Chapter 17

1033 Words
Jenar merasakan ketakutan yang luar biasa, ketika lagi dan lagi diri nya masuk kedalam rumah kosong itu untuk yang ketiga kali nya. Namun beda nya kali ini, Jenar mencoba untuk lebih rileks dan biasa aja. Lebih tepat nya, Jenar berusaha menutupi rasa takutnya. Sejenak Jenar mematung di depan rumah kosong itu, benak nya meminta untuk terus berjalan dan masuk, namun lagi lagi hati menyuruhnya untuk lari. Jenar menghela napas nya, memantapkan hati dan pikiran nya agar menjadi satu arah. Kemudian kaki nya kembali melangkah, memasuki rumah itu. Sejenak ia menelan saliva nya, membasahi tenggorokan nya yang kering. "Assalamu'alaikum" Jenar memberikan salam dengan suara nya yang bergetar dan nada yang tercekat kepada rumah kosong itu. Tangan nya terayun untuk membuka pintu yang sudah rapuh itu, "Bismillah" ujar nya kemudian masuk kedalam sana. rumah itu nampak sepi, tentu nya tidak ada siapapun di dalam nya. "Nyai.. kenapa saya dibawa kesini lagi?" tanya Jenar dengan lantang kepada penghuni rumah itu. Walaupun dirumah itu hanya ada Jenar seorang diri, namun Jenar tau hantu penari itu pun juga berada di dekatnya. hanya saja belum menampakkan dirinya. "Nyai, saya tidak tau apa yang membuat anda yakin kalau saya dapat membantu anda. Tapi saya mohon, jika anda ingin menampakkan diri anda. tolong perlihatkan dalam bentuk yang cantik seperti dulu saat anda masih hidup" lanjutnya setelah meyakinkan dalam hati nya kalau semua akan baik baik saja. Selama lima menit Jenar menunggu, tidak ada hal aneh yang nampak oleh mata nya. Dan hal itu tentu saja membuatnya merasa kesal. "Jika Nyai tidak ingin apa apa. tolong kembalikan saya pada alam saya! kasihan teman teman yang mencari keberadaan saya!" Perlahan ruangan itu dipenuhi oleh suara tawa yang sangat mengganggu pendengaran Jenar. suara tawa yang Jenar ketahui adalah tawa kuntilanak. perasaan takut yang sempat menghilang itu, tiba-tiba kembali menyergap dirinya. Suara yang mulai tercekat dan napas yang memburu serta peluh yang mulai bermunculan menandakan betapa takutnya Jenar mendengar suara itu. "Pergi!!! gue nggak ada urusan sama elu!" ujar Jenar berusaha untuk berani mengusir sosok jahil yang tidak memiliki urusan dengan diri nya. tawa dari kuntilanak semakin menggelegar mengisi ruangan itu, dan perlahan di hadapan dirinya berdiri sosok yang awal nya Jenar kira arwah penari, namun ternyata diri nya salah. Ia di jebak oleh sosok arwah lain yang begitu mengerikan. Entah sebenarnya apa yang terjadi, Jenar jelas tidak mengetahui nya. Dirinya di bawa pada rumah yang dia ketahui milik arwah penari itu. Akan tetapi, mengapa saat ini diri nya justru terjebak oleh arwah mengerikan lain nya. Rasa nya ingin sekali Jenar berlari keluar dari rumah itu, namun sialnya kaki nya itu tidak dapat ia gerakkan. Kaki nya terasa lemah seperti tidak memiliki tulang di dalam nya. Yang justru, membuat Jenar jatuh bersimpuh di dekat arwah itu. "Jenar.. bantu aku" Mendengar hal itu, Jenar langsung dengan tegas menolak nya. Ia tidak ingin berurusan dengan hantu lain nya. terjebak dengan arwah penari itu saja sudah cukup membuat Jenar merasa stress. Dan dia tidak ingin menambah hal gila lain nya. Jenar memejamkan mata nya dengan rapat, berusaha mengingat ayat ayat Al Qur'an yang dapat membantu diri nya. pikiran Jenar hanya satu saat ini, ia ingin segera keluar dan kembali pada dunia nya. "Jenar..." "Kamu dapat membantu ku" suara suara menggema itu terdengar begitu mengerikan di telinga nya, dan sedikit mengusik konsentrasi nya. "TIDAK USAH BACA BACA!!" Kemarahan arwah dengan bentuk menyeramkan itu membuat Jenar semakin memantapkan hati nya dengan ayat ayat suci yang dia baca. Jenar tau, sebangsa mereka merasa terganggu dengan ayat yang sedang diri nya baca. oleh karena itu, bukan hanya bibir nya yang terucap, namun juga hati nya ikut melantunkan ayat ayat itu. "Bismillahirahman nirrohim..." **** "Je.. sadar, je" suara Bella dan goyangan pada badan nya, membuat Jenar tersadar dari kejadian menyeramkan itu. saat ini diri nya menatap Bella dengan tatapan penuh syukur. dengan napas yang masih memburu, Jenar langsung memberikan pelukan kencang kepada Bella yang sedang kebingungan itu. "Alhamdulillah.." ucap Jenar sembari menitihkan air mata nya dalam pelukan erat itu. Bella mengelus lembut punggung teman nya itu, "Elu kenapa sih, Je?? gue 'kan suruh elu tungguin di bangku, kenapa malah jalan ke pohon ini lagi?!" Jenar tidak menjawab ucapan Bella, gadis itu masih terus mengucapkan syukur dan istigfar di dalam hati nya. Kemudian entah bagaimana, hati nya seolah berkata bahwa diri nya dan Bella harus segera meninggalkan area pohon itu dengan sesegera mungkin. Dengan cepat, Jenar melepaskan pelukan nya, "Kita kembali ke kelas" ujar Jenar, seraya menarik lengan Bella dengan cepat. Bella mengikuti perkataan Jenar tanpa banyak bertanya, Bella sedikit banyak nya sudah mempelajari sifat Jenar yang baru ini. Dan ketika Jenar berkata kembali, Bella rasa Jenar mengetahui sesuatu dan dia harus mengikuti hal tersebut. "Sebaik nya gue bubarin kelas aja ya, elu ayo ikut ke dalam. nunggu nya di dalam kelas aja" ucap Bella, ketika mereka telah sampai di depab kelas. Jenar menganggukkan kepala nya, mengikuti apa yang Bella ucapkan. Karena sebenarnya, Jenar sudah tidak tahan berada di lingkungan sekolah, dan ingin segera kembali ke rumah. Jenar berjalan menuju kursi pada meja guru, sedangkan Bella meminta anak anak untuk mengerjakan tugas yang tadi ia berikan, dirumah masing masing. Dan setelah nya, ia membubarkan kelas nya lebih awal. "langsung kembali kerumah ya, jangan main main dulu" ujar Bella sembari tersenyum kepada anak anak yang sedang bersalaman dengan diri nya dan Jenar. Lalu kemudian, kedua gadis itu merapihkan kembali kelas yang hanya di isi oleh beberapa anak anak setempat. Sembari hati nya terus mengucapkan kalimat istigfar, Jenar berusaha bersikap biasa saja dan melupakan yang baru saja diri nya alami. "Je.. udah deh nggak usah rapih rapih banget. sekarang ayo langsung pulang aja" Jenar menoleh pada Bella yang menatap nya dengan senyuman. dan tanpa berpikir lama, Jenar menganggukkan kepala nya, menyetujui ucapan gadis baik yang sedang bersama nya itu. Kedua gadis itu segera mengambil tas, dan berjalan bersama menuju pintu. Bukan apa, Bella hanya ingin menemani Jenar. Begitupun dengan Jenar, ia tidak ingin sendirian. Ia butuh seseorang di dekat nya. "Sebentar, gue kunci dulu" ucap Bella seraya mengeluarkan kunci yang dia simpan di dalam saku kemeja nya. Tidak lama setelah nya, mereka pun kembali berjalan meninggalkan sekolah menuju rumah. Dan sepanjang perjalanan, Bella tidak henti untuk terus mengajak berbicara Jenar dengan berbagai topik yang dia miliki.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD