PADA pukul setengah sembilan malam, Dion baru sampai di rumahnya. Aroma wangi sudah mulai memanjakan hidungnya saat ia bejalan melewati ruang tamu. Lampu dapur sudah di matikan. Seperti biasa, rumahnya selalu sepi, hanya Dion dan papanya yang menghuni rumah ini selepas mamanya pergi meninggalkan keluarga kecil itu untuk selama-lamanya karena kecelakaan. Dion sudah ikhlas membiarkan mamanya pergi, ia tahu, jika ia terus larut dalam kesedihan, di alam sana mamanya pasti tidak akan tenang. Dimas, selaku ayah Dion, juga sudah merelakan istri kesayangannya pergi meninggalkannya terlebih dahulu. Namun, bukan berarti Dimas lantas harus terus berduka. Hal itu ada masanya, dan sekarang ia harus tetap menjalani hidup seperti biasanya. Untuk pergi ke kamarnya yang berada di lantai atas, Dion harus