Jeritan dan tangisan pilu tidak terelakkan membuat Gio menatap miris pada malaikat kecilnya itu. Malaikat yang lahir dari rahim wanita yang sampai detik ini masih menjadi cinta pertama dan terakhirnya. "Maafkan Daddy. Maafkan atas ketidakberdayaan Daddy ini. Maafkan Daddy Sayang. Ampuni Daddy," Gio menahan setiap air matanya. Pria itu benar-benar tidak ingin menunjukkan kesedihannya, meskipun dia sendiri merasa sangat tidak berguna lagi. Disisi lain Zeno hanya mampu terdiam dan melangkah mengikuti setiap langkah kaki sang tuan. "Tuan. Apa kita benar-benar akan meninggalkan Nona Viola?" Pertanyaan Zeno tidak dibalas atau dijawab oleh pria itu. Pria itu terus saja melangkah menelusuri koridor untuk meninggalkan rumah sakit yang menjadi tempat kelahiran malaikat kecilnya itu. "Tuan. Sa...