Cobaan Lagi

1502 Words
Hari ke 2 berada di rumah sakit pasca melahirkan. Ibu yang agak susah memakan ikan jadi tantangan buat dirinya. Hari ini ia harus melawan rasa tidak sukanya terhadap ikan patin. Seekor ikan yang di percaya mempunyai khasiat untuk memulihkan luka pasca operasi. Sedari awal ia sangat anti memakan ikan ini, tapi hari ini dengan sangat terpaksa ia harus memakannya. Suapan pertama ia harus menutup hidung agar tidak tercium amisnya ikan itu. Dengan susah payah akhirnya suapan pertama itu berhasil masuk dan perlahan lahan ia kunyah. Di bantu sang Ayah yang masih setia di sisinya. Sementara si Rey kecil masih saja nyenyak dengan tidurnya. Sambil membantu suapin sang istri Ayah bercerita kejadian semalam. “Rey semalam nangis Bu. Ayah kebingungan harus ngapain? Melihat kondisi Ibu yang tertidur rasanya ga tega untuk bangunin. Tapi aneh juga sampai Ibu kok ga dengar ya tangisnya yang begitu keras.” “Lho masa anak kita nangis semalam Yah?” “Iya bu, suaranya keras padahal, tapi ga ada satupun yang terbangun karena suara itu. Aneh juga ya.” Ibu jadi sedikit terkejut karena merasa semalam tak mendengar suara tangisan bayi. Apa mungkin karena efek obat yang masih bereaksi di tubuhnya. Ibu jadi berpikir keras mengapa semalam ia sampai tidur begitu pulasnya. Padahal sehari harinya jika mendengar suara sedikit saja pada saat tertidur pasti ia langsung sadar. Namun malam tadi ia benar benar pulas di alam bawah sadarnya. Ayah yang melihat Ibu masih termenung dengan ceritanya, jadi berkesempatan untuk terus menyuapi Ibu untuk makan ikan tadi. Ayah pikir dengan begitu ia takkan menyadari jika ikan tadi terus masuk ke dalam mulutnya. Mereka terus bercerita mengenai kejadian yang Ayah alami semalam. Selama bercerita itu Ayahpun terus saja memberi asupan pada Ibu tanpa ia sadari. Hingga tanpa terasa menu pagi itu bisa habis di lahap oleh Ibu. ******************* Beberapa saat kemudian tiba giliran untuk Rey kecil menyusui. Di tempat ia baring sudah mulai gelisah hingga akhirnya mulai menangis pelan. Disini kembali keluarga ini di uji. Awalnya Ayah dan Ibu tidak mengetahui jika ada masalah pada ASI, karena sewaktu Dion lahir semuanya berjalan normal. Tetapi saat ingin memberikan asupan buat Rey, ternyata ia tidak keluar sedikitpun. Aneh, tidak biasanya seperti ini. Berkali kali ia coba lagi untuk memberi ASI pada bayinya tapi tetap saja tidak keluar. Mendapati hal itu hati Ibu jadi sedih. Ia sangat kecewa dengan kenyataan tersebut. Baginya adalah sebuah kebanggaan yang tak ternilai bisa memberi ASI pada anaknya. Ayah yang melihat raut wajah sang istri mencoba menghiburnya. Namun itu belum cukup. Beruntung saat itu mereka sudah mempersiapkan segala kemungkinan terburuk. s**u formula yang sudah mereka siapkan akhirnya di gunakan untuk Rey kecil. Ayah langsung dengan sigap mengolah s**u tersebut, dengan tambahan air hangat. Setelah jadi langsung ia berikan pada sang anak. Ada sedikit rona kebahagiaan dari Ibu setelah melihat anaknya begitu semangat meminum s**u tersebut. Terlihat memang dalam sekejap s**u dalam botol itu bisa habis. ***** Hari ke 7 pasca melahirkan. Ibu dan bayinya sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah. Betapa gembiranya Ibu akhirnya bisa kembali ke rumah. Ia sudah tak sabar lagi dengan suasana rumah, dan satu yang paling ia rindukan adalah anaknya yang pertama yaitu Bang Dion. Hampir setiap malam ia selalu kepikiran dengan keadaan si Abang. Karena meski mau di tinggal ia masih perlu perhatian seorang ibu. Saat tiba di rumah, rasanya badan Ayah seperti digebuki para demit. Namun, itu semua bisa hilang dalam sekejap bila ia melihat jagoan kecilnya Bang Dion dan Rey. Siang itu di rumah kebetulan agak ramai, tidak seperti biasanya. Ada mertua beserta para tetangga yang ingin menengok jagoan barunya si Rey Arsyad. Semua yang melihat bayi merasa gemas karena betapa lucunya ia. Tubuhnya yang cukup berisi untuk ukuran anak yang baru lahir adalah sesuatu pencapaian yang patut di syukuri. Belum lagi matanya yang sudah terbuka lebar dengan mata yang berwarna coklat. ***** Tanpa terasa hingga waktupun beranjak senja. Di rumah itu tersisa Ayah, istrinya, Bang Dion, si bayi, dan neneknya Rey. Begitu waktu adzan selesai, mulailah ada perubahan pada si Rey kecil. Ia menangis terus-menerus. Ayah mengira bayi itu lapar atau ingin menyusu. Namun, hanya sedikit s**u yang mau ia minum, lantas ia kembali menangis. Tangisan itu terdengar berbeda dengan bayi pada umumnya. Seperti kejadian malam itu saat ia pertama kali menangis. Suaranya benar benar keras. Ibu yang baru pertama mendengar suara itu jadi ikut terkejut. Ia jadi percaya apa yang di katakan Ayah tempo hari mengenai tangisannya itu. Nenek Rey pun ikut shock mendengarnya. Seumur hidupnya ia belum pernah mendengar tangisan begitu. Ia merasa pilu mendengar tangisan itu. Para tetangga berdatangan karena mendengar tangisan si kecil. Terlihat mereka seperti khawatir ada apa apa dengan si kecil. Ada yang datang hanya sekadar memenuhi rasa ingin tahunya. Namun, ada juga yang benar-benar peduli dan berniat membantu mendiamkan sang bayi. Sudah digendong, di-nina-bobokkan, dinyanyikan, tetap ia tidak ada perubahan. Ibu Rey mulai cemas dengan keadaan si kecil. Ia sendiri sudah lupa dengan sakit pada tubuh pasca operasinya. Baginya, kondisi si kecil lebih penting daripada dirinya. Sang ibu juga merasa sedih karena tidak bisa menyusui langsung. Meski sampai sakit putingnya ia peras, tetap saja tidak keluar ASI-nya. Begitu juga dengan Ayah tampak gelisah dengan keadaan si kecil. “Ibu harus gimana nih Yah, si kecil harus minum, tapi kondisiku tidak mengijinkan,” kata istrinya dengan meneteskan air matanya. Ayah berusaha menenangkan istrinya, sedangkan si kecil berada di pelukan Nenek Rey. Namun, tiba-tiba lampu di rumah dan di sekitarnya padam. Tidak hanya itu, kondisi cuaca juga ikut berubah tak berapa lama setelahnya. Angin terasa bertiup begitu kencang, beruntung tidak disertai hujan dan petir. Durasinya cukup lama angin itu bertiup. Suasana jadi semakin mencekam. Hanya beberapa lilin yang menyala menerangi rumah mereka saat itu. Beruntung nenek Rey malam itu memutuskan untuk menginap di sana menemaninya anaknya yang masih sakit pasca melahirkan. Kemudian, Ibu Rey mendadak bertanya kepada ayah, “Yah, denger suara gemerincing, gak? Seperti suara lonceng kecil dengan kudanya berlari.” Nenek juga sempat mendengar semacam kereta kuda datang dengan suara gemerincing loncengnya. Akan tetapi, Ayah tidak lagi konsen dengan hal seperti itu. Ia justru mengkhawatirkan anak dan istrinya. Sementara itu, Ibu rupanya teringat waktu pengalaman hamilnya. Ia sering mendengar bunyi lonceng itu di dekat jendela kamar tidurnya. Suara itu sangat jelas bunyinya seperti berada persis di sampingnya. Bahkan, ia pernah bermimpi bertemu dengan sesosok makhluk hitam yang ingin merebut anaknya. Namun, ibu Rey menolak dan berusaha melawan. Akhirnya, sosok itu menghilang seiring dengan bunyi lonceng dan kuda yang hadir. Saat itu Ayah belum paham tentang arti mimpi istrinya, bisa jadi itu ada hubungannya dengan kejadian yang menimpa bayi Rey malam itu. Selang beberapa menit, lampu di rumah mereka kembali menyala dan kondisi cuaca di luar rumah berangsur normal. Sang jagoan pun mulai berkurang tangisnya, tidak sekeras tadi, tetapi masih tetap menangis. Perlahan para tetangga mulai berpamitan pulang satu per satu. Tak berapa lama, mereka kedatangan tamu lagi. Ternyata tetangga yang baru pindahan seminggu yang lalu. Sepasang suami istri datang berkunjung ingin melihat si kecil. Anehnya lagi, ketika mereka datang, tangisan Rey kecil tiba tiba kembali berlanjut. Kali ini lebih keras dari yang pertama. Seisi rumah jadi bertambah bingung. “Biar ayah yang menemui tamu, Ibu dengan nenek di kamar saja, jaga anak anak, Rey di gendong saja.” Setelahnya Ayah segera keluar kamar dan menemui beberapa tamu, termasuk tetangga yang baru pindahan seminggu yang lalu. Di antara tamu yang hadir, hanya orang baru ini yang Ayah mendapat feeling kurang nyaman. Entah kenapa ada sesuatu yang beda dengan mereka. Tapi ayah tidak tahu apa itu. Sementara di dalam kamar tangisan si Rey kecil semakin keras tidak mau diam sedari tadi. Tidak hanya Rey yang menangis tapi abangnya si Dion juga turut menangis. Entah apa yang ia tangisi, tiba tiba dia juga mengikuti adiknya yang menangis. “Mak, coba bawa sini Rey, biar dengan saya.” Pinta Ibu pada mamaknya. Setelah menggendong Rey, ibu lalu membaca dalam hati doa fateha 4. Sambil ia memberi s**u formula pada sang bayi. Meski masih merasakan sakit ia coba pertahankan demi sang buah hati. Sunggu ajaib setelah ia membacanya, Rey kecil terdiam. Begitu juga dengan abangnya, Dion. Di ruang tamu, ayah yang mendengar anaknya tidak menangis lagi langsung berucap hamdalah. Namun ada yang aneh dengan tamunya. Di antara tamu yang lain hanya orang baru tadi saja yang pamitan duluan untuk pulang. Padahal mereka baru beberapa saat tiba di rumah itu. Ayah merasa dugaannya semakin kuat dengan kedua orang itu. Apalagi sedari tadi wanita orang baru itu terus menerus memegangi syal di lehernya. “Yank, kok cepet kita pulangnya, kan baru juga nyampe.” “Aku ga tahan lama lama di situ, bisa hancur badanku, Pap.” “Lho emang kenapa di rumah itu, kan tidak ada apa apa?” “Matamu picek yo, di ruangan tadi tiba tiba hadir semua alim ulama yang termasyhur di zamannya. Beruntung aku di kasih lewat.” “Hah! Beneran itu?” “Mereka punya keturunan hebat Pap. Udahlah kita cari korban lain aja.” Setelah agak jauh dari rumah itu, barulah kedua orang baru itu mengobrol mengapa bisa tiba tiba pamitan pulang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD