BAB 7. Pernikahan

1031 Words
      Arga yang merasa tidak senang dengan penolakan itu, tanpa berpikir panjang langsung mengatakan tentang keadaan Aira “Tapi Aira sedang hamil anak saya, dia tidak boleh menikah dengan lelaki lain” ujarnya dengan tegas Tanpa bisa dicegah, air mata Aira meluncur begitu saja. “Apa.?” Ucap seseorang yang baru saja datang, dia adalah Zafran. Sepupu sekaligus calon tunangan Aira itu menatap Arga dengan tatapan membunuh, Disaat semua orang masih terguncang dengan informasi yang baru disampaikan oleh Arga, tiba-tiba Zafran sudah berdiri di depan Arga dan tanpa menunggu waktu lama dia langsung memberikan bogeman pada wajah tampan itu. Terdengar jerit kaget dari para wanita, Devira yang berada di samping putranya langsung melihat wajah Arga yang tampak membiru di pipi, Zafran memukulnya dengan sangat kuat. Akhirnya Irham langsung menarik tubuh Zafran saat lelaki itu akan kembali melayangkan tinjunya, Irham tidak ingin ada perkelahian disaat semuanya belum jelas kebenarannya. Dia masih berpikir jika Arga hanya sedang membual supaya bisa menikahi adiknya, “Zafran tenang, kamu tidak boleh asal memukulnya seperti itu” “Biarkan aku membunuh lelaki itu mas, dia sudah merusak Aira” Zafran mencoba melepaskan tangan Irham yang sedang menahannya, tujuannya datang kemari karna ingin melihat gadis yang dicintainya. Namun ucapan lelaki asing itu sukses menghancurkan hatinya,  bagaimana mungkin dia mengatakan jika Aira sedang hamil, Aira nya tidak mungkin mengkhianatinya. “Apa yang dikatakan putra kami memang benar, Aira sedang hamil dan putra kami akan bertanggung jawab dengan menikahi Aira” jelas Devira, Percuma disembunyikan, toh pada akhirnya akan ketahuan. Lagi pula tujuan mereka datang ke sini karna memang ingin bertanggung jawab,   “Aira, katakan yang sebenarnya sama mas. Semua ini tidak benar kan?” Dengan tergagap, Aira mencoba mengeluarkan suaranya yang seakan tercekat di tenggorokan “Aira, minta maaf mas” Bukanya menjelaskan kebenarannya, tapi malah kata maaf yang keluar dari mulutnya Bagi Zafran, kata maaf yang diucapkan oleh Aira sudah cukup membuktikan jika ucapan Arga benar adanya. “b******k, Gue bunuh Lo” Arga terlihat diam saja saat Zafran memukulnya dengan membabi buta, emosi sudah menguasai lelaki itu. Sedangkan Irham yang tadi menahan Zafran juga ikut diam saja, dia masih syok dengan kenyataan yang baru saja dia terima.  Hatinya begitu hancur saat tahu jika adik yang sangat dia sayangi sudah mengecewakannya, dia juga merasa kecewa dengan dirinya sendiri yang sudah gagal menjaga sang adik. Perlahan dia menghampiri Zafran yang sedang melampiaskan amarahnya, ditariknya tubuh Zafran untuk menjauh. Lalu tanpa disangka kakak dari Aira itu juga ikut melayangkan tinjunya pada Arga, dia juga ingin menyalurkan rasa kecewanya. “Ini karna Lo sudah menghancurkan masa depan Aira” tinju pertama dia berikan dengan tangan yang kini kembali siap melayangkan tinju berikutnya “Dan ini untuk Lo yang sudah membuat Gue merasa gagal menjadi seorang kakak” saat tinju ketiganya akan kembali dia berikan, tiba-tiba Aira sudah berada di depan Arga untuk menghalau kemarahan kakaknya. Wajah Arga sudah penuh dengan luka tonjokan, dan dia tidak akan membiarkan Arga menerima pukulan lagi, “Mas Irham tolong berhenti, kamu bisa membunuhnya” “Itu memang tujuan mas, dia harus mendapatkan pelajaran karna sudah menghancurkan mu” “Tapi dia adalah Ayah dari bayi yang sedang ku kandung saat ini. Dan Aira tidak akan membiarkan calon anak Aira hidup tanpa Ayahnya” ucap Aira dengan lantang, entah dari mana keberanian itu muncul. Tapi yang pasti hatinya ikut sakit saat melihat Arga dipukuli oleh Irham dan Zafran. Devira merasa lega karna Aira sudah mau menolong putranya, sejak tadi dia hanya bisa menangis dipelukan suaminya. Mahen memang sengaja membiarkannya karna putranya memang pantas mendapatkan pelajaran dari keluarga Aira. Akhirnya, Irham pun mundur menjauhi Arga yang sudah babak belur karna diahajar olehnya juga Zafran tadi. Irham menatap sang adik yang kini tengah memohon padanya.  Wajah Aira sudah penuh dengan air mata, mengingatkannya dengan kejadian dimana mereka harus kehilangan orang tua untuk selamanya.   Kemudian sepasang paruh baya yang biasa dipanggil Pakde, dan Bude itu membawa Aira dan Arga untuk kembali duduk di sofa.  Sebagai wali dari Aira maka dialah yang akan memutuskan bagaimana baiknya untuk masalah keponakannya. Akhirnya setelah kembali berunding dengan kepala dingin, mereka pun sepakat untuk menikahkan Aira dan Arga, meski keputusan itu harus menyakiti orang lain.  •••    Pernikahan itu akhirnya dilakukan secara tertutup dan juga terkesan buru- buru. Dan sesuai kesepakatan bersama, pernikahan pun dilaksanakan satu minggu kemudian. Dengan wajah yang masih menyisakan bekas pukulan, Arga dengan sepenuh jiwa menjabat tangan penghulu. Lalu saat kata sah sudah terucap, mereka yang ada disana bersama mengucup hamdalah. Doa-doa terbaik bergantian terucap dari orang terkasih. Aira dengan gugup mencium tangan Arga sebagai tanda bahwa keduanya sudah sah menjadi pasangan suami istri. Nanti setelah bayi mereka telah lahir, pernikahan yang sebenarnya akan kembali dilangsungkan. “Semoga kalian berdua selalu diberikan kekuatan untuk menjalani kehidupan baru sebagai sepasang suami istri. Mama selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian” secara bergantian Devira mengecup puncak kepala anak dan menantunya. Aira menatap Irham penuh haru saat kakaknya itu mulai mendekat ke arahnya juga Arga, tidak pernah ter bayangkan sebelumnya jika suatu saat dia akan mengecewakan sang kakak “Mas, maafkan Aira” ucapnya di sela pelukan keduanya, Irham mengelus punggung adiknya dengan sayang. Jika mencari siapa yang salah, maka orang pertama yang harus disalahkan adalah dirinya.  Seandainya dia tidak memberikan ijin untuk Aira kuliah di Jakarta, mungkin semua ini tidak pernah terjadi. Namun sekali lagi dia mencoba untuk menerima kenyataan yang sudah terjadi, mungkin ini lah takdir yang harus mereka terima. “Sudah jangan menangis lagi, nanti malah kelihatan jelek” Aira mengusap air matanya dengan pelan, dia ikut tersenyum melihat kakaknya yang menatapnya dengan senyuman “Mas juga meminta maaf karna tak bisa menjagamu dengan baik, mas merasa gagal menjadi seorang kakak. Mas berdoa semoga pernikahan kalian berkah dan dilimpahkan kebahagiaan” “Dan buat kamu Arga, tolong jaga Aira dan jangan pernah kamu menyakitinya” “Baik mas, Arga akan berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakannya” Arga menatap Irham dengan yakin lalu berganti menatap Aira dengan senyuman tulus Sekarang statusnya sudah menjadi suami, dan sudah seharusnya dia mencoba menghapus segala kenangan bersama Renata. Arga akan membuktikan jika dirinya akan jauh lebih bahagia bersama Aira, karna dia yakin jika Aira adalah perempuan baik.  Tidak seperti Renata dan Jordan yang tega mengkhianatinya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD