4. Pertemuan

1052 Words
Di lain tempat , tepatnya Rumah sakit  dimana Jery dirawat , Joana sedang berhadapan dengan seorang dokter yang merawat Jery. Joana duduk di hadapan dokter lelaki yang Joana perkirakan seusia ayahnya. “ Jadi bagaimana dokter kondisi adik saya ?” tanya Joana. Tadi saat Joana sedang menunggu adiknya , seorang perawat memberitahu Joana jika dokter ingin bertemu dengan keluarga Jery. “ Jadi begini, Jery harus segera melakukan transfusi darah, secepatnya.” “ Transfusi darah dokter ?” “ Iya , “ dokter itu mengangguk lalu menjelaskan secara detail pada Joana . Terutama tentang penyakit yang sedang di derita oleh Jery dan bagaimana cara mengobati agar Jery dpat bertahan hidup dengan penyakit yang bersarang di tubuhnya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan tranfusi darah. Dan biaya itu semua tidak sedikit. Dokter telah menjelaskan berapa dana yang harus Joana siapkan untuk biaya perawatan Jery. Dan Joana hanya bisa ternganga demi mendengar nominal yang dokter sebutkan. Itu hanya perkiraan dokter saja . Kurang leihnya pasti akan ada. Joana berpikir keras, darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Mencari pinjaman pun tak akan bisa dia mendapat sebanyak itu. Joana keluar dari ruangan dokter dengan muka lesu. Ayah yang sedang menunggu Jery ikut bertanya- tanya apa yang telah dokter dan Joana bicarakan tadi. “ Joana ...!” panggil ayahnya lirih. “ Ya ayah. “ “ Dokter bicara apa .” Joana terdiam , haruskah dia menceritakan semua pada ayahnya. Dan Joana sudah bisa menebak jika ayahnya pasti akan terkejut mendengar apa yang akan ia sampaikan. Tapi ayah memang harus tahu semua nya.Bagaimana kondisi Jery sesungguhnya dan mengenai biaya Rumah Sakit juga seperti nya Joaa tetap harus memberitahu ayahnya. “ Ayah... Joana harap setelah apa yang akan aku sampaikan , ayah jangan kepikiran ya. Aku tidak ingin membuat ayah sakit . Cukup Jery saja yang sakit . Ayah janji ?” “ Ya ayah Janji. Sekarang katakan. Apa yang tadi dokter sampaikan kepadamu, Ana ?” Joana menghela nafas lalu mulai bercerita pada ayahnya. Semuanya Joana ceritakan tanpa ada yang dikurangi atau ditambahi. Dan sesuai perkiraan Joana, ayahnya langsung terdiam. Ayahnya pasti sedang kepikiran . Bagaimana mungkin ayahnya tidak kepikiran jika ternyata kondisi Jery sangat mengkhawatirkan. Dan mengenai biaya , Ayah tak tahu harus mencari uang sebanyak itu darimana. “ Joana ?” “ Ya, ayah.” “ Kemana kita akan mencari uang sebanyak itu ?” “ Ayah tenang saja,  Ana pasti akan berusaha. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana agar Jery bisa disembuhkan ?” “ Ana, uang segitu bukan sedikit nak. Kemana kamu akan mencarinya ?” “ Entahlah yah, Ana pun tak tahu dan sekarang Ana sedang berpikir akan hal itu. Semoga kita bisa segera mendapat jalan keluarnya . “ Ayah menatap sendu Jery lalu berganti menatap Joana. Sunggh, Joana tak tega melihat ayahnya yang bersedih hati seperti ini. Joana memutuskan keluar dari ruang perawatan Jery. Berjalan menyusuri koridor Rumah Sakit dan langkahnya terhenti saat sampai di taman Rumah Sakit. Joana berjalan mendekat pada sebuah bangku kosong yang ada di taman tersebut. Dia duduk dan termenung seorang diri. Memikirkan tentang nasib adiknya dan mengenai biaya perawatan adiknya. “ Kemana aku harus mencari uang sebanyak itu ?” guman Joana. Jika meminjam ke tetangga atau saudaranya mungkin dia hanya akan mendapat beberapa ratus ribu saja atau paling banyak satu juta. Padahal kebutuhan nya saat ini adalah puluhan atau bahkan ratusan juta rupiah. Itu adalah biaya untuk transfusi darah, kemoterapi dan beberapa perawatan medis lain nya yang perlu Jery jalani. Kepala Joana berdenyut hanya memikirkan jalan keluar apa yang harus ia tempuh. Tiba – tiba saja pikiran nya teringat akan Joshua. Mungkinkah Joshua bisa membantu nya ? tapi Joana tidak yakin, karena Joshua hanyalah mahasiswa biasa, mana mungkin bisa membantu nya sebanyak itu. Rasanya tidak mungin. Lantas apa yang harus ia lakukan ? Apakah Joana harus menghungi Joshua dan memohon pada kekasihnya itu agar mau mebantu nya. Mencarikan pinjaman untuk nya misalnya . Atau mencari pinjaman pada keluarga lelaki itu . Ah pantaskah jika Joana mencari pinjaman pada keluarga Joshua. Apakah dia tidak akan merasa malu ? Tapi bagaimaa mungkin Joana lebih mengedapankan rasa  malu daripada kesembuhan adik nya. Joana bimbang dengan apa yang harus ia lakukan. Dia merogoh saku celananya mengambil ponsel nya. Menimbang - nimbang dengan ponsel masih berada di tangan. Apakah perlu dia menelpon Joshua sekarang . Apakah nanti dia tidak menganggu Joshua ? Ya Tuhan ! Joana sungguh bingung saat ini. Tidak. Dia tidak akan merepoti Joshua atau pun merecoki Joshua dengan masalah pribadinya. Disana Joshua harus belajar dan tidak boleh kepikiran dengan masalah keluarganya. Dia tak ingin membuat Joshua cemas. Joana menghembuskan nafas lelah. Lelah dengan jalan hidup yang seolah mempermainkan nya. Joana seolah mendapat asupan energi saat tiba - tiba dia menegak kan punggung nya. Apakah mungkin dia bisa meminta bantuan dengan meminjam uang pada bos di resto tempat nya bekerja.   *** Setelah berpamitan ada ayahya , Joana berangkat ke Resto tempatnya bekerja dengan sedikit cemas. Berharap dia bisa mendapatkan pijaman, meski mustahil rasaanya bagi Joana yang belum genap satu bulan bekerja ditamahdia yang masih dalam masa training , untuk bisa medapatkan pinjaman uang yang tak sedikit jumlahnya. “ Joana ! Darimana saja kamu ? kenapa baru sampai sesiang ini. Bos mencarimu . “ kata salah seorang teman nya begitu joana memasuki resto. Joana tahu , ini lebih daripada kata terlambat untuk nya datang ke tempat kerja. Salah Joana yang sejak pagi tidak memberi kabar jika dia sedang terkena musibah. Dengan sedikit takut dan jatung yang sudah berdebar , Joana masuk ke dalam ruangan sang pemilik resto. Seorang wanita yang kira-kira berusia tiga puluh lima tahun menatap Joana tajam. Joana hanya mampu menundukkan kepala saat owner Resto menceramahi nya panjang dan lebar. Mendapati kemaraha bosnya , dengan terpaksa Joana membatalkan niatnya yang akan memijam uang . Dia tidak mau berakhir dengan dipecat dari pekerjaan nya karena melakukan kesalahan untuk kedua kali . Masih untung Joana mendapat kompensasi atas keterlambatan setengah hari ini. Setelah bos nya menyuruhnya keluar , Joana sudah mulai kembali menjalankan tugasnya . akan tetapi pikiran nya tidak tenang . Dia meninggalkan ayah dan Jery di Rumah sakit. Belum lagi joana yang gagal mendapatkan pijaman membuat nya tidak fokus bekerja. “ Auw .... aduh .... “ Joana terpental ke belakang karena dia menabrak seorang penunjung resto. Padahal Joana tadi hanya mengelap meja dan saatdia berbalik badan , saat itulah dia yang tidak sengaja menabrak seorang lelaki . Joana mendongak lalu menangkupkan kedua tangan nya. “ Saya minta maaf . Saya benar-benar tidak sengaja, “ ucap Joana dengan penuh penyesalan da ketakutan . Lelaki itu masih menatap tajam Joana , kening lelaki itu sedikit mengerut dan sedetik kemudian membuka suara . “ Bukan kah kau teman Joshua ?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD