Chapter 15

1908 Words
Ayana masih sesenggukkan karena tangisan nya, ia sudah mencoba untuk menghentikan tangisan nya, namun hasilnya tidak bisa. Dan akhirnya Jenar membawa sahabatnya itu kedalam pelukan nya, memintanya untuk segera menghentikan tangisnya dan berkata bahwa semua nya baik baik saja. Dan kemudian, setelah semua yang Jenar bisikan kepadanya, Ayana mampu menghentikan tangisnya, dan melepaskan pelukannya. Ditatapnya Jenar yang sedang tersenyum di hadapannya itu, "Gue bingung deh" ujar Ayana dengan tangan yang menghapus jejak air mata nya. "Bingung kenapa?" tanya Jenar masih dengan senyuman di mata sembabnya. "Elu kenapa bisa cepet banget berhenti nangis? padahal gue tau, hati lu pasti sakit banget dengar ucapan Ucup tadi" "Yailah, Na.. gue kan udah dewasa. Harus bisa kontrol dong" jawab nya dengan enteng. "Alah.. begaya lu mah" ejek Ayana dengan memukul pelan pundak sahabat nya itu. Tok tokk Kedua gadis itu langsung menatap pada pintu kamar yang di ketuk dari luar. "Siapaa??" tanya Jenar dan Ayana dengan bersamaan dan setelah itu, kedua nya pun tertawa. "Gue" jawab seorang pria diluar sana. Lalu selanjutnya, pintu itu terbuka dan menampilkan sosok Athar yang sedang berdiri sembari menatap mereka berdua. "ayo keluar, makanan udah siap" ujar Athar menghampiri keduanya. Athar terus berjalan sampai berada di hadapan Jenar. tangan nya terayun mengelus puncak kepala gadis itu. "Sabar ya, Je.." Jenar tersenyum kepada Athar yang berdiri di depannya, "Gue nggak apa-apa kok, Thar. gue 'kan cewek kuat" jawabnya dengan sedikit terkekeh. kemudian, Athar pun ikut tersenyum dengan tatapan kasihan nya. Sedangkan tangan nya masih setia mengelus puncak kepala dari gadis manis yang terlihat sembab itu. "Gue tau dan yakin kalau elu emang cewek kuat" ujar Athar tulus dari hati nya. "Ekhemm.. lepasin tangan lu!" tiba-tiba saja Ayana berucap seperti itu dengan bonus memukul pelan lengan kekar Athar, meminta pria itu agar menjauhkan diri dari sahabatnya. Bukan nya Ayana tidak tau, Athar itu saat ini tengah mengasihani sahabatnya sekaligus menjalankan modua modus gadungan seperti buaya darat diluaran sana. Dan Ayana tidak ingin jika Jenar menjadi korban. "Enggak usah modusin sahabat gue!" ucap Ayana. memberi peringatan kepada Athar. Jenar hanya terkekeh seraya menggelengkan kepala nya, mendengar ucapan tegas sahabat nya itu. Sedangkan Athar berdecak sedikit kesal karena gadis itu selalu mengganggu diri nya dan juga Jenar. "Yaudah buruan deh elu keluar" ujar Athar dengan nada kesal nya pada Ayana. Ayana menatap pria itu dengan satu alis yang terangkat, "Kenapa harus gue duluan yang keluar?? elu dulu lah sono keluar!" "Udah ah.. ribut mulu, ayo keluar" akhirnya Jenar menarik lengan Ayana dan Athar dengan gemas, dan membawa mereka keluar kamar nya untuk bergabung dengan teman teman yang lain. teman teman yang lain sudah berkumpul pada meja makan dan ketika Jenar datang bersama dengan Athar dan Ayana, tiba tiba saja Ucup berdiri dan mendekat pada Jenar. "Je.. hampura atuh. maafin gue" ucap nya dengan wajah penuh penyesalan. Jenar hanya tersenyum seraya menepuk pelan pundak pria itu, "Santai bae, buruan makan" ucapnya. "Baik banget emang elu mah, nggak kayak sahabat elu" setelah mengucapkan hal tersebut Ucup langsung kembali pada kursinya dengan wajah yang sumringah. kemudian mereka semua mulai melakukan ritual rutin mereka yaitu makan malam bersama, dengan menu sederhana yang dibuat oleh para wanita. **** acara makan malam telah selesai, lalu beberapa dari mereka ada yang langsung membuka pembicaraan di ruang tengah, dengan minuman jahe hangat yang sengaja disajikan oleh Jaya dan Ayman. dan beberapa lainnya membereskan serta membersihkan tumpukan piring piring kotor di dapur. hari ini adalah hari sabtu, di mana malam yang panjang untuk para muda mudi seperti mereka menghabiskan waktu dengan obrolan dan canda tawa serta cerita cerita seru dari pengalaman hidup mereka. Athar sebagai ketua tentunya tidak kehabisan pemikiran agar teman teman nya itu tidak merasa bosan berada di rumah singgah ini. pria itu membuat sebuah permainan yang lagi trending, bernama truth or dare. permainan dengan cara memutar botol yang berada di tengah-tengah itu, akan dimulai ketika semuanya sudah berkumpul membentuk lingkaran. Karena Athar ingin, semua anggotanya ikut bermain dalam permainan ini. "Buruan dong.. yang lagi di dapur" seru Ayman dengan suara keras nya. kemudian tak lama, Ucup, Monic, dan Ayana yang bertugas di dapur pun, menghampiri mereka dengan wajah kesal Ucup dan mulut yang sudah siap untuk mengomeli Ayman yang tidak bisa bersabar. "Ssttt.. nggak usah ngomel. buruan duduk" Seolah tau apa yang akan Ucup lakukan kepada dirinya, Ayman dengan cepat membungkam Ucup dan menyuruh nya untuk cepat duduk di samping dirinya. Lalu dengan wajah cemberutnya, Ucup berjalan mendekat pada Ayman. begitu pun dengan Monic dan Ayana yang juga ikut bergabung denga yang lain nya. "Yo mulai sekarang aja yaa" ucap Athar menatap satu persatu anggota nya. Semua nya setuju, dan permainan pun di mulai pada putaran pertama. Jaya lah yang mendapat tugas menjadi pemutar pertama, "Yes.. mangsa empuk banget" ujar nya dengan senang, ketika putaran itu berhenti pada Ucup. Sedangkan Ucup menatap sengit pada pria tengil itu. "Truth gue" "dih cupu.. elu cowok atau cewek?" tanya Jaya dengan gaya nya. "SSU dong" jawab Ucup dengan suara keras nya. Ayman menoleh pada Ucup dengan kening yang berkerut. "Apa tuch SSU?' tanya nya dengan gaya lebay nya. "Suka Suka Ucup" "Yehhhh.. dasarr" anak anak yang bersorak seraya menimpiku Ucup dengan kulit kacang yang tercecer. "Yaudah yaudah,, nih ya jawab yang bener! Elu pernah nyewa cewek nggak?" Athar yang mendengar pertanyaan nyeleneh yang Jaya berikan langsung menoleh pada wakil nya itu, dengan pandangan mata tidak percaya. Bahkan bukan hanya Athar saja, tetapi hampir semua nya pun berekspresi seperti itu. "Gue nanya serius" ucap Jaya ketika menyadari tatapan para teman nya itu mengarah pada diri nya. "Ya lagian elu nanya begitu, lihat dulu siapa yang elu tanya. Yakali si Ucup suka nyewa cewek buat tidur, dia 'kan anak ba-" "tiga kali" ucapan Ucup dengan suara pelan nya itu, membuat Bella menghentikan omongan nya, dan langsung menatap Ucup dengan mata terbelalak nya. Gadis itu tentu saja tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar. Karena setau Bella, dan anak anak cewek yang lain, Ucup adalah salah satu cowok yang baik dan tidak pernah terlihat menggandeng wanita jika di lingkungan kuliah. Berbeda dengan reaksi para wanita, para pria justru bereaksi dengan heboh. Bahkan Ayman yang berada di samping Ucup pun langsung menepuk pundak Ucup dengan bangga. "Mamang gue... manteep banget" ujar nya dengan suara keras. untuk Athar sendiri yang merencakan permainan ini, hanya bisa tersenyum senang karena ide nya untuk membuat anak anak senang itu berjalan dengan lancar. Dan perihal jawaban jawaban yang mereka berikan itu, tentunya Athar tidak tau sama sekali dan itu menjadi hiburan bagi diri nya dan juga yang lain. ***** Hari berganti, Jenar termenung di tepian ranjang seorang diri, pikiran nya melayang pada apa yang barusan menghampiri diri nya. Keringat pun terus keluar baik pada wajah, maupun pada tangan nya. Jenar berusaha untuk tidak menjerit histeris, ia mencoba untuk bersikap biasa saja. Dan mendengarkan apa yang arwah penari itu inginkan. Jika kalian bertanya dimana Ayana dan teman yang lain? mereka semua sedang berkumpul diruang tengah. Dan hanya Jenar lah yang berada di kamar, yang tadinya ia hanya ingin mengambil ponsel nya saja. Akan tetapi, ternyata arwah itu kembali mendatangi dirinya untuk yang ke tiga kali nya. Dan yang membuat Jenar termenung ialah, arwah itu datang ketika manusia mulai beraktifitas, dan untuk kesekian kali nya penari itu hanya berkata "Tolong saya" Jenar sudah mulai jengah mendapat teror dari arwah penari itu, ia capek kalau harus selalu terkejut dan merasa takut, jika arwah itu datang menghampiri nya. Sejujurnya Jenar merasa aneh dan bingung, sebenarnya apa yang membuat arwah penari itu yakin kalau dirinya lah yang bisa membantu menyelesaikan masalahnya yang belum terselesaikan itu? Maksudnya, Jenar hanyalah gadis biasa yang tidak memiliki bakat apapun dalam bidang ke-ghaiban. Dirinya hanya tidak sengaja terbuka mata bathin nya, dan Jenar berharap mata bathin nya itu akan tertutup kembali dalam waktu yang cepat. Ia tidak ingin hidupnya selalu di bayangi oleh arwah arwah penasaran yang meminta bantuan kepada nya. Ia tidak ingin menjadi seperti anak anak indigo diluar sana, yang dirinya ketahui selalu mendapat cemo'ohan dan di pandang aneh oleh publik. Ia hanya ingin hidup dengan normal. Jenar melihat arwah penari itu datang menghampiri diri nya dengan hawa yang sangat sedih, sehingga tanpa sadar hal itu juga mempengaruhi kondisi hati Jenar yang semula baik baik saja, namun saat ini berubah menjadi mellow brelinangan air mata. Jenar berusaha menghela napasnya, mencoba mengontrol diri nya agar tidak terbawa oleh hawa sedih yang arwah itu sebabkan. terhitung tiga kali tarikan napas yang dalam, sehingga akhirnya Jenar bisa mengusai dirinya. Kemudia ia mencoba memberanikan diri menatap arwah yang saat ini sudah berada di hadapan nya. Ia menelan saliva nya untuk membasahi tenggorokan nya yang mendadak kering itu. "Nyai.. apa yang sebenarnya kamu inginkan?" tanya jenar dengan suara pelan nya. arwah penari itu menatap nya dengan tatapan datar dan tidak berkedip sedikit pun, "Kau sudah tau apa yang aku inginkan" "Tap- tapi, Nyai.. kenapa harus saya?" "Karena hanya kamu yang bisa membantu saya" Jenar terdiam memikirkan ucapan hantu itu, mata nya menangkap angka yang tertera pada jam dinding di samping jendela. Jenar berharap kalau Ayana atau siapapun itu datang menghampiri diri nya, karena Jenar merasa letih. saat ini jam baru menunjukan pukul satu siang dan hantu di hadapan nya itu sudah membuat diri nya merasa pusing dengan permintaan yang memaksa itu. "Tidak akan ada yang masuk kedalam" ucap arwah itu, seolah tau apa yang sedang Jenar pikirkan. "Nyai.. tolong, saya hanya ingin hidup tenang" ujar Jenar dengan suara yang mulai bergetar. Bagaimana tidak, arwah di hadapan nya itu selalu meneror dan mengawasi diri nya, bahkan dia dapat menutup akses, atau bisa di katakan hantu penari itu membawa masuk Jenar kedalam alam nya. arwah itu menggelengkan kepala nya dengan pelan, "kamu harus membantu ku" "Tapi, Nyai.." ucapan nya terhenti ketika arwah iu menatap tajam pada diri nya, hawa sedih yang semula dia bawa, berubah menjadi kemarahan yang besar. "KAMU HARUS BANTU SAYA!!!" wajah arwah itu berubah menjadi sangat menyeramkan, dengan bola mata yang di penuhi warna hitam darah, wajah yang di penuhi sayatan benda tajam. Dan hal tersebut tentu nya membuat Jenar menjadi sangat ketakutan dan membuat nya berteriak histeris dengan mata yang terpejam dengan rapat. "Ra.. Ra.. elu kenapa???" ucap Ayana dengan membuka kamar nya dengan keras. di lihat, sahabat nya itu tengah memejam kan mata sembari menutup telinga, dengan jeritan histeris yang belum berhenti. Jenar terlihat seperti sangat ketakutan. Ayana dengan cepat langsung menghampiri sahabatnya itu, lalu mengguncang-guncangkan tubuh Jenar, meminta gadis itu untuk membuka matanya dan melepaskan tangan nya. "Ra.. please, elu kenapa??? buka mata!" kegaduhan akibat teriakan Jenar dan juga Ayana, membuat teman teman yang lain berlari menghampiri mereka. Bahkan Athar langsung mengambil tempat di samping kekasihnya itu, dan membawanya dalam pelukan. mengelus nya dengan lembut. "Je.. are you okey?" tanya Athar yang sudah sangat khawatir. akan tetapi pria itu mencoba bersikap tenang karena dia tidak ingin menambah kegaduhan yang terjadi. Jenar menerima pelukan yang Athar berika dengan erat, bahkan gadis itu menyembunyikan waja nya pada bagian perut rata Athar. "Heii.. elu kenapa?" Kondisi Jenar saat ini masih menangis dalam pelukan nya yang begitu erat. Napas gadis itu juga masih memburu, menandakan betapa takut nya Jenar saat ini. teman teman yang lain ikut berkumpul di dalam kamar Jenar, mencoba mencari tau apa yang sebenarnya terjadi pada Jenar. Hingga beberapa menit kemudian, dan dirasa Jenar sudah tenang. Athar mencoba melepaskan pelukan nya itu dan duduk tepat disamping Jenar yang masih sedikit sesegukan. "Elu kenapa? bisa cerita?" tanya Athar dengan lembut. Jenar menatap Athar tepat pada manik nya, "Gue takut, hantu itu ngancem gue" ujar Jenar dengan suara serak nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD