awal mula
Di sebuah kamar minimalis terlihat seorang gadis cantik yang mengenakan pakaian putih abu-abu, khas anak SMA.
Dia sedang merapikan Tas sekolahnya dan memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tas, suasana hatinya sedang sangat baik sampai dia terus bersenandung kecil. bahkan senyuman tidak pernah luntur dari bibir manisnya.
Nadira Adelia, adalah seorang siswi di SMA nusantara di kota Bandung. dia merupakan siswi kelas 12 yang beberapa bulan lagi akan melakukan ujian akhir.
tok.. tok.. tok...
"Adel! Adel!"
Adel langsung menutup Zipper tas gendong yang tadi sedang dia rapikan, lalu berjalan ke arah pintu kamarnya dan membuka pintu itu dengan perlahan.
"Ibu." sebuah senyuman dia berikan kepada wanita paruh baya yang selama ini telah menjaga, merawat dan membesarkannya dengan penuh cinta
serta kasih sayang dan kesabaran.
"Adel Ada yang ingin ayahmu sampaikan nak." terlihat raut wajah Niken, yang sendu dan tidak ceria seperti biasanya.
"Ada apa Bu? kenapa ibu terlihat sedih seperti itu, apa Ayah akan pindah tugas lagi? Ibu tidak mau meninggalkan rumah ini ya?"
Adel menggandeng lengan sang Ibu, sambil mengucapkan pertanyaan yang selama ini selalu dialontarkan Ketika sang Ibu berwajah sedih dan tidak bersemangat. ayahnya Adel adalah seorang ASN, jadi Mereka sudah terbiasa berpindah-pindah rumah dari kota satu ke kota lain saat Ayah Adel dipindah tugaskan.
"Sebaiknya kamu temui ayahmu terlebih dahulu, nak." ujar Niken pada anak keduanya.
Adel adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga itu, dia memiliki seorang kakak yang sudah bekerja sebagai seorang manajer di sebuah perusahaan percetakan di Kota Besar Jakarta dan setelah dia adiknya yang masih duduk di bangku SMP.
Adel mengangguk patuh, dan dia tidak ingin banyak bertanya jika Ibunya sudah berbicara dengan serius seperti ini. pasti ada hal yang mendesak, dan dia harus segera mengetahuinya.
"Ayah." Panggil Adel yang duduk dan memeluk sang ayah.
Yadi tersenyum lalu membalas pelukan Adel, dan mengusap surai anak gadisnya dengan lembut, untuk sejenak dia merasa sangat bersalah karena harus menyampaikan berita kurang mengenakkan untuk Adelia. namun dia tidak memiliki pilihan lain, yadi terpaksa melakukan semua ini.
"Adel, Adel sayang sama ayah bukan?" tanya Yadi, yang tentu saja dijawab anggukan oleh Adel.
Yadi merarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
"Ayah ingin menikahkan Adel dengan anak seseorang."
Deg..
bagai disambar petir di siang bolong, Adel dibuat terkejut dengan pernyataan ayahnya yang tiba-tiba ingin menikahkan dirinya. Adel menatap ayahnya lekat lalu tertawa terbahak-bahak, Yadi dan niken hanya menatap nanar putri mereka yang masih tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh ayahnya itu.
melihat wajah serius Yadi dan niken, Adel langsung menghentikan tawanya. dia melirik kedua orang tuanya secara bergantian.
"Ayah, apakah yang aku dengar itu benar? Apa Adel tidak salah dengar? Ayah ingin menikahkan Adel? Kenapa?"
Adel bertanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca, dia semakin dibuat takut saat melihat wajah serius kedua orang tuanya. hatinya berdegup kencang lantaran takut kalau Ayahnya akan mengatakan, iya. jauh di dalam lubuk hati Adel, Dia telah berdoa Kalau Ayah dan Ibunya hanya sedang bercanda, dia masih sekolah kenapa dia harus menikah secepat ini.
Anggukan dari Yadi, membuat air mata Adel menetes saat itu juga. hatinya hancur, dia merasa dunianya akan runtuh saat itu juga. dia masih sangat ingin sekolah dan melanjutkan pendidikan sampai dia bisa lulus kuliah, dan belajar bekerja dan mencari uang untuk dirinya sendiri.
"Ayah Jangan seperti ini! Kenapa adel harus menikah? padahal tidak hamil, Adel juga selalu menuruti semua kata-kata ayah dan ibu. adel yang tidak pernah keluar malam, adel juga tidak nakal! Tapi kenapa Ayah ingin membuang Adel? apa salah adel, Ayah? Adel masih ingin sekolah, Adel ingin menjadi orang sukses dan membuat ayah dan ibu bangga. Adel ingin seperti Kak Denis, ayah. Adel ingin mencapai cita-cita, Adel tidak mau menikah secepat ini!"
Yadi hancur ketika melihat anak gadisnya menangis tersedu-sedu, dia merangkul tubuh bergetar Adel dan mengusap punggungnya dengan lembut. perlahan air matanya menetes, meskipun jadi adalah seorang pria tapi dia juga adalah seorang ayah, sangat mudah baginya mengeluarkan air mata ketika anak gadis yang berbeda dia sayangi menangis di depan matanya.
" Sayang, maafkan ayah nak. Ayah melakukan ini karena ayah memiliki banyak hutang kepada keluarga Wijaya, Ayah meminjam banyak uang untuk menutup hutang Ayah berapa bulan yang lalu."
"Ayah ditipu pamanmu, dia meminjam uang dengan nama ayah. dia berjanji akan membayar angsuran tepat waktu, tetapi ternyata janji hanyalah janji, dia kabur dan ayahlah yang harus membayar semuanya. Ayah tidak bisa Melunasi hutang sesuai tanggal yang telah ditetapkan, teman kantor ayah memperkenalkan ayah kepada keluarga Wijaya, tapi semuanya Sama saja mereka akan memenjarakan Ayah kalau ayah tidak mau menikahkan kamu dengan anak tertua di keluarganya. Ayah harus bagaimana, nak? Ayah sudah meminjam uang dari kakakmu, tapi sekarang dia sedang memiliki masalah di kantornya, ayah tidak tega kalau harus mendesak dia terus menerus."
Niken, membekap mulutnya supaya suara Isak tangisnya tidak terdengar oleh Adel. ini semua salahnya, semua ini tidak akan terjadi kalau dia tidak sakit. Yadi jadi memiliki hutang yang menumpuk karena membiayai pengobatan yang dia lakukan.
Karena tidak tahan melihat Adel dan Yadi yang sedang menangis, akhirnya Niken pergi ke kamarnya. dia merasa ini tidak adil, kenapa dia harus sakit, kenapa anaknya harus menjadi korban atau sakit yang dia Derita.
Nikeh masih terus menangis sambil memegangi dadanya yang terasa mulai sesak, sementara di luar kamar yadi masih terus berusaha untuk memberikan pengertian kepada adel.
Gadis itu menangis sesegukan, dia bingung harus melakukan apa. pilihan apa yang akan dia ambil, terlintas di dalam benaknya untuk pergi jauh dari rumah meninggalkan keluarganya agar dia terlepas dari semua ini. namun jika dia melakukan itu, Dia sangat takut ayahnya akan masuk ke dalam penjara. kalau sampai itu terjadi, siapa yang akan membantu ibunya melakukan pengobatan? siapa yang akan mengurus Andre? sedangkan Ibunya sakit-sakitan, dan denis juga ada di Jakarta.
"Ayah mohon, Ayah Mohon nak. tolong Ayah, hanya ini jalan satu-satunya. kamu masih bisa melanjutkan pendidikanmu, keluarga wijaya adalah keluarga yang kaya raya, mereka pasti akan menyekolahkanmu sampai kamu bisa mencapai apa yang selama ini kamu impikan."
"Adel tidak bisa Ayah, Adel tidak mau jadi ibu rumah tangga! padahal masih ingin bermain, Adel takut! Bagaimana kalau lelaki yang dijodohkan dengan Adel adalah bandot tua yang suka pada daun muda, seperti adel?"
"Ibu!"
teriak seorang anak laki-laki dengan kencang.
belum sempat Yadi menjawab pertanyaan putrinya, dia mendengar suara Andre yang menjerit dari dalam kamar.
Adel dan Yadi langsung berdiri, kemudian berlari ke arah kamar.
"Ibu!"
Adel berteriak di ambruk di lantai, lalu menarik dan merebut bahu niken dari tangan Andre.
"Ibu kenapa? ibu, sadarlah!" Adel berusaha untuk menepuk pipi niken, berharap ibunya akan memberikan respon. Namun sayang, niken tidak memberikan pergerakan apapun.
"Ayah, telepon ambulance cepat!" adel kembali berteriak.
"Ibu sadarlah!"
"Ibu!"