Bab 3

1818 Words
Matahari mulai perlahan tenggelam, saat Ummi sampai di rumah. Ternyata pak Tjandra sudah sampai duluan. di pinggir jalan tak jauh dari rumah si Jo berjajar truk membawa material bangunan. dan mrk berdua baru menyadarinya setelah melihat para supir dan keneknya sedang ngopi di bale di depan rumahnya. "kok banyak truk membawa bahan bangunan, emangnya emak mau membangun apa, terus kok tumben emak gak bilang sama adik?, apa emang emak mau bikin kejutan buat kami berdua ea?" si Jo mencerca mak Ijah dengan banyak pertanyaan. "oooooooooo, pak Tjandra mau bikin garasi mobil buat anak kesayangannya." jawab emak santai. "lho, emang anaknya mau tinggal di rumah kita?, kok adik belum dikenalin?, mana dia?" tanya si Jo makin penasaran. "aaaaaaah, adik sudah kenal sama dia, kenapa harus minta kenalan lagi?" jawab emak sambil tersenyum dan masuk ke rumah. si Jo tambah penasaran lagi ketika di dalam rumahnya ada beberapa TV baru, kulkas, mesin cuci dan sofa baru serta beberapa spring bed. saking penasarannya, maka ia gak lagi bertanya kepada emak. Dihampirinya pak Tandra, tanpa malu ia menyeretnya ke dalam, serta bertanya. "Maaf pak, kalau boleh tau apa arti semua ini?" tanya si Jo. "Sebelum bapak menjawab, sebaiknya nak Jo panggil Ummi kemari." Kata pak Tjandra. Setelah Ummi datang, mereka bertiga duduk di sofa baru. Pak Tjandra menjelaskan pada si Jo dan Ummi. Dia memang memberikan mobil yang dipakai tadi, mobil pick up supaya kalau menjual hasil panen yang bisa dibawa ke pasar sendiri tidak repot sewa, serta semua barang yang ada disini, karena dilihat apa yang pak Tjandra berikan tidak ada di tempat ini. adapun bahan bangunan yang ia datangkan adalah untuk membuatkan garasi buat kedua mobilnya, serta hasil panen harian. Mendengar penjelasan pak Tjandra, si Jo dan Ummi meneteskan air mata haru. "nak Ummi dan nak Jo, apa yang bapak lakukan ini tak seberapa, dan ini semua adalah pesan terakhir almarhum yang harus bapak lakukan. satu hal yang bapak inginkan, mulai detik ini panggil aku papa, anggap papa sebagai orang tua kalian sendiri, papa akan terus memberikan yang terbaik buat kalian berdua. Papa ingin kalian menikah. Papa akan buatkan pesta yang sangat meriah. Papa juga yakin, seandainya Suryo masih ada, maka dia akan melakukan hal yang jauh lebih dari yang dapat papa lakukan." Si Jo dan Ummi mendekat pada pak Tjandra dan merangkulnya, pak Tjandra Pun mendekap dan mencium kening mereka berdua. **** Para tukang yang dibawa oleh pak Tjandra itu memang luar biasa dan sangat profesional, bekerjanya tak nampak tergesa-gesa namun hasilnya Sempurna. Hanya dalam hitungan hari, gudang dan garasi telah rampung pengerjaannya. Kini dua mobil hadiah dari Pak Tjandra tak lagi berjemur dan bermandikan embun kala malam menyelimuti hari. Para tukang bangunan pagi itu asik pesta jagung bakar di samping garasi baru. Gosong dan belum matang pun nampaknya asik juga. Bagaimana gak gosong, lha wong Jagung ditusuk dengan ranting sedikit agak panjang, kemudian dibakar ditengah api yang nyala. Gosong pasti, namun belum tentu mateng. Sambil bergumam gak jelas tapi nampaknya gumaman yang merasakan nikmatnya jagung yang mereka bakar sendiri sambil kerubutan sarung, karena dinginnya pagi itu memang menggigit. Siang itu: Kejutan baru telah disuguhkan. Nampaknya sudah disiapkan dengan matang oleh pak Tjandra, buat Ummi anak barunya. Seluruh keluarga pak Tjandra yang terdiri dari enam anaknya, mama Silvie, empat supir dan tiga pembantunya semua hadir disitu dengan membawa katering serta pramu saji. Mereka siap mengadakan pesta kejutan. Keadaan itu bakal semakin meriah, kala semua termasuk para kuli bangunan yang ada memakai kaos oblong dan di punggungnya bertuliskan "SELAMAT DATANG KELUARGA BARU" dibawahnya ada foto Ummi yang sedang tersenyum., lalu dibawah foto itu tertulis nama lengkap Ummi. Sementara itu, mak Ijah, Ummi dan si Jo masih asik di ladang mencabut kacang tanah. "ayo coba tebak, yang Ummi pegang ini isinya banyak gak?" tanyanya pada Si Jo. "aaaaaaaaah, itu isinya masih cuma beberapa pasti." jawab si Jo. sementara mak Ijah membersihkan kacang dari tanah yang nempel dengan cara digerak-gerakkan, kemudian dipreteli dan dimasukkan kedalam karung. "jiiiiiiiiiiiiiiaaaaah... benerkan kata akang. heeeeemmm, akang kan sudah pengalaman dan ahli kalau cuma soal kacang. Mereka bercanda bergembira, seakan tak pernah ada masalah dalam hidupnya. "Sudah, yuk kita pulang. kasihan papamu menunggu sendiri dirumah," Kata mak Ijah. "tapi tadi sebelum berangkat, Ummi sudah siapkan singkong rebus hangat dan bumbu pecel. Jadi pasti papa lagi asik menikmatinya." saut Ummi. Dekorator sibuk menghias ruangan. Ngebut, berharap selesai sebelum mak Ijah, Ummi dan si Jo sampai di rumah. Karena semua membantu dan saling bekerja sama, maka selesai sesuai rencana. **** Sepanjang perjalanan mereka bertiga tertawa ria, gurau canda hingga sampai rumah, namun mereka lewat pintu belakang. "Maaaaaak.....!!!!" teriak si Jo, lalu lari ke belakang. Ditariknya mak Ijah dan Ummi, tanpa kata hingga sampai diruang tamu. Mata Ummi berkaca-kaca, hatinya berdebar kencang. tak satu katapun terucap. "Semenjak kehadiran papa Tjandra dalam hidupku, air mata ini sering tak terbendung, yaaaah... air mata bahagia". Sambil tertegun melihat ruangan yang terhias indah itu. Kakak pertama merangkul dan mendekapnya erat cukup lama, lalu mencium kening Ummi dengan penuh mesra dan ketulusan. "Selamat datang dalam jalinan keluarga, adikku sayang." bisiknya lirih. kemudian mencium kening Ummi kembali. "aduuuh, jangan lama lama tho pak Ogah (panggilan kakak pertama), akupun ingin memeluknya, hingga hatiku terasa menyatu dengan adik cantikku," Kata Aldi, kakak keduanya, sambil menarik tangan Rama yang dipanggil dengan julukan "pak Ogah." Dengan menyeka air mata dipipi Ummi yang mengalir tiada henti. Irvan berkata : "cuuuup,..cuuuup, cuuup sayang, jangan menangis, nanti cantiknya hilang lho." canda Irvan, lalu mendekap Ummi dengan penuh kasih sayang. Kemudian mencium pipi Ummi, lalu melepaskannya. Irvan mengelus rambut Ummi yang diikat seadanya, melangkah mundur memberikan kesempatan kepada yang lain. "heeeeeeeem, aku ngalah aza deeeeeh, Biar mama duluan yang memeluk Ummi." Kata Irma kakak perempuan yang nomer tiga. Mama Silvie, menghampiri Ummi dan berkata lirih. "Rasanya baru kemarin mama mendengarkan tangismu, tawamu yang manis. Rasanya baru. kemarin kau bisa memanggilku mama, kini kau sudah dewasa dan makin Cantik." Kata mama lirih sambil memeluk Ummi. Mereka berdua sama-sama tak bisa membendung air mata bahagia. Juna, Bisma dan Anggraini maju dan mereka merangkul mama dan Ummi. Melihat adegan itu, mak Ijah juga sangat merasakan kebahagiaan dan kehangatan dalam pertemuan mereka. "Terimakasih Tuhan, Engkau kirimkan orang-orang Tulus dalam kehidupan kami." Doa lirih mak Ijah. Pak Tjandra merangkul si Jo yg duduk disebelahnya, "kamu beruntung nak Jo mendapatkan calon istri yang baik, lembut, penuh pengertian seperti Ummi. Bapak minta nak Jo menjaga dia, jadikan Ummi sebagai istri nak Jo dan menyayangi dia deng sepenuh hati. dan ini permintaan papa. Jangan kecewakan dia." pinta pak Tjandra kepada si Jo. Dia hanya mengangguk, tak tau harus berkata apa. "Usai acara ini, besok atau paling lambat lusa, kita semua berangkat ke Bali. Hari yang Special dan Berharga ini Harus kita rayakan dengan penuh kegembiraan." Kata pak Tjandra penuh semangat. "Bapak, ibu, saudara, Hari ini dihari yang berbahagia ini, kami Sekeluarga mengucapkan terimakasih, terutama kepada mak Ijah dan Kang Jo yang telah tulus menerima adik tercinta kami yaitu Ummi, sekaligus telah merelakan tempat ini untuk syukuran. Terimakasih juga kepada Papa, Mama, yang memiliki gagasan ini. kepada adik-adikku yang sudi datang dari Amerika dan Australia. meninggalkan kesibukan dalam studi dan rela menghadiri acara syukuran keluarga, dimana adik tercinta Ummi resmi menjadi bagian keluarga besar Tjandradinata. Secara hukum. Okeeeey.. tak perlu panjang lebar, sekarang mari kita santap hidangan yang sudah disiapkan." Pesta Sangat meriah, setidaknya menurut si Jo yang baru pertama merasakan hal seperti ini. "Mumpung kita semua berkumpul, sebaiknya kita memikirkan rencana buat Ummi kedepan." Kata Rama, anak pertama keluarga Tjandradinata. "Sebaiknya kita izin bu Ijah terlebih dahulu, apakah ia setuju bila secepatnya menikahkan mereka berdua." kata bu Silvie. "Mereka berdua sudah dewasa, dan papa lihat keduanya sudah saling cocok satu sama lain, gimana menurut bu Ijah." Tanya pak Tjandra. "kalau saya, setuju-setuju saja, yang jelas, kan demi kebaikan mereka berdua. Masalah pengaturannya saya serahkan kepada keluarga bapak. Saya akan mendukungnya. Sebelumnya saya sangat berterimakasih, katana sudah memilih si Jo dengan segala kekurangannya dan memilih dia sebagai calon menantu." Jawab mak Ijah. Sementara itu si Jo dan Ummi duduk di amben bambu di bawah pohon mangga di samping rumah. Mereka terlihat semakin akrab. Sesekali mereka saling pandang tanpa kata. "Boleh gak aku panggil Ummi dengan kata "sayank". Tanya si Jo sedikit malu. Sambil mencubit tangan si Jo ia berkata :"iiiiiiih, akang, mulai genit aach." "aduuuuuuuuh, tatit tauuu lihat ini... cuil kan?!" Jerit si Jo keras. "ssssssssssssssss, jangan keras-keras malu sama yang ada di dalam." Kata Ummi. Sambil meringis si Jo berkata : "habis yayang nyubitnya keras siich, nich luka kan, hehehehe." "ya sudah adik minta maaf dah." pinta Ummi. "gak perlu cemas, akang telah siapkan sejuta tiga ratus lima puluh kata maaf untuk pujaan hati akang kok." Canda si Jo. "ya sudah yuk kita masuk, ngumpul sama mereka semua." tambahnya. Tak lama kemudian. "ayo sini ngumpul bareng sini biar makin seru." Kata Mama Silvie. Pembicaraan mereka semakin hangat. Sampai pada acara pertunangan dan hari dimana mereka akan segera menikah. Pak Tjandra menginginkan pernikahan si Jo dan Ummi diadakan semeriah mungkin. Mak Ijah cuma minta satu, yaitu pernikahannya diadakan di rumah ini. Rama, anak pertama meminta agar acara pernikahan ada Nanggap wayang kulit, dangdut, bioskop. sesuai dengan kebiasaan penduduk desa kebanyakan. Mereka Pun setuju. Tinggal mencari kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan pernikahan itu. "okeey, sekarang kita bagi tugas, untuk urusan Undangan, dekorasi, perlengkapan, saya serahkan Irvan yang bertanggung jawab.” berhenti sejenak, "Karena yang mengetahui kebiasaan jika ada acara pernikahaan seperti ini di lingkungan desa disini, maka tanggung jawab kita serahkan ibu Ijah," sela Mama Selvie. Kelapa muda siap dinikmati. Hasil kebun sendiri. Begitu mendengar, bahwa di rumah mak Ijah kedatangan banyak tamu, maka beberapa orang penduduk desa yang mengerjakan sawah milik mak Ijah datang. Tanpa diperintah, mereka langsung membawa kelapa muda yang dipetik dari kebun. seperti inilah memang kepedulian warga desa. Mereka dengan senang hati menyuguhkan kepada semua yang lagi jagongan dan berkata "Monggo dipun unjuk, kangge ngilangin ngelak." (mari silahkan diminum, untuk menghilangkan rasa dahaga). Kemudian salah satu dari mereka menghampiri mak Ijah dan membisikan sesuatu, mak Ijahpun manggut-manggut tanda setuju. "Untuk sementara pembicaraan kita hentikan. kita makan siang dulu, seadanya. maklum di Desa." kata mak Ijah sambil berdiri. Ketiga pembantu Mama Silvie, yang ikut kesitu bersama beberapa keluarga dekat mak Ijah ternyata sedari pagi sudah sibuk di dapur masak gulai. pak Somat dan pak Darjan memotong kambing, membersihkan dan membuat sate. Hidangan telah disajikan dan siap untuk disantap. Ikutan tampil juga dadar telur Isi daging kambing ala bik Tarmi pembantu kesayangan Mama Silvie. Sate Kambing Jumbo tusukan pak Tarjo, Kulup daun singkong muda, daun kenikir dan sambal bajak juga tidak ketinggalan. Dengan bangga pak Tarjo menyuguhkan beberapa piring sate dan berkata : "Ini sate super jumbo hasil tusukan koki Tarjo dijamin melek mêrêm kalau habis makan, hehehehe..monggo silahkan dinikmati, gak usah malu n sungkan. nanti kalau sungkan... bisa tak habisin sendiri lho hehehehe...e." Supir senior keluarga bapak Tjandradinata, sekaligus suami bik Tarmi ini memang gak pernah kehabisan bahan candaan. Kapanpun, dimanapun, dan dalam keadaan apapun, dia selalu pandai mencairkan suasana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD