Zayn menoleh penuh tanda tanya pada Gio yang saat ini justru nampak begitu santai.
"Baik. Zayn mengerti kak," Ujar Zayn saat ia mengingatkan percakapan Gio dan Vino tadi.
Sambungan pun diputuskan oleh Zayn.
*****
Vino mendesak lega saat ia telah jauh dari lokasi keberadaan Gio.
Disisi lain Viola seakan dapat bernafas lega saat berhasil lolos dari cengkeraman Gio. Tetapi hal itu tidak sepenuhnya bisa membuat Viola merasa lebih baik, pasalnya saat ini ia tengah memikirkan semua yang baru saja terjadi tentang kemunculan Gio yang sempat menghilang beberapa tahun yang lalu. Tentunya hilangnya Gio saat penolakan yang ia lakukan pada lelaki itu.
"Vio. Kau kenapa?" Tanya Vino membuyarkan lamunan Viola.
"Ah. Viola gak apa-apa kak. Viola hanya merasa bingung kenapa kakak bisa berada di tempat kejadian itu. Padahal kakak tadi berniat untuk pulang," Kata Viola saat dirinya menatap Vino lekat-lekat.
Vino tersenyum kecil pada pertanyaan Viola pada dirinya.
"Sebenernya kakak dan Raymond...!!! Vino mulai menceritakan semua dari awal hingga akhir. Awal dimana ia sempat melihat ada seseorang yang tengah mengintip mereka dari kejauhan, dan juga. Raymond dan Vino sempat berunding untuk menangkap si peneror itu. Tapi nyatanya, niat mereka justru gagal total dan berakhir Raymond yang mengalami luka tembak seperti yang sudah terjadi pada lelaki itu.
Mengingat sosok Raymond awalnya Vino merasa sangat kaget saat melihat kondisi sahabatnya itu. Tapi, sebisa mungkin Vino menyembunyikan rasa cemasnya itu. Mengingat saat ini ia bersama Viola.
"Lalu bagaimana dengan kondisi kak Ray. Kak?" Tanya Viola saat mengingat sosok Raymond yang dibawah pergi oleh para agen intelijen.
"Kakak juga belum tahu. Kakak berharap ia akan baik-baik saja, kakak hanya bisa berdoa semoga ia bisa selamat. Karena kakak dan Raymond sudah memikirkan semua ini dari jauh-jauh hari. Jika salah satu dari kami tidak bisa menyelamatkan diri, maka satu di antara kami harus membawa dirimu menjauh," Cerita Vino membuat Viola merasa terharu akan kebaikan kedua lelaki yang ada disisinya itu.
"Maafkan Viola kak. Gara-gara Viola kalian harus berada di dalam situasi seperti ini," Sesal Viola.
"Tidak. Ini bukan kesalahan dirimu. Ini murni dari keinginan kami sendiri. Yang harus kau lakukan adalah, tetaplah disisi kakak agar kakak bisa selalu menjaga dirimu," Ucap Vino yang tengah mengusap puncak kepala Viola.
Tring
Suara panggilan w******p membuyarkan percakapan keduanya. Vino dengan cepat mengangkat panggilan dari Kavin.
"Hallo Dad. Ada a...!!!
"Vin. Cepatlah pulang. Istrimu. Istrimu Vin," Diseberang saja Kavin menahan dirinya untuk tidak menangis saat harus mengabarkan musibah ini.
"Daddy tenanglah dulu. Maksud Daddy apa, Jasmine kenapa Dad?" Tanya Vino dengan nafas tertahan.
"Kakak. Ada apa dengan kak Jasmine?" Tanya Viola ikut panik.
"Istrimu diculik orang Vin. Mereka menculik Jasmine tepat dikediaman kita, bahkan para bodyguard yang kita pekerjakan telah dilumpuhkan oleh mereka semua. Cepatlah pulang Vin, Daddy benar-benar bingung. Mengingat Mommy dan Arven tidak henti-hentinya menangis," Ujar Kavin.
"Baiklah Dad. Vino akan segera pulang." Ujar Vino setelah itu panggilan telepon dari Kavin telah diputuskan.
"Kakak. Kak Jasmine kenapa?" Tanya Viola yang belum mendapatkan jawaban apapun. Melihat wajah pucat Vino membuat semua pertanyaan Viola terjawab semuanya.
"Kata Daddy. Jasmine diculik oleh orang tepat di kediaman kita dan kakak yakin dalang dibalik penculikan Jasmine adalah orang yang sama. Yaitu, Gio," Kata Vino yang dengan cepat menambah kecepatan mobilnya untuk segera tiba di kediaman Abiputra.
Mendengar ucapan Vino, membuat Viola menahan rasa sedihnya saat lagi-lagi ialah yang menyebabkan keluarganya dalam bahaya.
*****
Viola dan Vino telah tiba di kediaman Abiputra. Keduanya segera turun dimana keduanya telah di sambut oleh Kavin, Meisie dan Arven yang tengah menatap mereka dengan tatapan seduh di wajah mereka masing-masing.
"Daddy," Arven berlari menubruk tubuh tinggi Vino sambil terisak." Daddy, Mommy di culik oleh orang jahat. Daddy, selamatkan MOMMY, Arven. Arven gak mau kehilangan Mommy," Kata pria kecil itu lagi membuat Vino memejamkan kedua matanya. Berusaha untuk tetap kuat meskipun hatinya tidak sekuat itu.
Vino mengangkat Arven dalam gendongannya lalu melangkah ke arah kedua orang tuanya.
"Bagaimana ini bisa terjadi Dad, Mom?" Tanya Vino.
"Mommy juga gak tahu nak. Tiba-tiba saja kita di serang oleh orang yang tidak kami kenal. Kami kira mereka hanya berniat merampok saja, tapi nyatanya yang mereka inginkan adalah istrimu sendiri," Cerita Meisie.
"Mommy, Daddy. Maafin Viola ya. Gara-gara Viola keluarga kita jadi seperti ini," Viola menundukkan kepalanya dengan wajah menahan air matanya.
"Tidak sayang ini bukan kesalahanmu. Ini kesalahan kami yang tidak bisa menjaga Jasmine dengan baik." Ujar Meisie sambil memeluk Viola.
"Oh iya. Kenapa Viola bisa berada bersamamu Vin?" Tanya Kavin saat melihat Viola datang bersama putranya.
"Karena bukan hanya dikediaman kita saja mereka menyerang kita Dad. Tetapi, di tempat persembunyian Viola pun mendapatkan hal yang sama dan hampir saja Viola berhasil di culik oleh mereka." Jelas Vino.
"Apa. Lalu dimana Raymond? Apa Raymond tidak berada disana untuk menjaga Viola?" Tanya Kavin.
"Raymond tentu saja berada disana Dad. Tetapi nampaknya Raymond tidak bisa melindungi Viola mengingat ia berhasil di lumpuhkan. Bahkan aku tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang karena kami terpaksa melarikan diri demi untuk menyelamatkan diri kami sendiri." ujar Vino membuat Kavin mengusap wajahnya.
"Astaga. Daddy benar-benar tidak dapat berbicara apapun lagi Vin. Jujur, Daddy lelah. Daddy lelah akan semua ini," Kavin membawa Viola dan Meisie dalam pelukannya.
Membiarkan kedua wanita berbeda usia itu menangis di dalam pelukannya.
"Lalu. Bagaimana dengan Jasmine. Vin. MOMMY benar-benar mencemaskan keadaan istrimu, mengingat ia tengah mengandung saat ini!" Meisie kembali di ingatkan pada kondisi Jasmine yang tengah berbadan dua.
"Vino juga bi...!!! Vino menghentikan ucapannya.
Suara panggilan dengan nomor yang tidak Vino kenal. Mau tidak mau Vino mengangkatnya tidak lupa ia MENYALAHKAN speaker atas permintaan Kavin.
"Hallo?"
"Masih mengenalku?" Suara diseberang sana membuat Vino paham siapa orang yang tengah menghubungi dirinya.
"Sebenarnya apa mau mu?" Tanya Vino penuh emosi.
"Mau ku adalah. Kau menyerahkan p*****r itu padaku dan sebagai gantinya istri kecilmu akan aku kembalikan," Jelas Gio membuat Vino mengepalkan kedua tangannya menahan dirinya untuk tidak memaki lelaki itu.
"Aku perintahkan kembalikan istriku atau kau akan tahu akibatnya. Istriku tidak ada sangkut pautnya dengan masalahmu." Teriak Vino yang hanya dibalas dengusan dari Gio saja.
"Ya. Istrimu memang tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini. Tetapi, istrimu bisa menjadi penawaran bagiku untuk menekan mu. Jadi bagaimana. Apa kau bersedia menerima tawaranku?" Tanya Gio the to point.
"Tawaran apa Vin?" Kavin menatap wajah Vino yang tengah menampilkan wajah tidak terbacanya itu. Karena tidak sanggup ditatap oleh Kavin mau tidak mau Vino membuang muka ke arah lain." Vin. Beritahu Daddy, tawaran apa yang diberikan oleh lelaki b******n---itu?" Tanya Kavin lagi.
"Tawaran yang ia berikan adalah aku sebagai jaminannya Dad," Ungkap Viola membuat Kavin dan Meisie menoleh ke arah putri kesayangan mereka.
"Tidak. Mommy tidak akan pernah setuju memberikan dirimu pada pria itu Vio." Kedua mata Meisie sudah berkaca-kaca saat mengetahui penawaran yang Gio berikan pada mereka.
"Daddy pun tidak akan pernah ikhlas memberikan dirimu pada lelaki b***t---itu," Ujar Kavin menyetujui perkataan Meisie.
"Tetapi jika Viola tidak menyerahkan diri. Maka kak Jasmine gak akan bisa kembali Mom. Dad," Ucap Viola dengan isakan tangisnya.
"TETAP SAJA DADDY TIDAK AKAN MEMBIARKAN DIRIMU untuk menyerahkan dirimu pada pria LAKNAT itu. Meskipun Daddy harus membayar mahal untuk melawan lelaki sialan... Itu," Teriak Kavin dengan raut diselimuti amarah.
"Jadi itu pilihanmu tuan Abiputra? Baiklah aku terima pilihanmu itu. Tapi ingat. Kesempatan tidak akan datang dua kali, jika kalian menolak tawaranku maka aku akan membawa menantumu untuk pergi dari kota ini. Kau tahu bukan bagaimana akhir dari semua ini," Ucapan Gio Membuat Kavin, Viola, Vino dan Meisie ikut tersentak kaget akan perkataan Gio barusan.
"Aku peringatkan padamu Gio jangan berani-beraninya kau Me...!!!
"Aku tidak takut pada ancamanmu itu. Seharusnya kalian yang takut padaku karena aku saat ini telah membawa seseorang yang berharga di dalam hidup kalian. Aku rasa menantu kalian jauh lebih berharga dari pada jalang----itu bukan? Mengingat saat ini menantu kesayangan kalian tengah membawa kehidupan baru di dalam keluarga kalian. Ingat. Kesempatan tidak akan datang kedua kalinya mengingat aku tidak sebaik yang kalian kira, bisa saja aku sudah bosan dan lebih memilih membunuh me..!!
"Aku bersedia menerima tawaranmu itu Gio," Teriak Viola penuh tekad membuat seluruh keluarganya menoleh sepenuhnya pada dirinya.
"Vio. Kau sadar akan ucapanmu itu?"
"Aku sangat yakin Dad. Sudah cukup Viola menjadi duri di dalam hidup kalian. Sungguh, Viola tidak mau lagi melihat keluarga Viola menderita karens ulah dari masa lalu Viola sendiri," Ujar Viola mantap.
"Bagus. Pilihan yang tepat jalang...!! Sinis Gio di seberang sana. Mendengar panggilan JALANG Dari mulut Gio membuat Kavin maupun Vino sampai harus mengepalkan kedua tangannya mereka.
"Sudah a...!!!
"Tidak kak. Tolong jangan lagi. Ingatlah, ada kakak ipar disana yang mungkin sangat mengharapkan kedatangan kakak untuk menyelamatkan dirinya," Kata Viola membuat Vino berusaha untuk tidak terpancing emosi.
"Lalu. Kapan kau akan mengembalikan kakak iparku?" Tanya Viola.
"Tentunya saja saat kau menyerahkan dirimu padaku dan aku akan dengan senang hati untuk mengembalikan kakak iparmu itu," Jawab Gio penuh penekanan.
"Apa jaminannya jika kau akan mengembalikan kakak iparku?"
"Oh ayolah JALANG. Tujuanku hanya dirimu saja, jika kau menyerahkan dirimu padaku. Maka kakak iparmu akan kembali pada keluargamu. Pikirkan saja. Ingat jangan bermain curang atau kau dan keluargamu, akan menyaksikan jasad dari wanita yang tengah membawa nyawa di dalam tubuhnya," Setelah itu Gio memutuskan secara sepihak.
Tidak begitu lama sebuah pesan masuk yang tidak lain adalah alamat yang harus Viola datangi.
"Ingat. Jangan terlalu banyak membawa orang dan aku ingin kau tidak membawa kedua orang tuamu. Kau tahukan. Bahwa kedua orang tuamu bisa saja menggagalkan SEMUANYA. Mengingat, kedua orang tuamu pasti akan menentang keinginanmu itu. Kau hanya perlu datang bersama kakakmu dan terserah kau ingin membawa berapa ratus penjagaan aku tidak peduli. Anggap saja sebagai jaga-jaga. Bisa saja aku melenceng dari pertukaran ini. Ingat. Kesempatan yang aku berikan tidak akan ada lagi. Camkan itu,"
Pesan dari Gio membuat Viola membaca dengan begitu berhati-hati. Benar kata lelaki itu. Bisa saja kedua orang tuanya menolak untuk memberikan dirinya. Tetapi, keputusan Viola adalah keputusan yang harus ia lakukan. KARENA ini demi kebahagiaan keluarga kakaknya dan juga kedua orang tuanya.
"Tidak. Mommy tidak setuju akan keputusanmu itu." Tolak Meisie yang hampir saja menangis.
"Daddy juga, Daddy tidak akan pernah rela melihat kau menderita bersama lelaki b***t---itu." Kata Kavin. Lain hal dengan Vino yang hanya memilih diam, ia ingin mencegah keputusan Viola tapi disisi lain ada Jasmine yang kini merupakan istrinya. Bahkan Jasmine tengah mengandung darah dagingnya.
Pilihan yang sangat sulit memang. Tapi, sebisa mungkin Vino harus memilih tetapi siapa yang akan ia pilih? Mengingat keduanya sama-sama berarti bagi dirinya.
"Mommy, Daddy. Apa kalian tidak kasihan pada kak Jasmine? Mom. Dad. Ingatlah bahwa saat ini kak Jasmine tengah membawa nyawa lain di dalam tubuhnya. Sedangkan aku. Aku hanya seorang diri. Aku akan lebih kuat untuk menjaga diriku sendiri. Mom, Dad. Viola sungguh tidak apa-apa. Viola benar-benar tidak apa-apa. Bagi Viola keselamatan kalian jauh lebih penting. Viola hanya akan disiksa dan Viola tetap akan kuat meskipun Viola di dalam genggaman lelaki itu. Lain hal dengan kakak ipar yang mungkin tidak akan pernah kuat untuk menjalani itu semua," gadis itu berusaha untuk memohon. Berharap keputusannya akan di dukung oleh kedua orang tuanya.
Vino memejamkan kedua matanya. Ingin menolak tetapi hal itu terasa percuma saja. Karena ia masih mengingat bahwa kondisi Jasmine yang tengah berbadan dua sangat sulit untuk mendapatkan tekanan. Dan Vino benar-benar tidak bisa membantah akan keputusan yang adik perempuannya katakan.
"Vio. Kau yakin akan keputusanmu itu?" Tanya Vino.
"Vino. Jangan. Mommy mohon jangan izinkan Viola untuk menyerah dirinya," Mohon Meisie dengan isakan tangisnya.
Lain hal dengan Kavin ysng bingung harus berpihak pada siapa.
"Mommy. Vino benar-benar bingung harus berpihak pada siapa saat ini. Tetapi, Jasmine. Jasmine saat ini tengah mengandung darah daging Vino, Mom dan kehamilan Jasmine sangat rentan saat ini. Vino benar-benar tidak akan bisa melihat Jasmine sampai kenapa-kenapa. Tolong. Maafkan Vino yang harus memilih. Vino ingin MENOLAK tetapi kenyataan ini sangat sulit untuk Vino abaikan, andai saja Jasmine dalam kondisi seperti Viola. Vino akan lebih mudah untuk menyelamatkan Jasmine dan tentunya Vino akan menolak tawaran lelaki itu. Tetapi, kenyataannya sungguh berbeda saat ini," Vino menghapus butiran air matanya. Ia benar-benar dalam keadaan yang sangat tidak menguntungkan.
Viola menangis tersedu-sedu saat ia menyadari bahwa ialah dalang dibalik kesedihan keluarganya. Belum pernah Viola melihat kakaknya sampai menangis seperti saat ini.
TBC,