Chapter 7.

1128 Words
Minggu pagi dihari spesial Jenar, tercium aroma wangi dari nasi kuning yang Mbok Nar buat. Tidak hanya itu, Mbok Nar bahkan membuat masakan kesukaan putri majikan nya itu. Ayam rica super pedas, Mbok Nar yakin bahwa Jenar akan menyukai sarapan pagi ini. "Wihh.. Si Mbok rajin banget jam segini masakan sudah siap semua" ujar Ayana yang baru memasuki dapur. Mbok Nar memang dengan sengaja memulai masak nya dari pukul lima pagi, tepatnya setelah dia mandi pagi dan melakukan kewajiban nya sebagai seorang muslim. Untuk bahan dan bumbu nya sendiri, Mbok Nar sudah membeli semua nya kemarin, dan menyimpan nya di lemari pendingin. "Non Nana.. gimana tidur nya?" sapa Mbok Nar dengan ramah, seraya mengaduk Ayam rica yang hampir matang itu. "Ayana, Mbok. Bukan Nana" jawab gadis itu dengan protes. Mendengar hal tersebut, wanita paruh baya itu tertawa dengan pelan. "Sama saja kok, mbak" "Mbok kok sudah matang semua? padahal aku mau bantuin" ujar Ayana, mengalihkam pembicaraan nya. Mbok Nar tersenyum seraya mematikan kompor, "Iya, Non. si Mbok masak khusus untuk Non Jenar" jawabnya dengan wajah sumringah. "Memang si Mbok masak apa?" sambil memindahkan ayam rica itu kedalam piring lebar, Mbok Nar menjawab dengan senyum nya. "Mbok masak nasi kuning, ayam rica pedas, dan perkedel Non" "ini makanan kesukaan Non Jenar" lanjutnya seraya menata piring itu diatas meja makan, dimana telah tersusun beberapa piring dan gelas, serta beberapa makanan. Ayana menatap meja makan itu dengan senyum nya, "Berarti ini semua siap disantap ya, Mbok?" "Betul, Non. tinggal nunggu Den Bryan sama Non Jenar saja" "Yaudah.. Mbok tunggu sini, biar Ayana yang panggil mereka. Okeh.." Mbok Nar tersenyum mengiyakan. Kemudian wanita paruh baya itu meninggalkan meja makan untuk membersihkan dapur nya. Sedangkan Ayana, dia berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Jenar terlebih dahulu. "Tuan putri... cepat bangun" ujar Ayana dengan sedikit berteriak. Tidak hanya itu, gadis itu juga berjalan menuju jendela dan membuka gordyn kamar Jenar, sehingga mentari pagi masuk menerangi kamar gelap Jenar. Tidak berhenti disitu, Ayana bahkan sampai mematikan AC yang ada dikamar sahabatnya itu. Dan berhasil, beberapa menit kemudian, sahabatnya itu terbangun karena hawa kamar yang tidak lagi dingin. "Na, apaan sih?! Nyalain AC nya" ujar Jenar marah dengan suara serak khas bangun tidurnya. "Bangun kali!! udah siang, makanan juga udah siap" Jenar sedikit terkejut ketika mendengar bahwa makanan sudah tersaji. Gadis itu pun segera menatap jam yang ada diatas nakas. "Baru jam enam, Na" ujar Jenar merubah posisinya menjadi duduk. "Betul.. tapi semua masakan sudah siap dan itu si Mbok sendirian yang masak" ujar Ayana masih berdiri menatap Jenar. "Yaudah buruan deh mandi, gue mau bangunin Mas Bryan dulu" lanjutnya seraya berjalan menuju pintu. "Awas lu kalau macem-macem" teriak Jenar ketika Ayana sudah menghilang dibalik pintu. *** Bryan, Ayana dan Mbok Nar sudah berada di tempat duduknya masing-masing, saat ini mereka sedang menunggu Jenar untuk memulai sarapan nya. "Nah.. tuh dia ratu sehari" celetuk Ayana ketika melihat Jenar berjalan menghampiri mereka. Jenar tersenyum dengan lebar, kebahagiaan nya terpancar jelas diwajah manis nya. "Selamat pagi semua.." ujar Jenar. "Enggak usah sok cantik, dek. Buruan ah, Mas sudah lapar" Celetukan Bryan itu sukses membuat wajah bahagia Jenar memudar, tergantikan dengan wajah masam nya. "Ngeselin" ujar Jenar seraya menarik kasar kursi nya dan mengalihkan pandangan nya pada meja makan yang sudah terisi dengan makanan kesukaan nya. Melihat menu masakan yang Mbok Nar masak itu, mampu membuat senyum Jenar berkembang kembali, dan tidak lupa binar bahagia dari sorot mata nya. "Wahh ada ayam rica.." ujarnya dengan riang gembira. Mbok Nar tersenyum hangat, "Iya, Non. si Mbok sengaja masak ini khusus dihari ulangtahun Non Jenar" Mendengar hal itu, Jenar menatap haru kearah Mbok Nar, dengan senyum dan ketulusan hati nya, Jenar berterimakasih atas kasih sayang Mbok Nar yang tinggal pernah kuramg setiap hari nya. Setelahnya, mereka pun memulai sarapan nya dengan nikmat dan dipenuhi canda tawa. "Mbok.. ini enak loh" puji Ayana ketika telah menyelesaikan makan nya. Gadis itu bahkan menghabiskan nya dengan tanpa sisa di piringnya. Mbok Nar tersenyum hangat, "terimakasih, Non" jawabnya. *** Siang menjelang, Ayana sedang bersiap untuk kembali kerumahnya. Ayana sedang menunggu Jenar yang masih berada di dalam kamarnya itu. Sedangkan Ayana sendiri berada di ruang tamu. "Ra... buruan turun ih, gue mau pulang" teriak Ayana, berharap Jenar mendengarnya dan segera turun menemui dirinya. Siang ini, Ayana akan kembali kerumahnya untuk mengurus perlengkapan dirinya selama KKN nanti. dan sebagai tamu yang baik, Ayana sudah berpamitan kepada Mbok Nar dan Bryan pada saat selesai sarapan tadi. "Iya tungguin.. gue turun" tetdengar teriakan Jenar dari anak tangga paling atas. Dan benar, Ayana melihat sahabatnya itu sedang menuruni anak-anak tangga. sambil menunggu sahabatnya itu, Ayana pun membuka ponselnya untuk melihat pesan yang baru saja masuk. "Mamihhh..." Teriakan keras Jenar itu sukses membuat Ayana yang sedang membuka pesan itu, segera mengalihkan pandangan nya kearah Jenar yang sudah tergeletak di bawah tangga. Melihat hal itu, dengan cepat Ayana berlari menghampiri sahabatnya yang sudah tidak sadarkan diri itu. Kepala Jenar bahkan sampai mengeluarkan darah. Dan itu sangat membuat Ayana khawatir. Dalam kekhawatiran dan kepanikan nya, Ayana mengangkat kepala Jenar untuk ditaruh di atas paha nya sebagai bantalan. Dan segera berteriak memanggil Mbok Nar. "Ra, bangun dong" ujar Ayana dengan takut seraya menepuk pelan pipi sahabatnya itu. "Ya Allah, gustii.. Non Jenar" teriak Mbok Nar dengan histeris ketika melihat Jenar yang sedang berada dalam dekapan Ayana. "Mbok... Mbok tolong Jenar, Mbok!!" ucap Ayana dengan kalap, air mata nya bahkan menetes begitu saja dari tempat nya. Mbok Nar berdiri dengan gusar, air mata wanita paruh baya itu pun ikut mengalir membasahi pipinya. "Mbok telpon dokter sama Mas Bryan, Mbok" Mbok Nar segera berlari menuju telpon rumah, mengikuti apa yang Ayana perintahkan. Dan kembali lagi kepada Ayana. Mbok Nar dan Ayana secara bersamaan mencoba menggotong Jenar untuk di pindahkan ke sofa ruang tamu. Walaupun cukup kesukitan, akhirnya mereka berdua bisa melakukan nya. "Sebenta, Non. Mbok ambilkan kain untuk menghentikan darah di kepala Non Jenar" ujar Mbok Nar segera bergegas menuju dapur. mengambil kain serta air hangat untuk membersihkan darah yang mengering di kening Jenar. Sementara itu, Ayana setia berada di samping sahabat, menggenggam erat tangan Jenar, meminta gadis jawa itu untuk segera terbangun dari pingsan nya. Ayana sejujurnya sangat penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Bagaimana bisa Jenar terjatuh dan menjadi pingsan seperti sekarang ini Mbok Nara datang dengan membawa kain dan air yang diletakan diatas meja, tak jauh dari Ayana. Ayana menatap Mbok Nar, "Mbok, tolong periksa tangga. Ada apa disana? kenapa Ara bisa jatuh?" ujar Ayana. Mbok Nar, lagi dan lagi mengangguk serta melaksanakan apa yang Ayana katakan. Wanita itu memeriksa satu persatu anak tangga dengan teliti, dan tidak ada keanehan apapun disana. tidak ada lantai yang basah atau sebagai nya. Setelah memastikan dengan yakin, Mbok Nar kembali kepada Ayana. "Bersih, Non. aman kok, nggak ada lantai basah, licin, atau apapun" ujar Mbok Nar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD