Terhitung sudah sepuluh hari anak anak kota itu, menjalankan masa KKN nya di desa muara. Bagi mereka, semua berjalan dengan lancar. Namun tidak bagi Jenar dan Ayana. Sejak hari pertama, Jenar selalu di datangi oleh Nyai Lastri dari nyata maupun mimpi. Dan jika sudah seperti itu, Ayana pun akan terganggu, karena gadis itu tidak bisa diam, ketika melihat sahabatnya dalam kesusahan dan ketakutan.
Ayana ingin lapor kepada Mas Bryan, namun setiap kali dirinya memiliki kesempatan, hal itu tidak ia lakukan. Ayana tentu menyesal dengan harapan konyol yang dirinya ucapkan pada haru ulangtahun Jenar itu. Rasa nya, Ayana ingin sekali mengulang hari itu dan mengucapkan harapan yang baik untuk sahabat baik nya itu.
Namun seperti yang kita ketahui, waktu tidak dapat di ulang kembali, dan penyesalan selalu berada di akhir. Jika penyesalan itu berada di awal? Itu nama nya pendaftaran. Dan lagi pula, siapa orang yang ingin mendaftarkan penyesalan hidup nya?
Bagi Ayana, Jenar sudah bukan lagi sahabat. Gadis itu menganggap Jenar sebagai adik yang harus diri nya jaga. Ayana saat ini berperan sebagai penggangti dari Mas Bryan yang jauh di kota.
Saat ini, Ayana sedang menatap kasihan kepada Jenar yang terbaring tidak sadarkan diri diatas ranjang sederhana itu. Seperti biasa, Jenar untuk kesekian kali nya mengalami kerasukan arwah Nyai Lastri yang keinginan nya tidak Jenar penuhi.
Keinginan Nyai Lastri sebenarnya hanya satu. Nyai Lastri hanya ingin Jenar membantunya untuk mengungkap misteri kematian nya, agar dirinya dapat pergi dengan tenang, setelah penjahat itu berhasil di adili.
Namun Jenar tidak bisa membantu nya. Dan membuat arwah si penari itu selalu mengganggu diri nya.
"Maapin gue ya, Ra" ujar Ayana penuh sesal pada mata nya.
***
… Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
O-o-o-o-o-o-oh
… Aku ingin berjalan bersamamu
Dalam hujan dan malam gelap
Tapi aku tak bisa melihat matamu
… Aku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu
… Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
O-o-o-o-o-o-oh
O-o-o-o-o-o-oh
… Aku menunggu dengan sabar
Di atas sini melayang-layang
Tergoyang angin menantikan tubuh itu
… Aku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu
Akuu ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu
Lagu dari Payung teduh itu sudah mengalun dua kali dirumah singgah pada saat pukul tujuh malam, dari ponsel Ucup yang sedang tergeletak diatas meja.
"Cup.. matiin lagu nya" ujar Jenar dengan segelas teh manis hangat nya.
Ucup menatap Jenar dengan kenimg yang berkerut, "Ah elu mah.. enak ini lagu"
Jenar menggelengkan kepala nya dengan cepat, "Cupp.. gue bilang matiin!!"
"Apaan sih, Je?!" seru Ucup dengan sedikit emosi.
"Gue bilang matiin atau nanti dia bakal datang!!" jawab Jenar dengan sedikit bentakan.
Jenar bukan hanya sekedar ucap, bagi Jenar lagu itu seperti memiliki daya tarik yang dapat memanggil "dia" untuk datang dan kembali bertemu dengan Jenar.
"Siapa Ra?" tanya Ayana yang baru saja berdiri di samping dirinya.
"hantu itu, Na. tolong bilangin ke dia untuk ganti atau matiin lagu nya!" ujar Jenar yang merasa ketakutan dengan menunjuk pada Ucup yang sedang menatap kedua nya dengan mulut yang menganga.
Ayana yang paham dengan segera menenangkan Jenar, dan meminta kepada Ucup untuk mengganti lagu itu.
"Ucup ganteng.. gue mohon ganti lagu nya" ujar Ayana merayu pria itu.
Ucup hanya menggelengkan kepala nya tanda bahwa dia tidak ingin menuruti ucapan Jenar dan Ayana. Melihat hal itu, mata Jenar mulai berkaca kaca, cairan bening mulai menggenang di dalam pelupuk mata nya.
"Na.. pliss" ucap Jenar dengan suara yang bergetar.
Ayana menelan saliva nya melihat sahabatnya yang sudah sangat ketakutan itu, dengan segera ia langsung merebut ponsel milik Ucup, dan mematikkan musik yang sedang mengalun itu.
"Matiin! nanti gue ganti pake makanan" ucap nya tegas, seraya menyerahkan kembali ponsel pria yang saat ini tengah melongo itu.
"Lagian kenapa sih, Je? perkara lagu doang, heboh lu!" timpal Monic yang melihat itu semua.
Ayana melirikkan mata nya kepada Monic yang sedang membawa bungkus cemilan pada tangan kanan nya. Ia juga tersenyum sinis kepada Monic, "Lagian kenapa sih, Mon? elu suka banget ngurusin hidup orang?!"
Monic terdiam, dia membuang muka dan pergi masuk kedalam kamar nya. Dan melihat hal tersebut, entah bagaimana Ucup justru tertawa dengan keras.
"Gue suka gaya elu, Ayana. Haha"
Ayana yang tadi nya terpancing emosi itu, ikut tertawa melihat Ucup yang nampak senang dengan keberanian diri nya.
"Gue keren ya Cup.. bisa bikin kicep tuh cewek" ucap Ayana yang bangga dengan diri nya.
Mereka berdua justru terlibat obrolan yang seru, dan melupakan Jenar yang masih terlihat ketakutan karena lagu yang Ucup putar itu benar dengan dugaan nya, ada arwah yang terpanggil dengan lagu itu.
Memang bukan arwah penari, namun arwah lain yang saat ini sudah datang dan berada di depan pintu rumah singgah yang tertutup.
Jenar dapat merasakan dengan jelas kehadiran arwah itu. Jenar menelan saliva nya, dia mencoba memberikan kode kepada Ayana bahwa dia merasakan sesuatu, namun Ayana tidak menyadarinya. Wajah Jenar semakin menjadi pucat pasi ketika di jendela yang terbuka itu, dia melihat ada wajah yang tersenyum dengan seramnya.
"Na.." ucap Jenar dengan suara yang bergetar.
"Na, tutup!" kali ini Jenar berteriak hingga membuat semua yang berada di dalam rumah singgah terkejut.
Ayana yang menyadari hal itu segera membawa Jenar kedalam pelukan nya. Menenangkan sahabat nya itu yang sedang menangis dengan tubuh yang bergetar.
"Ra.. kenapa?"
"Ucup... lagu itu beneran manggil"
… Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
O-o-o-o-o-o-oh
… Aku ingin berjalan bersamamu
Dalam hujan dan malam gelap
Tapi aku tak bisa melihat matamu
… Aku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu
… Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
Pa-ra-ra-ra-ra
O-o-o-o-o-o-oh
O-o-o-o-o-o-oh
… Aku menunggu dengan sabar
Di atas sini melayang-layang
Tergoyang angin menantikan tubuh itu
… Aku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu
Akuu ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu
Lagu dari Payung teduh itu sudah mengalun dua kali dirumah singgah pada saat pukul tujuh malam, dari ponsel Ucup yang sedang tergeletak diatas meja.
"Cup.. matiin lagu nya" ujar Jenar dengan segelas teh manis hangat nya.
Ucup menatap Jenar dengan kenimg yang berkerut, "Ah elu mah.. enak ini lagu"
Jenar menggelengkan kepala nya dengan cepat, "Cupp.. gue bilang matiin!!"
"Apaan sih, Je?!" seru Ucup dengan sedikit emosi.
"Gue bilang matiin atau nanti dia bakal datang!!" jawab Jenar dengan sedikit bentakan.
Jenar bukan hanya sekedar ucap, bagi Jenar lagu itu seperti memiliki daya tarik yang dapat memanggil "dia" untuk datang dan kembali bertemu dengan Jenar.
"Siapa Ra?" tanya Ayana yang baru saja berdiri di samping dirinya.
"hantu itu, Na. tolong bilangin ke dia untuk ganti atau matiin lagu nya!" ujar Jenar yang merasa ketakutan dengan menunjuk pada Ucup yang sedang menatap kedua nya dengan mulut yang menganga.
Ayana yang paham dengan segera menenangkan Jenar, dan meminta kepada Ucup untuk mengganti lagu itu.
"Ucup ganteng.. gue mohon ganti lagu nya" ujar Ayana merayu pria itu.
Ucup hanya menggelengkan kepala nya tanda bahwa dia tidak ingin menuruti ucapan Jenar dan Ayana. Melihat hal itu, mata Jenar mulai berkaca kaca, cairan bening mulai menggenang di dalam pelupuk mata nya.
"Na.. pliss" ucap Jenar dengan suara yang bergetar.
Ayana menelan saliva nya melihat sahabatnya yang sudah sangat ketakutan itu, dengan segera ia langsung merebut ponsel milik Ucup, dan mematikkan musik yang sedang mengalun itu.
"Matiin! nanti gue ganti pake makanan" ucap nya tegas, seraya menyerahkan kembali ponsel pria yang saat ini tengah melongo itu.
"Lagian kenapa sih, Je? perkara lagu doang, heboh lu!" timpal Monic yang melihat itu semua.
Ayana melirikkan mata nya kepada Monic yang sedang membawa bungkus cemilan pada tangan kanan nya. Ia juga tersenyum sinis kepada Monic, "Lagian kenapa sih, Mon? elu suka banget ngurusin hidup orang?!"
Monic terdiam, dia membuang muka dan pergi masuk kedalam kamar nya. Dan melihat hal tersebut, entah bagaimana Ucup justru tertawa dengan keras.
"Gue suka gaya elu, Ayana. Haha"
Ayana yang tadi nya terpancing emosi itu, ikut tertawa melihat Ucup yang nampak senang dengan keberanian diri nya.
"Gue keren ya Cup.. bisa bikin kicep tuh cewek" ucap Ayana yang bangga dengan diri nya.
Mereka berdua justru terlibat obrolan yang seru, dan melupakan Jenar yang masih terlihat ketakutan karena lagu yang Ucup putar itu benar dengan dugaan nya, ada arwah yang terpanggil dengan lagu itu.
Memang bukan arwah penari, namun arwah lain yang saat ini sudah datang dan berada di depan pintu rumah singgah yang tertutup.
Jenar dapat merasakan dengan jelas kehadiran arwah itu. Jenar menelan saliva nya, dia mencoba memberikan kode kepada Ayana bahwa dia merasakan sesuatu, namun Ayana tidak menyadarinya. Wajah Jenar semakin menjadi pucat pasi ketika di jendela yang terbuka itu, dia melihat ada wajah yang tersenyum dengan seramnya.
"Na.." ucap Jenar dengan suara yang bergetar.
"Na, tutup!" kali ini Jenar berteriak hingga membuat semua yang berada di dalam rumah singgah terkejut.
Ayana yang menyadari hal itu segera membawa Jenar kedalam pelukan nya. Menenangkan sahabat nya itu yang sedang menangis dengan tubuh yang bergetar.
"Ra.. kenapa?"
"Ucup... lagu itu beneran manggil"