2 Posesif Big Baby

1134 Words
Masih begitu hangat untuk Andreas suasana menegangkan di acara yang sangat megah di sebuah hotel berbintang lima beberapa jam lalu. Acara itu mungkin acara itu belum berkahir sampai saat ini namun sudah Andreas tinggal pergi, sebuah acara yang memang sudah di rencanakan jauh sekali bahkan saat Andreas masih remaja. Entah apa yang terjadi di pesta itu saat ini, mungkin mama, kakek dan anggota keluarga Andreas lainnya sedang mencari dia tapi paling penting Andreas sudah melaksanakan keinginan keluarganya itu meskipun pergi dari sana sebelum waktunya. Acara itu adalah acara pertunangan Andreas dengan Fanaya putri dari Sahabat Ramalina mama Andreas. “Fanaya Maukah kau menikah denganku?” Kalimat itu masih terus berputar dalam kepalanya sebab dia hapali berulang-ulang hingga akhirnya mereka benar menjadi pasangan yang terikat dalam hubungan pertunangan. Tentunya pertunangan ini tidak berjalan mulus begitu saja, ada begitu banyak pemberontakan yang Andreas lakukan sejak lama. Andreas bukan seorang yang penurut dia menolak keras hubungan ini, hanya saja demi sang mama dan tidak membuat kekacauan sebab ini sudah lama di sepakati. Hubungan ini juga sudah membuat banyak bisnis keluarga yang terjalin yang membuat akhirnya pemberontakan Andreas tidak membawa hasil apapun kecuali masalah dalam keluarga. Meskipun demikian Andreas tidak lantas menutup dirinya begitu saja saat tahu dia sudah di jodohkan, Andreas bahkan terkenal sangat playboy saat remaja hingga masa kuliahnya dia mengencani banyak wanita lebih tepatnya para wanita itu ayang menginginkan dia. Parasnya yang tampan, sosoknya yang dingin, misterius dan juga tentunya memiliki latar belakang keluarga yang kaya raya siapa yang menolak pesona itu, begitu banyak wanita yang ingin menjadi wanitanya dan merasa menang saat bisa menjadi kekasih Andreas. Dua tahun lalu menjadi sebuah titik pemberontakan paling parah yang Andreas lakukan, saat itu dia mencoba memberanikan diri melangkah ke jenjang serius dengan seorang perempuan yang sudah di pacari sejak kuliah. Andreas saat itu dengan kekasihnya sama-sama bersekolah di luar negeri. Andreas ingin melamar gadis itu sebab keluarga gadis itu butuh kejelasan setatus mereka yang sudah lama terjalin. Sayangnya keluarga Andreas menolak keras itu karena harusnya Andreas sudah tahu resikonya sedalam apapun hubungannya dia akan tetap menikah dengan Fanaya. Andreas patah, dia kacau segala cara sudah coba dia lakukan memperlihatkan kelebihan kekasihnya, menunjukkan keluarganya kekasih dari keluarga baik dan juga terpandang, keturunan kekasihnya tidak bermasalah, kekasihnya berpendidikan,karir bagus namun upaya Andreas tidak ada hasilnya keluarga Andreas tidak peduli itu dan tetap pada keputusan yang sudah lama mereka buat yaitu pernikahan Andreas dengan Fanaya. Hingga akhirnya Andreas harus mengikhlaskan kekasihnya itu menikah dengan orang lain dan bahkan sekarang kekasihnya itu sudah bahagia dengan suami juga anak mereka sekarang. Sementara Andreas masih dengan dirinya yang seperti ini, sibuk bekerja, meniti karir, menjalani hubungan tanpa kejelasan lalu mengulur-ulur pernikahannya dengan Fanaya sampai akhirnya dia tidak lagi bisa mengelak dan hari ini dia dan Fanaya akhirnya siap melangkah ke jenjang selanjutnya. “Ya, saya bersedia menjadi pendamping kamu, Andreas.” Jawab Fanaya dengan wajahnya yang malu-malu. Bagi Andreas itu terkesan omong kosong dan acara yang buang-buang waktu menurut Andreas, semua orang sudah tahu mereka akan menikah untuk apa ada acara yang di buat-buat seolah seorang pria sedang melamar wanita yang di cintainya. Dua jam berlalu. Posisi duduk Andreas sudah berubah dari tengah sofa kini ke samping dan mulai bersandar di sana namun dia masih tetap diam saja belum menegur Bunga sama sekali. Hingga akhirnya Bunga berganti pakaiannya lagi, dia kembali memakai baju kerjanya sebuah kemeja berwarna Coklat muda dengan pencil skirt di atas lututnya. Bunga juga sudah kembali memoles wajahnya dengan lebih sedikit mencolok sebab dia akan pergi ke sebuah acara makan malam. Setelah memastikan penampilannya sudah sempurna Bunga lalu menghampiri Andreas sembari memakai kembali heel miliknya itu. “Ndre, aku ada janji sama Dewi dan Luna. Aku balik duluan ya. Kamu sepertinya mau sendirian, aku di kacangin dari tadi. Oh ya aku juga nanti langsung pulang ke kontrakan ya, besok pagi aku harus datang cepat buat siapin meeting.” kata Bunga sembari kembali berkaca pada cermin di dinding pintu masuk unit mereka itu. Bunga sudah memakai heelsnya sekarang dia membuka satu kancing atas kemejanya membuat agar penampilannya tidak terlalu formal. Andreas menarik nafasnya dalam-dalam akhirnya dia mulai melihat pada Bunga. “Sorry.” Ucapnya lemah. “Its okay! Istirahatlah!” “Acaranya sampai jam berapa? Aku jemput.” Oh s**t! Maki Bunga dalam hati, hari ini dia ingin pergi berpesta dengan teman-teman wanitanya, dia butuh refreshing setelah otaknya bekerja keras seminggu ini di kantor dan untuk pria ini. “Oh... Ah... Itu...” “Party?” Tebak Andreas dengan tatapan dinginnya. “Oh Ayolah, Ndre! Hanya sesekali mereka mentraktirku.” “I don’t care! Pergilah!” Ucap Andreas dingin segera bangkit dari tempat duduknya. Itu adalah ekspresi marah, Bunga kenal sekali itu namun Bunga sudah terlanjur berjanji dengan teman-temannya dia tetap akan pergi kali ini, Bunga tidak akan membatalkan acaranya lagi sebab dia memang jarang sekali melakukannya waktu Bunga terlalu banyak di habisnya untuk bekerja dan untuk pria ini. “Im sorry!” ucap Bunga merasa bersalah sembari menggigit bibir bawahnya lalu dia berjalan pelan untuk pergi dari sana sembari melirik Andreas yang masih di belakang sana yang sedang membuka lemari pendingin untuk mengambil minuman. Beberapa detik kemudian saat pintu sudah terbuka tiba -tiba saja Bunga di kejutkan dengan tangannya yang di tarik paksa untuk masuk ke lagi ke dalam lagi. “I need you, Flower.” kata suara serak itu memelas. “ANDRE!” Teriak Bunga dengan nada terkejut. Andreas tidak peduli teriakan Bunga dia langsung membawa Bunga masuk lagi ke dalam lalu mendorongnya ke dinding, dia menyerang gadis itu membuat Bunga menempel pasrah ke dinding dengan kedua tangannya yang Andreas kunci di sebalik punggungnya sendiri. Andreas langsung menyerang bibir Bunga yang sudah merona itu, dia melumatnya rakus, menelusupi lidahnya ke dalam rongga mulut Bunga hingga dia kesulitan bernapas. Andreas sama sekali tidak memberikan Bunga celah untuk memberontak setelah puas dengan bibir Bunga dan membuat dia kesulitan bernapas pria itu kemudian melucuti leher jenjang Bunga memberikan banyak kecupan hingga hisapan kecil. Bunga sukses menegang, seluruh tubuhnya meremang, lagi dan lagi Andreas menguasai tubuhnya lagi, Andreas berusaha memasukkan tangannya ke dalam kemeja Bunga mengusap perut rata itu. Dengan tubuhnya yang menegang Bunga masih terus berusaha untuk melepaskan dirinya“Ndre! Please berhenti, aku harus pergi Dewi udah di bawah, aku juga butuh hiburan!” kata Bunga lemah yang masih menempel ke dinding itu. Andreas kesal mendapatkan ucapan Bunga seperti itu, dia langsung menjarakkan dirinya melepaskan tubuh Bunga yang sudah dia kunci, gairah pria itu mendadak buyar, dia langsung meninggalkan Bunga yang sudah berantakan karena ulahnya itu segera masuk ke dalam kamar, Andreas membuat bantingan pintu cukup kuat. Bugh! Dengan tarikan nafas berat Bunga menjauh dari dinding itu. “Huh, selalu menyebalkan! Punya masalah apa sih dia? Bayi besar! aku juga punya urusan lain bukan kamu aja.” Kesal Bunga kembali membenahi kemejanya yang juga sudah lepas beberapa kancingnya di lantai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD