majikannya yang terlihat sangat terpukul. Kira sadar ini bukan salah Ani sepenuhnya, Dio pasti sudah mengancamnya. Posisi Ani mungkin merasa serba salah. Namun, seharusnya Ani bisa memberi tahunya dan tidak merahasiakan kejadian ini. Kira yakin ini pasti bukan pertama kalinya. “Kenapa, Mbak Ani tidak pernah cerita pada saya?” “Maaf, Nyonya.” Lagi-lagi hanya kalimat itu yang mampu diucapkan Ani. Kira menghela napas, lalu mengeluarkan ponselnya. Dia membuka pintu kamar yang tidak terkunci, apakah mereka lupa menguncinya atau karena mereka yakin tidak akan ada yang mengganggu mereka? Jadi, mereka tak peduli jika pintu tak terkunci. Pemandangan di dalam kamar meremas hati Kira. “Wah, suamiku rupanya sedang bersenang-senang!” serunya kencang, seraya merekam kegiatan mereka di atas tempat tidur. Kedua orang yang sudah polos tanpa busana itu terkejut, mereka menoleh ke arah suara. Mata Dio terbelalak mendapati istrinya ada di sana. Lelaki itu segera menutupi tubuh wanita yang sedang bersamanya dengan selimut. Dio kemudian turun dari tempat tidur dalam keadaan tak terbalut apa pun. Dia segera mengambil celana pendek yang tergeletak di lantai. Kira menoleh pada Ani yang menundukkan kepala di depan pintu. “Mbak, jangan menunduk. Lihat ada hiburan gratis. Mbak harusnya lihat kegiatan mereka yang sangat menghibur!” sarkas Kira. “Sayang, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Kami, hanya bersenang-senang, tidak ada maksud apa-apa.” Dio gila, apakah suaminya itu berpikir dia akan luluh dengan dalih seperti itu? Kira justru tertawa mendengar perkataan suaminya. Baru kali ini dia mendengar hal lucu. Mereka menganggap ini hanya bersenang-senang tanpa bermaksud apa-apa? Wah, sungguh pikiran sampah, perilaku sampah! “Begitu ya, kalian hanya bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Oke, lanjutkan saja acara senang-senang kalian, tapi bukan di sini, sekarang kalian pergi dari sini, pergi!” Kira mengusir mereka. “Sayang, maaf aku khilaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi.” Dio lalu mengambil pakaian wanita selingkuhannya di lantai dan melemparkannya pada wanita tersebut. “Kamu pergi dari sini, dan jangan pernah menemuiku lagi! Dasar w*************a!” Dio mengusir wanita yang tadi berbagi peluh dengannya. Kira tersenyum miring, dia tidak akan tertipu lagi. “Kau juga pergi, aku akan segera mengurus surat perceraian kita, dan pemecatan dirimu dari perusahaanku!” “Maaf Kira, tapi kau tidak bisa mengusirku, ini adalah rumahku, juga perusahaan itu sudah menjadi milikku!” Hilang sudah topeng wajah yang merasa bersalah, berganti dengan wajah asli yang angkuh dan licik. “Apa? Kau ... tidak mungkin. Ini adalah rumahku dan perusahaan itu hasil kerja kerasku!” “Tanyakan saja pada pengacaramu!” Dio tersenyum licik. Kira terdiam, rupanya mereka telah menipunya selama ini. Banyak pengkhianat di sekelilingnya. Salahnya karena terlalu percaya pada orang lain. Hidupnya selalu dikhianati. Haruskah ini terjadi lagi? Kilasan masa lalu kembali terputar. Di mana dia dikhianati oleh kekasihnya yang seorang mafia. Kejadian itu ketika dia juga bergabung dengan mafia tersebut, saat berada di luar negeri. Ya Kira adalah mantan seorang mafia yang telah lama meninggalkan dunia gelap. Dulu ketika dia sedang sekolah SMA di luar negeri, Kira tinggal bersama Omanya. Dia lalu masuk ke dalam pergaulan yang salah dan ikut menjadi anggota mafia. Oma tidak tahu sama sekali begitu juga dengan keluarga yang lain. Ayahnya pindah ke Indonesia, ketika menikah dengan wanita Indonesia. Kira yang kala itu masih kecil menolak ikut ayahnya dan tetap tinggal bersama Oma. Ibunya Kira meninggal saat dia masih SD. Begitu ada masalah dengan kekasihnya Kira pun pergi ke Indonesia. Butuh perjuangan besar untuk terbebas dari kelompok itu terutama terlepas dari mantan kekasihnya. Kala itu kekasihnya selingkuh dan berniat ingin melenyapkannya. Kira muda sangat mencintainya hingga rasanya sakit sekali mengetahui kenyataan tersebut. Beruntung Kira segera pergi ke Indonesia. Dia berusaha untuk menata hidupnya kembali serta melupakan kekasihnya itu. Kira membangun perusahaan sendiri dan bertemu Dio yang kala itu asisten kepercayaannya, dia jatuh cinta dan Dio pun sama. Mereka lalu menikah. Namun, kini semua terkuak sudah, ternyata Dio tidak mencintainya tetapi mengincar harta dan kekuasaannya. Bodohnya dia selalu tertipu laki-laki. Kira tertawa miris. “Cintamu ternyata palsu, tapi ingat tak semudah itu kau mengambil semua milikku. Aku punya rekaman ini, akan ku sebarkan dan lapor polisi!” Kira segera pergi. Ani merasa ngeri melihat Kira yang berjalan cepat dengan perut besarnya itu. “Sayang, cepat kejar! Jangan sampai rekaman itu tersebar atau habislah kita!” ucap wanita itu. Dia masih memakai pakaiannya. Dio yang masih Shirtless segera mengejar Kira. “Kira tunggu!” Ani hanya bisa diam terpaku ketika Dio melewatinya. Tak lama terdengar suara jeritan seorang wanita. Ani membelalakkan matanya dan segera berlari. “Nyonya!” teriak Ani.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD