BAB 2*

1542 Words
Hari sudah hampir petang tapi langit masih cukup terang dengan warna merah yang aneh. Ini baru memasuki pertengahan musim gugur, dengan musin panas yang exstrim kemarin bisa jadi hujan yang datang lebih awal adalah badai. Sang Lady pernah tinggal di pesisir dan mempelajari cuaca adalah hal paling dasar untuk bertahan hidup. Menjelang malam petir mulai menyambar-nyambar, kuda-kuda juga mulai meringkik panik. Tak nampak banyak pekerja yang coba menanganinya, hanya beberapa dan mereka semua memilih tidak peduli padanya seperti apa yang dikatakan pria barbar itu padanya. Para pekerja seperti menyegel semua pintu-pintu istal dengan pengaman exstra, mungkin mereka khawatir kuda-kuda yang panik akan melarikan diri. Semua orang-orang itu segera pergi begitu menyelesaikan pekerjaannya. Suara angin mulai ribut bergemuruh disertai petir. Lady Anna mulai waspada merapatkan dirinya pada teras istal, coba mendekap tubuhnya sendiri berharap pakaiannya cukup hangat sampai badai benar-benar datang. Hujan bersama angin mulai turun menjelang tengah malam, dan ternyata teras istal tak terlalu berguna untuk melindunginya dari guyuran hujan. Gaunnya mulai basah kuyuh, tubuhnya kedinginan dan buku-buku jarinya memucat. Semakin malam hujan semakin deras mungkin memang akan berlangsung semalaman. Lady Anna sudah menggigil dengan pakaian basahnya, giginya bergemeletuk dengan nafas berdesis-desis. Sebenarnya dia bisa saja kembali ke kandang kuda tapi egonya jelas tidak akan membiarkannya. Bagaimanapun dia tidak mau Lady Alexsa atau pemuda barbar itu menertawakannya jika sampai ada yang menemukannya meringkuk kembali di kandang esok pagi. Tubuh Lady Anna semakin menggigil dan terasa kaku telapak tangannya seperti tertusuk ribuan jarum dan nafasnya semakin berdesis untuk menahan udara panas tubuhnya sebisa mungkin. Lady Ana tahu tubuhnya akan mengejang dan para pekerja akan menemukannya besok pagi dengan wajah pucat kaku tak bernyawa. Sang Lady dalam sedang dalam titik terlemah fisiknya di mana dirinya tidak mendapat makanan yang layak dalam beberapa minggu ini karena Ethan Harris benar-benar memperlakukannya seperti induk babi. Tidak nampak seorangpun yang cukup gila untuk berada di luar rumah saat badai seperti ini dan tidak akan ada yang menolongnya jika bukan dirinya sendiri yang coba mencari pertolongan. Kebanyakan pekerja estate tinggal di rumah bedeng yang lebih dekat dengan perkebunan. Di area peternakan hanya ada rumah utama yang ditempati Lord Richar beserta keluarganya. Lady Alexsa dan James Winston juga masih tinggal di sana malam ini, pasti sang Lady akan mengusirnya atau lebih parah lagi James yang akan mencekiknya sampai mati dan melemparnya ke rawa. Lady Anna lebih baik mati kedinginan dari pada minta pertolongan salah satu dari mereka. Setelah mengitari istal, tak jauh dari istal utama ternyata ada bangunan lain. Tak sebesar rumah utama tapi bangunan ber dinding batu itu nampak berpenghuni karena ada cahaya samar dari salah satu jendelanya yang terbuka. Lady Anna berpikir mungkin akan ada yang cukup berbaik hati untuk memberi tumpangan untuk malam ini saja. Lady Anna memutuskan untuk mendekati bangunan tersebut dengan tubuh menggigilnya yang bergoncang saat harus kembali menyebrangi hujan. Gaunnya semakin berat bahkan sulit untuk melangkah dengan benar. Sang Lady segera berlari ke samping bangunan batu tersebut berdiri sejenak untuk membuat air hujan dari gaunnya menetes turun. Sebagian tubuhnya sudah mulai kebas dan mati rasa. Lady Anna mengendap dari pintu belakang yang kebetulan tidak ter kunci, dia benar-benar tidak perduli mungkin dirinya cukup lancang meski rumah tersebut nampak sunyi. Lady Anna tak sempat memperhatikan apa yang ada di sekitarnya, dia hanya ingin segera berlari kearah perapian yang menyala karena sepertinya cahaya itu yang tadi di lihatnya dari luar. Melangkah pelang Lady Anna melewati lima undakan anak tangga saat kaki sang Lady tiba-tiba terpeleset sesuatu yang menggelinding di lantai. Sebuah botol anggur yang baru di injaknya itu terus menggelinding membentur anak-anak tangga dan akan segera hancur ketika sepontan Lady Anna membekap mulutnya sendiri dan terlihat konyol. Karena bagaimana pun tindakannya tidak akan dapat menghentikan benda kaca itu pecahan membentur lantai dengan suara nyaring. "Alex apa itu kau? " 'Oh sial!' pekik Sang Lady sepertinya suara itu sangat familiar, dan sudah sangat terlambat saat pemuda tersebut sudah menemukannya berdiri dengan pakaian basahnya. Mata Sang Lady membulat menemukan Netra coklat hangat yang sedang menatapnya. Ethan Harris adalah mahluk terahir yang ia harapkan bakal dia temui. Tubuh Lady Anna bergetar semakin menggigil dalam keadaan kuyuhnya, air yang merembas dari gaun basahnya menetes-netes di sepanjang lantai meninggalkan jejak basah yang mungkin akan membuat pria itu murka terlebih karena kelancangannya. Sang Lady sudah siap jika Ethan Harris akan menyeret rambutnya dan melemparkannya keluar seperti induk babi kotor. "Maaf," bibirnya bergetar tangannya mencengkram dua sisi gaunnya berharap hal itu bisa segera membuatnya lenyap dari muka bumi. "Alex," pemuda itu justru mendekatinya. 'Oh sial, pemuda ini mabuk !' dan salah mengenalinya, pikir Anna dalam hati. Seharusnya Ia tau jika Ethan Harris yang dia kenal pasti sudah akan menendangnya sekarang juga. Lady Anna berusaha bersikap tenang meski dengan tubuh yang bergetar, dia tetap tidak ingin mengejutkan pria yang sedang mabuk. Ada cukup banyak botol anggur yang lain dalam keadaan kosong dan tergeletak di lantai. Pria besar ini pasti sangat mabuk dan tanpa peringatan tiba-tiba menciumnya dengan lembut. Nafasnya beraroma anggur dan panas, membuat Sang Lady tak mampu menolak rasa lembut dan hangat yang mulai menular ketubuhnya. Lady Anna terengah saat kemudian pemuda itu mengambil jarak untuk memperhatikannya lebih teliti. "Aku senang kau pulang," Ethan Harris membelai bibirnya hati-hati dengan sentuhan ibu jarinya yang hangat. Lady Anna kembali memperhatikan pria besar di depannya, Ethan Haris adalah pemuda berambut coklat gelap dengan mata elang dan alis tegak yang tiba-tiba terlihat lembut dan lebih manusiawi. Rambut bergelombangnya yang agak panjang nampak berantakan dengan mata redup dan bibir hangat yang penuh. Lady Anna sendiri mulai tidak bisa berpikir waras dan menganggap pemuda barbar itu tampan dengan penuh kelembuta saat mulai menyentuhnya kembali. Tidak ada hal lain yang di butuhkan sang Lady kecuali kehangatan, dan segala hal dari tubuh Ethan Harris adalah apa yang Ia inginkan untuk merasa nyaman. "Alex, kau tau aku sangat tidak pantas mencintaimu." Oh sial, pemuda ini sedang patah hati , Lady Anna baru tahu jika nasip pemuda itu ternyata jauh lebih mengenaskan, batin sang Lady yang tetap memilih tak peduli selama tubuh pemuda itu cukup hangat untuknya. Ethan Harris masih memeluknya."Alex tolong maafkan aku." "Tolong maafkan aku." Hanya kata-kata maaf yang terus meluncur dari bibir pemuda itu, Lady Ana menggigil oleh nafas hangat yang menyapu kulit lehernya yang membeku dan tiba-tiba Ethan Harris sudah mendorongnya. Lady Anna sangat tidak siap dengan segala tindakan mengejutkan tersebut, dia begitu lembut, keras dan panas sulit untuk ditolak dengan berbagai cara. Lady Anna masih berbaring di atas hamparan tempat tidur yang ternyata sudah mereka buat berantakan. Sang Lady masih coba berpikir keras untuk kembali menemukan kewarasannya. Sementara Ethan Harris masih merancau tidak jelas akibat konsentrasi alkohol yang telah dia telan hingga otaknya menjadi dangkal. "Oh apa dia menyakitimu" bisik Ethan saat membelai bekas luka melintang di pinggang belakangnya, Lady Anna segera terkesiap menarik lengannya. Tapi apa yang di lakukan pemuda itu benar-benar tak terduga, dia kembali bangkit memiringkan tubuhnya untuk mengecup bekas luka yang menjalar dari pinggang belakang hingga ke pinggul. Lady Anna seketika kembali merasakan panas lecutan itu. Seperti siksaan saat cambuk -cambuk pamannya menyayat kulitnya, mengambil sebagian dagingnya. "Maafkan aku Alex, maafkan aku, seharusnya tak kubiarkan kau menemuinya." Lady Anna benar-benar tidak paham dengan penyesalan pemuda itu. "Semua ini salahku, salahku sendiri." "Aku tidak bisa berhenti mencintaimu." Air mata mulai meluncur menuruni pipi sang Lady. Tentu betapa bodoh membiarkan pria yang menganggapnya wanita lain menyetuhnya sedemikian rupa, keluar biasa apa pun semua itu tetap dirinya tak berhak atas perasaannya sendiri, kenapa nasib begitu jahat padanya. "Alex, jangan pergi." Ethan Harris coba kembali meraihnya saat Lady Anna coba menjauhkan tubuhnya. "Tolong jangan pergi." Lady Anna coba mencari apapun yang kering untuk Ia kenakan. Dia menemukan celana dan kemeja kebesaran Ethan Haris yang membuatnya terlihat sangat aneh, tapi sang Lady tidak peduli dirinya harus segera pergi sebelum pemuda itu kembali menemukan kesadarannya dan mungkin akan mengulitinya sampai mati. Membawa bajunya yang basah Lady Anna mengabaikan rengekan Ethan Haris yang memohon agar dirinya tidak pergi tapi apa daya pemuda itu sepertinya juga akan segera terjatuh dalam mimpinya yang lain bersama gadis yang dicintainya. Lady Anna berlari kembali menyebrangin hujan yang belum juga reda. Berlari entah kemana dia tidak peduli lagi. Anna terus berlari setelah membuang gaun basahnya di tengah semak, meskipun celana yang di kenakannya terlalu kebesaran tapi tetap jauh lebih mudah untuk dibawanya berlari menyebrangi hujan. Beberapa kali kakinya terperosok tergelincir dan terguling jatuh namun dia selalu kembali berdiri lagi dan berlari mengabaikan rasa sakit yang masih berdenyut di dalam dirinya. Entah hal bodoh apa yang telah Ia lakukan. Membiarkan Ethan Harris mengambil harga dirinya dalam keadaan mabuk dan menganggapnya wanita lain, itu adalah hal terburuk dalam hidup. Bahkan George pun tidak pernah dia biarkan menyentuhnya seperti itu. Karena jika ada satu orang yang berhak atas dirinya dialah George suaminya. Lady Anna melewati ladang dan gundukan tanah tidak rata. Dia sempat jatuh beberapa kali dan tidak ingat lagi karena tubuhnya sudah sangat menggigil hampir mati. ***** Jangan lupa like ya , sebagai dukungan buat author
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD