"saya sudah dewasa. Bukan bocah lagi." Mata besar Runi mendelik ke arah Zhai. Zhai tertawa. "Kalau dewasa tidak akan berbuat yang merugikan diri sendiri." Zhai menatap Runi dengan lekat. Ada rasa rindu di dalam hatinya. Selama beberapa hari tidak bertemu dengan Runi. "Ehm. Iya, saya salah. Maaf, maaf, maaf ya, Tuan." Runi membungkukkan tubuhnya, sambil meletakkan kedua telapak tangannya yang disatukan di depan d**a. "Jangan panggil Tuan lagi. Coba panggil ayah." Zhai ingin Runi memanggilnya ayah. Agar tidak ada lagi jarak di antara mereka. "Tuan tidak malu punya anak ceriwis seperti saya?" Tanya Runi. "Ceriwis itu bukan kejahatan. Asal jangan dipakai untuk memfitnah orang," jawab Zhai. "Saya tidak pernah memfitnah orang." Kepala Runi menggeleng. "Aku percaya. Karena itu, aku