PPS | Film Horor

1182 Words
Pada akhirnya Seno dengan setengah ragu mengatakan jika dia merasa tidak terganggu dengan kehadiran Rindu di sini. Juga pakaian yang gadis itu kenakan. Awalnya Seno ingin menasihati Rindu agar tidak memakai pakaian seminim ini di depannya. Tapi entah mengapa lidahnya terasa kelu untuk berbicara demikian. Apa Seno justru menikmatinya? Entahlah. Rindu mengatakan jika Hanum tidak ingin diganggu dulu untuk malam ini. Dan dia berpesan pada Rindu untuk menyampaikannya pada Seno. Sehingga pria itu memutuskan untuk tetap tinggal di ruang keluarga. Menemaninya menonton film horor yang ingin Rindu lihat. Di awal film berjalan, keduanya tampak fokus dengan tayangan yang ada di layar lebar tersebut. Sesekali Rindu akan melirik ke arah Seno yang diam saja di sampingnya. Dan hal itu tidak disadari oleh sang pria. Lalu ketika di pertengahan film, adegan-adegan menyeramkan mulai bermunculan. Rindu yang merasa takut tanpa sadar semakin merapatkan dirinya pada Seno. Tapi Seno masih belum menyadarinya. Lama-kelamaan Rindu mulai berani mencengkram lengan baju yang Seno kenakan ketika dirinya merasa takut. Membuat Seno yang awalnya fokus dengan film yang diputar di depannya, mulai merasa terganggu. "Rindu takut." celetuk Rindu saat bersitatap dengan mata elang Seno. Dan entah kenapa melihat sorot redup yang Rindu tampilkan membuat Seno tak tega untuk menolaknya. Dia membiarkan Rindu bergelayut di lengannya selama film berlangsung. Film horor yang mereka tonton tidak sepenuhnya menampilkan adegan-adegan menyeramkan saja. Namun juga terdapat adegan yang membuat suasana di antara keduanya menjadi canggung. Seperti saat ini, adegan yang ada di layar berbentuk persegi itu menampilkan dua sejoli yang tengah memadu kasih dengan begitu panas. Membuat siapa saja yang melihatnya menjadi salah tingkah. "Rindu tidak tahu jika akan ada adegan seperti ini." kata Rindu dengan wajah bersemu. Seno hanya berdehem dan mengalihkan tatapannya dari layar televisi yang ada di depan mereka. Namun suara desahan dan napas berat dari kedua tokoh tersebut membuat pikirannya melalang buana. Begitu juga dengan Rindu. Selama ini gadis itu memang sudah sering menonton film biru secara diam-diam. Dan melihatnya bersama Seno kali ini membuat dirinya merasa terjadi sesuatu yang aneh pada tubuhnya. "S-Sepertinya Paman sudah mengantuk. Ini sudah sangat malam." cetus Seno memecah ketegangan di antara mereka. Rindu lantas menatap Seno yang juga tengah menatapnya. Lalu gadis itu menggeleng dengan wajah memelas. "Tapi filmnya belum selesai, Paman." kata gadis itu dengan wajah memberengut. Seno menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali dengan menghela napas berat. "Untuk apa ditonton kalau kamu takut. Lebih baik kamu juga segera tidur." ujar Seno yang hendak pergi. Namun dengan gesit Rindu menahan tangan pria itu. Dan menampilkan raut memelas. "Rindu takut pergi ke kamar Paman. Rindu masih terbayang-bayang hantu tadi." rengek Rindu. Seno berdecak kesal karena Rindu yang bersikap menyebalkan seperti ini. Namun lagi-lagi dia merasa tidak tega pada gadis itu. "Kam- Ahh.. Suara laknat yang berasal dari tv yang masih menyala membuat Seno seketika menghentikan ucapannya. Begitu juga dengan Rindu yang melotot kala melihat adegan yang semakin panas. Dimana kedua sejoli itu saling berbagi peluh bersama dengan begitu liar. Seno mencoba mengalihkan perhatiannya dari layar persegi tersebut. Namun netra elangnya justru terpaku pada gundukan kenyal milik Rindu yang tampak mengintip dari balik gaun tidur yang gadis itu kenakan. Glek Sial Seno mengumpat dalam hati melihat pemandangan indah tersebut. Hasratnya tiba-tiba langsung naik ke ubun-ubun. Membuat kepalanya terasa pening bukan main. Rindu yang melihat tingkah aneh Seno mencoba untuk memanggilnya. Namun pria itu tak kunjung merespon panggilannya. Membuat Rindu akhirnya memberanikan diri untuk menyentuh lengan Seno sekali lagi. "Paman." panggil Rindu dengan suara pelannya yang terdengar mendayu di telinga Seno. Pers*tan Seno yang sudah tidak bisa menahan diri lagi lantas mencekal tangan Rindu yang tengah menyentuh sebelah lengannya. Lalu dengan gerakan cepat tiba-tiba saja Rindu sudah berada di bawah kungkungannya. "Pa-Paman.." jantung Rindu bergemuruh begitu menyadari posisi mereka saat ini. Entah apa yang terjadi pada Seno. Apa pria itu terpancing karena adegan yang ada di layar tv saat ini? Kegugupan seketika melanda diri Rindu. Dia yang selama hampir dua puluh tahun ini tidak pernah sedekat ini dengan seorang pria tentu saja merasa sangat gugup. Namun lagi-lagi rencana balas dendamnya yang kembali terngiang-ngiang di pikirannya, membuat gadis itu berusaha untuk tetap tenang. "Apa kamu sengaja memakai pakaian seperti ini di depan Paman? Kamu ingin menggoda Paman, hm?" tanya Seno dengan suaranya yang berubah serak. Rindu yang mulai bisa menguasai dirinya lantas menggeleng kecil. Gadis itu menatap tepat di manik gelap Seno dengan tatapan polos. Membuat sang paman merasa frustrasi dengan reaksi yang dirinya berikan. Siapa yang tidak tergoda ketika melihat sosok gadis cantik bergaun tidur minim tepat di depan matanya, yang kini tengah menatapnya dengan tatapan polos seakan ingin dijamah? Dan apa itu tadi? Seno sempat melihat Rindu yang beberapa kali menggigit bibir bawahnya dengan raut gugup. Membuat jiwa liarnya ingin memberontak detik itu juga. Sialan. Rindu benar-benar membuatnya kalang kabut. Sorot mata Seno kian menggelap kala melihat d**a Rindu yang kembang kempis. Apalagi ketika napas hangat yang keluar dari bibir gadis itu beberapa kali mengenai wajahnya. Membuat sesuatu di dalam diri Seno kian bangkit. Didorong oleh rasa yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata, Seno lantas semakin menundukkan wajahnya. Membuat jarak yang tadinya membentang cukup jauh semakin terkikis. Rindu yang menyadari akan apa yang Seno ingin lakukan mulai mempersiapkan diri. Memang inilah yang dia inginkan selama ini. Seno tertarik pada dirinya dan nanti dia akan menjerat pria itu agar menuruti semua keinginannya. Seno hanya alat untuk dia balas dendam pada Hanum. Sehingga ketika Seno semakin mengikis jarak di antara mereka, dengan penuh kesadaran Rindu mulai memejamkan matanya. Seakan menyambut apa yang akan dilakukan oleh pamannya itu. Netra tajam Seno kini hanya terpaku pada bibir ranum Rindu yang setengah terbuka. Seperti buah ceri yang terbelah, berwarna pink alami dan terlihat manis. Membuat Seno semakin penasaran ingin mencicipinya. Maka ketika melihat Rindu terpejam seakan menanti ciumannya, Seno yang awalnya ragu lantas mulai beraksi. Menempelkan bibirnya pada bibir Rindu yang sejak tadi membuatnya penasaran akan rasanya. Dan begitu bibir mereka telah bertemu, Seno dibuat tak dapat mengelak lagi. Pria itu benar-benar menyukai rasa bibir Rindu yang manis dan menyegarkan. Hmphh.. Melihat tak ada tanda-tanda Rindu akan menolaknya, Seno mulai memberanikan diri untuk menggerakkan bibirnya di atas bibir setengah terbuka milik sang keponakan. Melumat bibir atas dan bawah yang terasa manis itu dengan bergantian. Di sisi lain, Rindu tersentak ketika bibir tebal Seno menyentuh bibirnya. Dia sempat merasakan sensasi seperti tersengat listrik, dan entah kenapa rasanya terasa menyenangkan. Seolah ada banyak kupu-kupu yang beterbangan di dalam perutnya. Dan sensasi menggelitik namun menyenangkan itu semakin terasa kala Seno mulai menggerakkan bibirnya melumat bibir miliknya. Membuat Rindu yang baru pertama kali merasakan rasa itu menjadi terlena. Mengikuti nalurinya, Rindu mulai terhanyut dan ikut menggerakkan bibirnya. Membalas lumatan yang Seno berikan dengan caranya yang terasa kaku. Namun tanpa disadarinya, Seno merasa senang dengan respon Rindu yang baginya amatir. Menyadarinya jika dialah orang pertama yang menyentuh bibir gadis itu. Dan dia merasa bangga akan hal tersebut. Cukup lama keduanya saling melumat satu sama lain. Seno masih belum berbuat lebih jauh lagi. Dia masih asik menyesap bibir ranum Rindu yang terasa candu baginya. "Sial. Aku tidak bisa berhenti." jerit Seno dalam hati di tengah gerakan bibirnya yang terus bergerak mencium bibir Rindu tiada henti. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD